Yoshi x Asahi
cw // a bit of kissing
---Ethereal.
Bagaimana seorang manusia bisa tercipta begitu sempurna?
Tubuh ramping, kulit putih yang halus, serta rambut keperakan yang membingkai wajah rupawannya. Dengan hidung mancung, mata yang membentuk garis lengkung saat ia tersenyum, bibir yang terlihat lembut dan menggoda ....
He is God’s own creation.
Yoshinori melangkahkan kakinya mendekat, membiarkan keberadaannya diketahui oleh sang pemuda.
“Yoshi!”
“Arthur.”
Mendengar nama yang meluncur dari bibir Yoshi, seketika wajah objek afeksinya berubah masam. Ia melempar pandangannya ke arah lain. “Aku bukan Arthur, aku Asahi,” ucapnya ketus.
Yoshi berhenti tepat di hadapan Asahi kemudian menangkupkan tangannya di pipi lelaki itu. “Hey, look at me .... Asahi atau Arthur, bukankah sama saja?”
“Tidak.” Asahi menggeleng, menjauhkan wajahnya dari tangan Yoshi. “Arthur sudah meninggal ratusan tahun yang lalu. Arthur hanya milik Jaden. Yang ada di depanku saat ini adalah Yoshi, dan aku Asahi-mu.”
“Ah.” Tangan Yoshi kembali terulur, kali ini untuk bermain dengan helaian rambut Asahi, menyelipkannya ke belakang telinga agar tidak menghalangi matanya. “Baiklah, aku minta maaf.”
Ia memandang Asahi lekat-lekat. Dari jarak sedekat ini, Yoshi bisa melihat pantulan bulan di bola mata Asahi ketika kekasihnya itu mendongak untuk menatapnya. So handsome, yet so pretty. Asahi benar-benar sebuah karya seni. “Apakah aku boleh meminta sebuah ciuman dari Asahi-ku?”
Asahi tampak sedikit terkejut, tapi sesaat kemudian ia mengangguk. Kedua tangannya mencengkeram sisi bangku panjang yang didudukinya kala Yoshi menunduk, sedikit demi sedikit mengeliminasi jarak antara wajah mereka.
Semburat merah muda menghiasi kedua pipi Asahi. Yoshi dapat mendengar degup jantungnya yang semakin cepat. Ah, ia sudah lupa bagaimana rasanya memiliki jantung yang masih berdetak.
“You're so beautiful, Asahi,” bisik Yoshi sebelum mempertemukan bibirnya dengan milik Asahi, melumatnya lembut, menyesap rasa manis blackcurrant yang berasal dari lolipop kegemaran lelaki kesayangannya.
Entah berapa lama keduanya berada dalam posisi seperti itu. Yoshi tidak peduli akan waktu, tidak peduli punggungnya terus membungkuk. Yang ada di pikirannya saat itu hanya bibir Asahi yang seakan telah menjadi candu baginya.
Pukulan pelan di dadanya menyadarkan Yoshi bahwa Asahi masih butuh bernapas. Lidahnya menyapu bibir bawah Asahi sebelum mengakhiri ciumannya. Ia lalu beranjak untuk duduk di samping laki-laki yang lebih muda itu.
“Yoshi,” panggil Asahi setelah menyandarkan kepalanya di bahu Yoshi.
“Hm?”
“Kapan kau akan mengubahku?”
Yoshi seharusnya tahu Asahi akan menanyakan hal itu, seperti malam yang sudah-sudah setiap keduanya bertemu. “Asahi, kita sudah sering membahas tentang ini. Aku tidak bisa melakukannya.”
“Kau bisa, tapi kau tidak mau,” nada suara Asahi terdengar sedih. “Kenapa? Kau ingin aku meninggalkanmu seperti Arthur, lalu nanti kau akan mencari Asahi yang telah bereinkarnasi? Asahi yang saat ini ada di sampingmu tidak cukup?”
“Asahi.” Yoshi beringsut, meraih pundak Asahi, memutar tubuhnya agar mereka saling berhadapan. “Aku menghabiskan waktu ratusan tahun hingga akhirnya bisa menemukanmu, aku tidak mau berpisah lagi. Aku akan berusaha memberikan apapun yang kau mau, tapi untuk mengubahmu menjadi sepertiku ... itu tidak mudah. Akan ada banyak hal yang harus kau pelajari, kau harus beradaptasi, meninggalkan hidupmu yang sekarang, dan—”
“Aku sudah siap,” potong Asahi tanpa ragu. “Bukankah aku memilikimu untuk mengajariku? Hidupku pun tidak berharga, tak apa jika kutinggalkan.”
Yoshi mengusap pipi Asahi tanpa berkata apa-apa. Sesungguhnya ia sangat ingin mengubah Asahi, menghabiskan waktu bersamanya, selamanya. Tapi apakah tidak egois, merenggut hidup Asahi sebagai manusia dan memberinya kehidupan baru yang lebih kelam, hanya agar ia bisa selalu berada di sisinya?
The blush ... the heartbeats ... Asahi akan kehilangan itu semua. Dan satu hal yang terpenting, tidak ada jaminan Asahi akan terus bahagia jika Yoshi benar-benar mengubahnya.
“Yoshi,” suara Asahi membuatnya tersadar. Ia menatap Asahi yang juga tengah memandangnya. “Yoshi, aku tidak ingin berakhir seperti Arthur. Aku tidak mau kau menemukan orang lain, meski itu adalah reinkarnasi diriku sendiri. Izinkan aku untuk egois, aku ingin dirikulah yang mendampingimu selamanya.”
Jika Asahi ingin menjadi orang yang egois, apakah artinya ia juga boleh melakukannya?
“Enam bulan,” Yoshi berkata seraya kembali mengelus pipi Asahi dengan ibu jarinya. “Enam bulan lagi, jika kau memang masih ingin bersamaku, maka aku akan mengubahmu.”
Mata Asahi membulat, seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Benarkah? Kau berjanji?” Ia tersenyum senang.
Yoshi mengangguk. Ia telah membuat keputusan. “Aku berjanji.”
“Seal it with a kiss,” pinta Asahi dengan mata berbinar.
Dan tentu saja Yoshi tak kuasa menolak permintaannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
On My Mind : Yoshi
FanficA collection of drabbles and oneshots with Kanemoto Yoshinori as the main character. [Yosharem, bxb, Bahasa Indonesia]