- ƈɦǟքȶɛʀ 5 -

2.8K 563 152
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sempat mengernyit samar untuk beberapa saat, sekejap berikutnya kedua mata Elisa terbuka perlahan. Gadis cantik itu seperti sedikit terjingkat, hingga tanpa sadar menahan napas secara spontanitas. Agaknya, lady cantik yang baru menginjak usia dewasa itu, sama sekali tak dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman.

Mengatur napas sejenak, Elisa membangunkan diri, hingga membuat selimut hangat yang menutup tubuhnya tersingkap begitu saja. Gadis itu mengedarkan pandangan kemudian. Dimana kini ia menyadari jika, ia berada di sebuah ruangan besar nan megah, dengan segala interior yang luar biasa indah.

Masih dengan degup jantung yang terasa seperti terpacu, Elisa kembali termenung tanpa sadar. Angan gadis cantik itu kini menguar tak tentu arah. Kembali menyusun keping memori yang melintas cepat dalam benaknya. Dimana ia menyadari, jika kini ia tak sedang berada di dalam kamarnya sendiri.

Dheg,

Meremat selimut tanpa sadar, bayang-bayang kejadian yang menimpa dirinya, kembali berputar dalam ingatan gadis cantik itu. Memenuhi segala benak Elisa, hingga membuat dada Elisa terasa sesak tiada tara. Dimana ingatan tentang kedua orang tuanya yang meregang nyawa di hadapannya, seolah menyadarkan sebuah hal pada gadis itu. Bahwa, kejadian semalam bukanlah sebuah mimpi buruk yang akan sirna kala matahari menampakkan sinar hangatnya.

Kini, teringat jelas uluran tangan pria yang pada akhirnya membuat dirinya berada di kamar asing ini. Sebuah uluran tangan dengan sorot mata tajam, yang seolah berbaur dengan temaram cahaya bulan. Dimana iris kecoklatan itu, terasa begitu menusuk. Suatu hal yang membuat Elisa mau tak mau menerima uluran tangan itu, dalam kalut yang masih bergelayut. Dan ya, pria itu... Sama sekali tak memberikan kesempatan bagi Elisa untuk berpikir, barang sejenak pun.

Entahlah, rasanya Elisa tak dapat berpikir untuk saat ini. Kendati dada gadis itu terasa amat sangat sesak akibat hidupnya yang tiba-tiba berubah hanya dalam sekejap malam, namun hal tersebut tak membuat air mata Elisa menetes. Segalanya terjadi begitu saja dengan sangat cepat. Hingga rasanya, Elisa sangat enggan untuk menyadari jika kini, ia hidup hanya seorang diri.

Tok, tok, tok..

"Lady, apa anda sudah bangun? Kami akan masuk."

Mengangkat sorot mata perlahan, Elisa mengalihkan atensi pada pintu yang terbuka perlahan. Dimana di sana, tampak beberapa dayang, dengan seorang wanita berusia matang yang berada di barisan terdepan.

"Selamat pagi Lady, kami datang untuk membantu anda bersiap."

Mendengar ucapan dayang yang berada di baris terdepan, Elisa mengernyit samar dengan belah bibir yang senantiasa terkatup rapat.

Tanpa mengangkat sorot mata demi menatap Elisa, para dayang itu tetap pada posisi mereka semula. Berbicara seraya sedikit membungkukkan badan, tanda jika mereka menghormati Elisa.

The Tyrant, Needs Me || LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang