"Iya, Ma. Ini Nevan udah di terminal, kok. Bentar lagi bus-nya berangkat."
Nevandra Denantara, lelaki 27 tahun itu kini terlihat menunggu gilirannya memasuki bus. Ponsel yang sedang tersambung dengan sosok sang ibu di ujung panggilan sana, ditempelkan di sebelah telinga sementara matanya tetap awas memandang sekitar.
Demi apa pun, dari tadi ia seperti tidak diberi kesempatan untuk melangkah menaiki tangga yang ada di pintu masuk bus. Ada saja orang yang menyerobot langkahnya, entah itu bapak-bapak maupun ibu-ibu. Sama saja, pikir Nevan—panggilan akrabnya—saat itu.
"Iya nanti kalo udah sampe Nevan kabarin lagi," ujar lelaki itu sebelum akhirnya memutuskan sambungan teleponnya dengan sang ibu.
Saat ada kesempatan, Nevan memilih langsung memasuki bus dan mencari tempat duduk sesuai dengan tiket miliknya. Kursi nomor 17, bagian kanan. Sayangnya, ia tidak kebagian sisi sebelah jendela persis karena tempat itu sudah ada yang mendudukinya.
Karena telanjur lelah, Nevan memilih segera mendudukkan tubuhnya pada bangku bus, sementara ransel yang sejak tadi berada di punggung, dipindahkan ke pangkuan.
Sosok yang berada di samping kanan, tepatnya di sebelah jendela tiba-tiba saja melirik, kemudian berujar, "Permisi, Mas." Begitu katanya.
Namun, Nevan tidak melihat pergerakan lain dari sosok gadis berambut panjang bergelombang itu. Ia tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas karena sebagian wajahnya ditutupi masker.
Entahlah, sepertinya gadis itu hanya berniat menyindirnya, mungkin karena sejak tadi dirinya hanya diam—tidak mengucapkan kata permisi seperti yang diucapkan oleh si gadis barusan. Merasa tak enak, Nevan kemudian mengangguk satu kali, pertanda menyapa seperti yang biasa dilakukan oleh warga Indonesia pada umumnya.
"Permisi, Mbak," ucapnya dengan suara pelan.
Gadis di sampingnya tidak menyahut, hanya diam saja sambil melipat kedua tangan di depan dada. Dari posisinya, Nevan dapat melihat kabel earphone yang menggantung di telinga gadis itu. Oh, mungkin nggak dengar, tebaknya dalam benak.
Setelahnya, Nevan memilih abai dengan sekitar, terutama saat bus mulai berjalan meninggalkan terminal desa yang ia datangi dua hari lalu itu demi beberapa kepentingan. Salah satunya adalah untuk menyanggupi keinginan sang ibunda ratu—ibunya—untuk mengunjungi desa yang pernah menjadi tempatnya melaksanakan KKN semasa kuliah dulu.
Memang terdengar kurang kerjaan, sih, tetapi ya sudahlah, pikir lelaki 27 tahun itu. Hitung-hitung sebagai refreshing. Dua hari menghirup udara segar khas pedesaan tidak begitu buruk juga dan sepertinya, tidak ada salahnya kalau sewaktu-waktu nanti ia akan kembali mengunjungi desa-desa lainnya.
Lima belas menit bus yang ditumpanginya bergerak meninggalkan terminal, Nevan tanpa sadar terlelap begitu saja karena selama dua hari di desa, jujur saja ia tidak begitu bisa tertidur dengan nyenyak. Masker dan kacamata hitam menutupi sebagian wajahnya. Tidak peduli dengan para penumpang bus yang mulai berisik entah apa yang mereka lakukan.
Perjalanan yang dimulai sejak pukul delapan malam itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Nevan untuk tertidur. Walaupun hanya tertidur dalam posisi duduk, tetapi rasa-rasanya itu adalah tidur terpulas yang ia alami. Saking pulasnya, tiba-tiba saja ia terbangun saat bus sampai di kota tujuan dengan cuaca yang mulai terasa terik di sekitaran jam sembilan pagi.
Sambil mengumpulkan nyawanya yang seolah-olah tercecer di sepanjang jalan, Nevan bahkan hanya diam saja saat sosok gadis yang duduk di sampingnya terlihat terburu-buru. Ia bahkan hampir mengumpat saat gadis itu tidak sengaja menginjak kakinya.
Sialnya, gadis itu bahkan seolah tidak menyadari kelakuannya dan tetap saja terburu-buru bergerak keluar dari bus seperti sedang menahan sesuatu. Entahlah, Nevan tidak begitu mempedulikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menjadi Selingkuhan Fangirl ✓
Romance[REVISI 6/8/24] 16+ Demi menghindari perjodohan yang dilakukan oleh keluarganya, Aubriana Salsabilla memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah dan merantau ke kota besar sendirian. Namun, siapa yang menyangka jika kepergiannya ke kota malah memperte...