Jakarta, 7 November 2022
Senyumku tersimpul menatap wajah wanita geminiku. Jakarta-Bandung bukan jarak yang dapat terbilang jauh namun juga tak layak dikatakan dekat. Kemarin, satu senyum darimu cukup menjadi obat sakit kepala yang terus menyerangku tanpa ampun sepanjang akhir pekan.
"Kok bisa?" tanyamu setelah aku mengatakan bahwa sakit kepalaku reda setelah melihat potret dirimu.
Akira sayang... Kamu mungkin gak sadar, setiap akhir pekan aku meminimalisir intensitas percakapan denganmu. Jakarta-Bandung bukan jarak yang mudah untuk mengukir kisah ini.
Namun, di balik jarak itu aku menyadari, bahwa kamu memiliki kehidupanmu sendiri di sana. Kemarin... Aku menekan semua ego dan bisikan akal yang menggila meronta ingin mengetahui kabarmu dan apa yang kamu lakukan.
Namun, aku terus menahannya, ego ini bisa menggila jika mengingat bahwa akulah seorang taurus yang selalu ingin mengikatmu dalam hubungan ini.
Aku juga telah menyadari, bahwa cinta bukan tentang ikatan dua raga, itu tentang dua hati yang menemukan satu rumah yang sama untuk pulang. Maka aku menekan segala kegilaan ego pada akhir pekan dan memberimu ruang.
"Kenapa You're My Axis isinya galau?" tanyamu beberapa waktu lalu. Aku tersenyum saat itu, dan kini kau bukan hanya hadir dalam hidupku, kau hadir dalam tulisan ini, memberi warna baru, dan menepis awan kelabu yang sempat menaungiku.
Jalan cerita ini menjadi kisah panjang, dan bukan sekedar surat hatiku untukmu. Kobar asmara itu hampir padam saat aku hendak berhenti dan menghilang. Namun Tuhan menyisipkan rasa gelisah, membuatku berbalik dan pulang ke rumah tempat aku bermanja.
Andaikan malam tak pernah berakhir, dan keberanianku lebih besar dari rasa takutku... Andaikan dunia adalah medan perang yang dapat kutumpas sendirian, andaikan Tuhan tak mengukir rapalan kesalahan atas ukiran dosa dua manusia yang jatuh hati dalam kitabnya...
Andaikan apa yang aku andai-andaikan adalah kenyataan, maka aku akan menyanjungmu dalam setiap nafasku, membawamu dalam jalinan cinta yang bukan hanya rabaan imaji takdir.
Egoku berteriak tak terima atas perpisahan yang terjadi bahkan sebelum perahu ini berlayar, karena tak ada dermaga lagi yang terlihat dari sudut pandangku, tak ada lagi pulau yang tampak untuk menyandarkan perahu kecil ini, dan tak ada keberanian untukku menahkodai perahu kecil ini di tengah lautan yang tak bisa kutebak isinya, karena itu kau adalah dermaga sekaligus pulau yang hanya bisa kutuju. Tempat keberanianku karam bersama rasa cinta penuh hormat.
Hatiku menikmati manisnya menatapmu yang kian menjauh tak terjangkau, dan juga getirnya mencintaimu yang kusanjung dan kuhormati sebagai kekasih.
Aku hanya menikmati rasa dan menyerahkan diri pada imaji takdir yang terkadang menghembuskan obsesi-obsesi untuk menggenggammu.
Aku telah menutup mata atas apa yang telah kamu lalui bersama orang lain dan apa yang akan kamu lalui bersama orang lain. Egoku telah kutenggelamkan dan meringsek ke dalam kegelapan.
Jika kelak kamu bertanya, lalu apa yang aku miliki untuk mencintaimu?
Sementara egoku telah kutenggelamkan, dan rasaku seperti tengah mengambang, maka akan kujawab, aku adalah putih dari semua warna, dan aku adalah hampa dari semua ruang, kamu bisa mewarnaiku dengan tinta mana saja, warna kelam ataupun warna cerah, kamu bisa memilih keduanya dan mengukir di atas kertas putih ini...
Kamu bisa mengisiku dengan udara segar ataupun udara beracun, pilih yang mana saja untuk mengisi ruang hampa ini.
Dan ketika imaji takdir ini sampai mempertemukan aku dan kamu di penghujung kisahnya, maka aku akan mengulum setiap inci takdir dan menumpahkan semua warna dan udara itu padamu.
Inilah tumpahan dari semua penekanan atas ego dan obsesiku, dan biarkan rapalan tentang kesalahan atas dosa itu mengguyurku sebagai hujan deras yang menurunkan pandanganku dan menyerah di hadapan pandangan dunia yang kejam.
Kirana
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Axis
RomanceAxis adalah satu kata yang berarti poros. Bumi berputar pada porosnya. Artinya bumi hanya tetap di satu titik tanpa mengubah posisi namun terus memberi perubahan bagi makhluk yang hidup di sana. Tapi kali ini aku bukan menulis tentang bumi yang berp...