Arezzo & Camillo.
Pemuda bersurai pirang itu menatap layar televisi sembari menggigiti kuku jarinya.
"Kecil, kenapa gigit kuku sayang?" tanya Arezzo yang baru saja mendaratkan bokongnya disofa pada sang kekasih manisnya.
"Aku takut kak.." balas Camillo si pemuda pirang itu dengan tatapan yang berkaca-kaca.
"Hey takutin apa? Persoalan kemarin kah?" Arezzo kembali bertanya, ia menatap khawatir sang kekasih sembari mengusap surai halus itu.
Camillo mengangguk membalas pertanyaan Arezzo, Arezzo terkekeh kecil melihat anggukan itu.
"Sayang, gak perlu takut, semua bukti pembunuhan yang kamu lakuin kan udah kakak beresin semua."
"Tapi kalau nanti aku diinterogasi sama polisi gimana? Aku harus jawab apa?"
Arezzo menghela nafasnya kemudian tersenyum tipis.
"Baby, kamu bukan sekali dua kali melakukan ini. Kenapa masih takut? Biasa juga kamu diinterogasi pasti lancar aja kan? Buktinya gak ada polisi yang curiga ke kamu."
Camillo terdiam kemudian memajukan bibirnya beberapa senti, Arezzo melihat itu terkekeh gemas lalu langsung mengecup bibir manis itu.
"Ih kakak! Nyosor nyosor aja, jelek ish." ujar Camillo yang membuat hanya tertawa melihat sang kekasih yang merajuk.
"Tapi kak, aku serius loh! Nanti kalau aku diinterogasi gimana?" Camillo kembali bertanya dengan serius, Arezzo pun memberhentikan tawanya.
"Yaudah sayang, emang kenapa?" Arezzo kemudian memeluk pinggang ramping milik Camillo dan bersandar di pundak si manis.
"Nanti siapa lagi kambing hitamnya? Lagian apa polisi gak curiga aku selalu ada sebagai saksi atau kerabat korban?"
"Hmm.. kamu lagi benci siapa?" tanya Arezzo.
Camillo langsung tersentak, ia menyeringai, kekasihnya ini memang yang terbaik!
"Aku baru ingat! Lima hari yang lalu Evan numpahin minumanku, dan dia justru tertawa kemudian pergi begitu aja tanpa ada kata maaf." adu Camillo pada Arezzo.
"Iya sayang, nanti kakak bantu pikirin alasan yang masuk akal buat jatuhin Amber okay? Sekarang ayo tidur, hari sudah gelap."
"Gendong!!"
Arezzo kembali terkekeh, pacarnya ini sangat menggemaskan. Ia menarik Camillo ke dalam dekapannya kemudian menggendong pemuda manis itu menuju kamar mereka.
Semua yang mereka lakukan hari ini tampak begitu normal bahkan cenderung manis, tidak ada yang akan menyangka sepasang kekasih ini kemarin baru saja membunuh seseorang.
Ah tidak, lebih tepatnya Camillo.
Pemuda manis itu membunuh Adelio, teman sebangkunya yang telah menghilangkan gantungan kunci yang ada di tasnya.
Sepeleh? Tidak, bagi seorang Camillo itu hal yang sangat brengsek, gantungan kunci itu merupakan pemberian sang kekasih yang sangat dirinya jaga.
Tentu ia merasa murka, terlebih pemuda sialan itu tidak meminta maaf atau bertanggungjawab atas kesalahannya.
Sementara Arezzo? Oh katakanlah ia seorang budak cinta, pemuda ini kuliah dan mengambil jurusan hukum tetapi ia justru selalu membantu sang kekasih untuk kabur atau lolos dari para polisi.
Ilmunya tentang dunia hukum cukup banyak membantu Camillo dapat terbebaskan dan dinyatakan tak bersalah bahkan mendapatkan perlindungan.
Camillo memang manis, Tuhan memahat wajah Camillo dengan sedemikian rupawan. Namun tampang yang manis itu tidak mengartikan bahwa hati Camillo juga semanis wajahnya.
Pemuda ini berhati pahit, tapi tampaknya Arezzo mencintai kepahitan.
Sejujurnya ada beberapa orang yang sudah mencium kebusukan dari seorang Camillo bahkan terang-terangan menyuruh Arezzo untuk pergi menjauh dari kekasihnya.
Tapi sebanyak apapun orang mengatakan kekasihnya itu adalah racun mematikan, Arezzo akan tetap mencintai racun manis itu.
She's poison but tasty
Yeah, people say, "Run, don't walk away"
'Cause she's sweet but a psycho
– Ava Max.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower (Sunghoon Harem)
Romance- Title: Sunflower - Genre: Harem, Romance, Hurt comfort, Teens fiction, etc. - Synopsis: Bagaikan bunga matahari dengan beratus kuaci mentahnya, buku indah ini adalah sekumpulan kisah demi kisah dari seorang Camillo dengan para pria nya. Kumpulan...