Aubri menghela napas panjang, sebelum akhirnya membasuh wajahnya dengan air, lantas memperhatikan di cermin sambil terus mengerjap beberapa kali.
"Apaan, sih, random banget!?" Gadis berambut hitam panjang bergelombang itu mengacak rambutnya, setengah frustrasi. Sekali lagi, ia menghela napas panjang.
Aubri kembali mengingat percakapan antara dirinya dan si bos kecil—putri sulung dari pemilik toko kue tempatnya bekerja—beberapa jam lalu. Sebenarnya, hanya percakapan acak yang bisa dibilang tidak jelas, sih. Akan tetapi, hal itu sukses membuat Aubri merasakan jantungnya berdebar-debar tak menentu.
Apalagi saat mengingat panggilan yang diberikan oleh gadis kecil bernama Sesha itu tadi. Tante Mama. Gila saja.
Sebenarnya bukan masalah panggilan itu, sih, tetapi soal bocah itu yang tiba-tiba saja memanggilnya dengan sebutan itu. Saat ditanya alasannya, si gadis kecil malah dengan polosnya menjawab, "Kan, Kakak Lau panggil pacar Tante Mama itu, Papa Nev, kan. Nahh, karena Kakak Lau belum tau nama Tante, jadinya panggil Tante Mama aja, deh!"
Otak Aubri seketika berhenti berpikir. Nge-bug, kalau kata orang-orang. Bocah kecil di depannya ini, anak perempuan bernama Sesha tetapi minta dipanggil sebagai 'Kakak Lau', mendadak memanggilnya 'Tante Mama' dengan alasan absurd seperti tadi?
Lagi pula, sejak kapan ia dan Nevan berpacaran!? Mengingatnya saja membuat Aubri seketika berteriak frustrasi.
Kalau boleh, ia ingin sekali mengaminkan ucapan Sesha tadi. Akan tetapi, di sisi lain Aubri takut juga.
Anya beberapa waktu lalu pernah bilang kalau Nevan dan ayah dari si kembar, memiliki hubungan sepupu. Seingatnya, dirinya dan Mbak Freya sebagai pemilik toko tempatnya bekerja, memiliki keyakinan yang berbeda. Artinya, ia dan Nevan juga begitu, dong?
Tidak salah Aubri sampai berpikir jika dirinya dan Nevan memang tidak ditakdirkan bersama, bukan? Ya, walaupun dalam hati, Aubri benar-benar berharap memiliki jodoh seperti lelaki itu, sih. Lagi pula, siapa juga yang menolak mempunyai suami setampan 'Mas Nevan' begitu?
"Ganteng doang, mubazir kalau nggak jadi jodohku, Mas." Aubri bergumam sembari memasang wajah sedih yang dibuat-buat.
Hari ini, Chocola-sweet memulangkan karyawannya lebih awal. Untuk alasannya jelasnya Aubri tidak tahu kenapa, tetapi memang sejak pagi, mereka tidak menjual banyak macam kue. Hanya membuat beberapa pesanan pelangganan yang sudah dipesan jauh-jauh hari saja. Makanya ketika kue-kue yang dipajang habis, mereka langsung dipulangkan.
Saat pulang tadi, Aubri diberikan tumpangan oleh Anya dan membonceng di motor matic milik gadis itu. Lumayan irit ongkos, ujarnya. Namun, karena menumpang, Aubri jadi tidak enak untuk meminta Anya berhenti di warung makan atau apa pun lah untuk membeli makanan. Biasanya, ia memang selalu membeli makanan di perjalanan pulang.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga belas. Masih belum terlalu malam untuk mencari makan di luar. Mungkin ia akan membeli beberapa mi instan saja sebagai stok dan akan dimasak di dapur indekos nantinya.
Aubri berjalan sambil menggulir layar ponselnya. Beberapa saat lalu, ia mendapatkan notifikasi Instagram dari salah satu biasnya yang terkenal jarang sekali memposting sesuatu. Senyum gadis itu merekah saat melihat betapa tampannya wajah bias kesayangannya itu sampai-sampai kalau tidak ingat malu, Aubri rasanya akan mencium layar ponselnya beberapa kali.
"Akhirnya 'hpbd' juga kita, gais." Aubri berujar seraya membuka aplikasi burung biru yang sekarang sudah ramai dengan hastag Joshushu hpbd dan menjadi trending dalam waktu beberapa menit.
"Siapa yang ulang tahun?"
Langkah gadis itu seketika dibuat berhenti saat sebuah suara tiba-tiba mengagetkannya. Hampir saja ponsel di tangannya jatuh terhempas ke lantai teras indekos. Beruntungnya, Aubri langsung menyadari kalau hal seperti itu terlalu lebay untuk dilakukan. Ingat, bukan, kalau Aubri itu penuh drama dan pertimbangan? Untuk sekadar melakukan hal refleks pun, harus dipikir-pikir lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menjadi Selingkuhan Fangirl ✓
Romansa[REVISI 6/8/24] 16+ Demi menghindari perjodohan yang dilakukan oleh keluarganya, Aubriana Salsabilla memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah dan merantau ke kota besar sendirian. Namun, siapa yang menyangka jika kepergiannya ke kota malah memperte...