"Jadi, sejak kapan kamu dan Nevan berhubungan?"
Aubri mengerjap tidak mengerti saat tiba-tiba saja ia diberikan pertanyaan seperti itu oleh sosok wanita paruh baya yang duduk di hadapannya sekarang. Kalau boleh jujur, nyawanya masih belum terkumpul semua, makanya gadis dengan rambut panjang bergelombang itu hanya diam saja sembari berpikir selama beberapa saat. Terutama, saat si ibu menyebutkan sebuah nama yang terdengar asing di telinganya.
"Kamu nggak perlu sungkan," ujar wanita paruh baya itu. Tampaknya, ia merasa jika gadis di hadapannya ini ragu untuk menjawab. Padahal, Aubri tidak ragu sama sekali. Ia hanya bingung harus menjawab apa?
"Emm, kalau boleh tau, Nevan itu siapa ya, Bu?"
"Loh?" Kali ini, giliran si ibu yang dibuat kebingungan. Wajahnya terlihat syok. Ia sempat berpikir jika gadis di hadapannya ini sedang berpura-pura. "Kamu jangan pura-pura nggak tau begitu, dong. Disogok berapa kamu sama Nevan?"
Agaknya si ibu senang sekali menerka-nerka dan menuduh, ya? Aubri sampai pusing sendiri dibuatnya.
Pertama, saat bangun dari entah tidur atau pingsannya, ia dikagetkan dengan kehadiran sosok ibu-ibu yang berdiri di depan pintu saat ia hendak membukanya.
Kedua, ia juga dibuat kaget dengan pertanyaan si ibu yang lebih terdengar seperti seseorang yang sedang menangkap basah seorang maling. Ya, bagaimana tidak kaget saat mendadak ditanya, "Buru-buru sekali, mau ke mana?" Sudah seperti penjahat saja dirinya ini, astaga.
Ketiga adalah pertanyaan yang beberapa saat lalu diberikan, mengenai apa hubungannya dengan sosok bernama Nevan yang sumpah demi Tuhan, Aubri tidak tahu siapa itu.
Pokoknya seingat Aubri, sehabis muntah, ia tidak sengaja menubruk orang lain dan saat dirinya hendak melihat siapa korbannya, tiba-tiba saja pandangannya menggelap. Sudah, begitu saja.
Aubri mana tahu kalau saat bangun, mendadak ia sudah berada di tempat antah-berantah dan dipertemukan dengan sosok ibu-ibu yang sejak tadi terus memperhatikannya dengan tatapan menyelidik dan beragam pertanyaan aneh yang ia sendiri tak mampu menjawabnya karena tidak tahu.
Seharusnya saat ini, dirinyalah yang bertanya-tanya kepada si ibu, mengenai siapa yang membawanya? Di mana ia berada sekarang? Lalu apakah sosok ibu di hadapannya itu yang tadi sempat ditubruknya secara tidak sengaja? Jika memang iya, duh, Aubri tidak siap kalau-kalau si ibu meminta ganti rugi.
Ingat tujuannya ke kota adalah untuk kabur. Artinya, Aubri tidak memiliki banyak uang sebagai pegangan. Kecuali sesaat sebelum kabur meninggalkan kampung halaman dirinya sempat merampok atau ngepet, begitu? Ah, kalau dipikir-pikir lagi, ngepet seharian juga babi-nya tidak sanggup, sih.
"Kok malah bengong?"
Demi apa pun, Aubri bersumpah kalau dirinya sampai tidak bisa menghitung berapa banyak si ibu sudah mengagetkan dirinya dalam beberapa jam terakhir. Duh, untung kebiasaannya yang suka mengumpat sedang dipendam dalam-dalam demi yang namanya kesopanan.
"Emmm, maaf sebelumnya, Bu. T-tapi, saya bener-bener nggak tau siapa yang ibu sebut barusan. Soalnya saya baru di sini, Bu."
Wanita paruh baya yang saat ini mengenakan pakaian semi formal seperti ibu-ibu sosialita yang biasa Aubri lihat di televisi itu, tampak memperhatikannya dengan mata memicing.
"Yakin?" tanyanya dengan suara yang terdengar julid di telinga Aubri. "Kalau begitu, kenapa kamu bisa tiba-tiba ada di rumah anak saya?"
Aubri mengerutkan dahi. "Jadi, ini rumahnya anak Ibu, ya? Eh-maaf maksud saya, saya sendiri bahkan nggak tau kenapa tiba-tiba ada di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menjadi Selingkuhan Fangirl ✓
Romance[REVISI 6/8/24] 16+ Demi menghindari perjodohan yang dilakukan oleh keluarganya, Aubriana Salsabilla memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah dan merantau ke kota besar sendirian. Namun, siapa yang menyangka jika kepergiannya ke kota malah memperte...