Prolog

16 2 3
                                    





"Waarom ben je hier binnengekomen?"




Suara itu bertanya, yang membuat bulu kuduk berdiri. Ia berdiri didepan, badannya tegak, berambut pirang. Semuanya terasa hampa, gelap dan sunyi.




"Je hoort niet binnen te komen." Lanjutnya, dan dengan perlahan ia berjalan mendekat. Suara jejak kakinya bergema, bibirnya tersenyum tipis. Tatapannya sangat tajam, dan sangat mengintimidasi.





"Dom" tawanya.





Keenam remaja itu perlahan mundur, untuk menghindar orang yang mendekat itu. Mereka tidak mengerti apa yang ia katakan, tetapi yang pastinya orang itu sangat marah. Suara tawanya begitu mengerikan, menggema di seluruh bengunan.





Semua pintu keluar tertutup, gelap, dan dingin. Apa yang akan mereka lakukan? Apakah mereka bisa keluar dari tempat itu?

















"Tenang. Semuanya akan baik - baik saja"


















"HEI! BANGUN! SADARLAH!!!"


















"HAHAHA!!!"















"Cepat lari!! Tinggalkan saja!!!"


















Cara agar mereka selamat adalah tergantung dengan apa yang akan mereka putuskan bagaimana para remaja itu akan melarikan diri dari tempat terkutuk itu.

























"Selamat datang..." bibir tersenyum lebar, mata melotot, dan tangan yang mengenggam kapak yang berlumuran darah. Seragam nakes putih yang ia pakai sudah terkena darah, dan menetes ke lantai, menninggalkan jejak darah.
















"Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanyannya dengan senyuman yang tak biasa.






















__________________________________

Cerita ini termasuk cerita sejarah fiksi, menggunakan berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Latin, dan Jerman.

Selamat membaca!

Rumah Sakit Iblis [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang