━━━━━━━━━━━ training camp.
Saat Yoojin pertama kali menyinggung training camp, Seoli pikir akan banyak murid dari sekolah lain yang ikut. Setidaknya lebih dari sepuluh. Namun, pada kenyataannya hanya ada tujuh orang.
Empat di antaranya sudah Seoli kenal, termasuk Yoojin. Sementara dua lainnya tentu saja sudah menjadi akrab dalam sekejap mengingat bagaimana kemampuan bersosialisasi Seoli yang sangat bagus.
"Joo Taesan akan datang kesini."
Seoli yang sedang membaca manga seketika menolah tatkala suara Yoojin masuk ke pendengaran. Gadis ini mengernyit, "Joo Taesan? Mau apa anggota dewan ke sini?"
Sebenarnya bukan hal yang aneh apabila ada anggota dewan yang datang ke acara seperti ini. Hanya saja, saat mendengar nama Joo Taesan, Seoli jadi agak kaget.
Setahunya, Joo Taesan adalah sosok yang tak terlalu peduli pada bidang pendidikan, atau mungkin belum. Ya, tapi mungkin saja ini langkah awalnya untuk mengembangkan diri. Siapa yang tahu.
"Sebenarnya, acara ini diadakan berkatnya. Tapi, dia baru datang di hari terakhir, kok." Yoojin menjawab pertanyannya tadi. Sedikit berbisik karena tidak ingin didengar oleh yang lain. Pemuda berkacamata ini lalu bergabung dengan sang gadis, duduk di sebelahnya.
Masih ada waktu satu jam sebelum kegiatan selanjutnya dimulai. Seoli memilih menghabiskan waktunya untuk membaca manga sambil sesekali bertukar pesan dengan Taehoon.
"Sudah mulai pencitraan? Pemilihan anggota dewan kan masih lama," Seoli menanggapi. Tak lupa menyunggingkan seringai sinis. Sejujurnya, dia amat tidak menyukai orang-orang di dunia politik setelah sebuah insiden yang menimpa keluarganya dua tahun lalu.
"Ya, begitulah. Kau tau kan gimana ketatnya persaingan mereka," Yoojin langsung menjawab.
Keduanya lalu diam setelah itu. Seoli tak tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut karena takut akan muntah jika terus membahas Joo Taesan. Yoojin yang menyadari hal itu juga tidak lagi membahas, menghormati keinginan Seoli yang berdasar pada sebuah peristiwa yang juga telah dia ketahui.
"Yoojin, menurutmu orang jahat itu seperti apa?"
Menutup manga-nya, Seoli bertanya pada Yoojin tanpa menoleh. Pandangannya tertuju pada pemandangan kota di depan mereka yang terhalang jendela.
"Jahat bagaimana? Tolak ukur seperti apa yang dipakai untuk mengkategorikan orang sebagai orang jahat?"
Seoli tersenyum. Perbincangannya dengan Yoojin tak pernah membosankan.
"Tolak ukur yang biasa dipakai di masyarakat saja. Orang dinyatakan jahat kalau mengusik orang yang lebih lemah dan menghancurkan orang yang mencoba menegakkan keadilan." jawab Seoli. Masih tanpa menatap Yoojin.
Entah mengapa, dia tidak ingin bersitatap dengan Yoojin jika membahas persoalan seperti ini.
"Orang jahat itu terlihat jahat dari sudut pandang orang yang memang memerlukan adanya sosok jahat di hidup mereka. Padahal, sejatinya semua orang itu sama saja, punya sisi jahat. Hanya saja kadarnya dan cara menunjukkannya berbeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐄𝐌𝐄𝐒𝐍𝐄 ✦ sᴇᴏɴɢ ᴛᴀᴇʜᴏᴏɴ
Fanfikce- ', 𝐒𝐄𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐀𝐄𝐇𝐎𝐎𝐍 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Romansa bukanlah perkara siapa yang lebih mendominasi. Namun, tidak bagi mereka. ──────── ● ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ ──────── ・❥・ 𝐇𝐎𝐖 𝐓𝐎 𝐅𝐈𝐆𝐇𝐓 © �...