17. Gagal modus

71 10 0
                                    

Setelah adegan 'tangan nganggur' tadi, keduanya benar-benar berjalan sambil bergandengan tangan. Walaupun Aubri sempat malu-malu kucing, tetapi gas sajalah pikirnya. Kapan lagi digandeng oleh lelaki tampan seperti 'Mas Nevan' ini, eh?

Dulu sewaktu ia masih sekolah, rasanya tidak ada lelaki yang mau mendekatinya. Ya, paling sebatas teman sekelas pada umumnya, sih. Tidak pernah tuh, ada yang seperti Nevan---mendekatinya dengan terang-terangan begini.

Eh, tetapi memangnya Nevan benar-benar sedang mendekatinya, ya? Percaya diri banget kamu, Bri, Bri, gerutu gadis itu sambil menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Namun, siapa yang bilang jika adegan 'jalan-jalan sambil bergandengan tangan' ala keduanya berjalan dengan baik? Oh, tentu saja Tuhan tidak akan memudahkan jalan penuh dosa yang Aubri lalui.

Lagipula, memangnya ada hubungan apa antara dirinya dan Nevan sampai harus berjalan sambil bergandengan tangan seperti sekarang? Tidak ada. Makanya agak aneh rasanya kalau dua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun, tetapi bertingkah layaknya memiliki ikatan. Duh, kok Aubri jadi malu sendiri, ya?

Kenapa pula tadi ia dengan mudahnya mengiyakan ajakan Nevan untuk bergandengan tangan? Sumpah, deh, Aubri merasa dirinya sudah tidak waras. Mungkin ini adalah salah satu akibat karena terlalu lama menjomlo, pikir gadis itu.

Seperti yang dikatakan tadi, acara gandengan tangan mereka tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Nevan. Karena di tengah perjalanan, Aubri mendadak mengatakan kalau di sekitar sini, tidak ada tempat makan selain warung nasi uduk yang hanya buka di waktu pagi hingga sore hari.

Alhasil, keduanya terpaksa berjalan kembali ke indekos untuk mengambil mobil milik Nevan karena jujur demi apa pun, lelaki itu lupa tentang kendarannya sendiri. Kira-kira begitulah cerita absurd keduanya hingga akhirnya berada di sebuah kedai mi ayam dan bakso yang letaknya lumayan jauh dari indekos Aubri.

"Kamu beneran cuma pesan itu?" tanya Nevan saat melihat Aubri yang hanya memesan mi ayam biasa dengan porsi kecil.

Sementara Aubri yang ditanyai hanya mengangguk sambil memberikan cengirannya. "Lagi hemat soalnya."

"Padahal nggak apa-apa kalau kamu mau pesan yang lain. Kan saya yang bayar—"

"Serius Mas Nevan yang bayarin?" Aubri bertanya dengan tatapan berbinar. Wah, kapan lagi coba ditraktir begini? Apalagi mengingat keuangannya yang sedang dalam masa 'seret' seperti sekarang. "Duh, bilang dong dari tadi, Mas, kan saya bisa pesan sepuluh mangkok."

Sebenarnya, Aubri tidak serius mengatakannya. Toh, dia tidak benar-benar meminta ditraktir oleh lelaki itu karena merasa tidak enak. Istilahnya malu-malu kucing, begitu. Makanya tadi ia hanya memesan dengan porsi kecil. Selain karena uangnya yang memang tidak banyak, ia juga terbiasa makan dengan porsi seperti itu. Tidak habis kalau memesan dengan porsi besar.

Namun, agaknya perkataan Aubri barusan dianggap serius oleh Nevan. Buktinya, lelaki itu sekarang terlihat melebarkan kedua matanya karena kaget. "Kamu mau makan sepuluh porsi? Banyak banget."

"Bercanda, Mas, ya Allah!" Aubri tertawa kecil. "Lagian, saya sengaja pesan porsi kecil kok, karena emang mampunya makan segitu. Tenang, tenang, yang tadi saya bercanda doang, kok, Mas. Saya bayar sendiri aja."

Nevan menghela napas pendek setelah mendengar perkataan gadis itu. "Saya serius mau traktir kamu, Bri. Pesan yang lain. Pelengkapnya atau apa gitu? Jangan cuma porsi biasa maksudnya."

"Duh, Mas. Jangan serius-serius, dong. Kan, saya jadi baper, ehehe." Entah apa hubungannya, Aubri sekarang terlihat malu-malu kucing. Dasarnya gadis itu memang senang bercanda.

Terpaksa Menjadi Selingkuhan Fangirl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang