[18] duka

17 1 0
                                    

Hari ini tidak seperti hari biasanya. Pagi tadi tepatnya pukul 05.18 WIB bapak Ginanjar ayah dari sahabat abang Adit, sikembar Luca dan Hendra Ginanjar Agustian telah beristirahat, untuk selamanya.


Tentunya banyak yang berduka atas kepergian yang mendadak ini. Sosok anak, kawan, sahabat, suami, dan ayah bagi sebagian orang. Sosok yang ketika dia mulai membuka mulutnya, tidak ada satupun yang tidak tertawa karena guyonannya. Sosok ayah yang berkawan baik dengan kedua putranya, yang selalu memiliki banyak waktu untuk dihabiskan dengan keluarga kecil, keluarga besar, maupun keluarga BeRg3lOmBanG (bercanda).


Kini dia telah beristirahat, selamanya.


Bendera kuning terpampang jelas dikibarkan didepan pagar rumah keluarga Ginanjar. Terdengar lantunan ayat-ayat suci yang dibacakan oleh keluarga, teman, dan warga sekitar yang melayat. Mengirimkan banyak hadiah berharap lantunan ayat suci itu dapat membantunya dialam sana. Tak hanya terdengar suara itu saja, suara tangis sendu pun ikut terdengar sampai keluar halaman rumah. Tangis seorang yang kehilangan belahan jiwanya, setengah nyawanya yang pergi lebih dulu tanpa aba-aba. Tangis seorang ibu yang kehilangan putra kesayangannya, putra yang selalu membuatnya bangga dan tertawa dengan segala tingkahnya. Dan tangis seorang anak yang kehilangan dunianya.


Diantara tangis dan lantunan suara yang terdengar, ada satu orang yang hanya duduk berdiam diri disamping jasad sang ayah. Seperti tengah menduga, apakah semua ini nyata? apakah mungkin ini salah satu gurauan ayahnya? bagaimana kalau ini nyata? ayahnya, sahabatnya, dunianya.


Semuanya nyata, bukan sekedar gurauan atau candaan yang biasa dilontarkan sang ayah yang selalu dapat membuatnya tertawa lebar.


Dunianya telah pergi.


-----


"Lu mau ngelayat ga abis balik sekolah?" tanya Nathan sambil duduk dikursi yang dia bawa entah dari meja siapa dihadapan Ryu yang sedang berdiam sambil menatap layar ponselnya.


"yoi, napa?" jawab Ryu


"bareng dong ya"


"lah kan lu bawa motor, gw juga bawa motor sendiri, rumah juga kita satu komplek"


"ya iya juga sih, maksudnya tar kerumah om Ginanjar nya barengan gitu"


"yaudah ayok"


Sambil berdiri Nathan menjawab, "sip dah, Pan lu mau barengan juga kagak?"


Jevan yang tengah mengerjakan tugas yang diberikan ketua kelasnya karena sang guru tidak dapat menghadiri pelajaran hanya berdehem menjawab pertanyaan Nathan.


Suasana Isma saat ini tidak damai, seperti biasa- apalagi jamkos. Main ps, nobar film horor, bergunjing, tidur, tiktokan, dan hanya sedikit yang mengerjakan tugas. Ketua kelas Isma tersayang Lia, Jevan, dan Sarah. Ya, Sarah- katanya dia mau mencoba mengerjakan tugasnya sendiri, dengan dibantu Lia yang tentunya diiringi banyak umpatan karena temannya itu sangat amat menguras emosinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S untuk Subagja FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang