5. OBSESSION

150 30 19
                                    

Shiren berjalan tergesa di sepanjang lobby, sesekali dia membenarkan letak rambutnya yang tersanggul tidak benar. Mulutnya tak henti merutuki nasib sial karena kesiangan.

Sebenarnya tidak bisa masuk kategori kesiangan, karena Shiren bangun tepat pukul Lima pagi, hanya saja karena jamnya error mendadak ia menduga jika terlalu pagi untuk berangkat kantor saat pukul Enam. Shiren bahkan tersedak sarapan nya sendiri saat melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukan pukul Tujuh, berbeda dengan jam dinding nya yang masih berdiam tempat di jam Enam. Alhasil ia terlambat Lima belas menit dari jadwal yang sudah di tentukan.

Shiren merapihkan kemeja nya yang kusut, ia bercermin pada pintu lift yang menampilkan penampilannya yang jauh dari kategori rapih.

Tak lama pintu lift itu terbuka menampilkan sosok pria yang dingin dan tak tersentuh.

Arsen.

Shiren terpaku di tempat saat netranya bersirobok dengan manik kelam Arsen yang menatapnya tanpa ekspresi. Sangat kentara dengan kejadian kemarin.

"Apa kamu akan berdiri terus disitu?"

Arsen bersuara dengan intonasi yang dingin membuat Shiren tersentak kaget di buatnya. Dia melangkah pelan lalu berdiri di belakang Arsen.

Tangan kokoh pria itu yang di lingkari jam rolex  menekan tombol lift sehingga pintu lift tertutup. Keadaan semakin mencengkam kala dua insan ini hanya saling diam dengan pikiran tersendiri. Bahkan Shiren sampe berkeringat dingin di buatnya.

Mengesampingkan perasaan gugup yang kerap kali menghinggapi nya kala berdekatan dengan Arsen, Shiren melirik pada punggung tegap pria itu yang berdiri menjulang tinggi di depannya. Ada yang aneh dengan pria ini, ntah kenapa aura yang di keluarkan Arsen begitu bertentangan dengan Arsen yang ia temui saat kemarin.

"Berhenti menatap ku seperti itu."

Shiren tersentak saat Arsen berucap penuh dengan nada tekanan yang rendah. Shiren mengalihkan tatapannya ke depan, akhirnya ia mengerti. Terdapat pantulan dirinya dan Arsen di pintu lift, pantas saja Arsen tau jika sedari awal Shiren terus memperhatikannya.

"Maaf-"

"Ck, sialan!" Umpatan itu membuat Shiren tertegun sesaat dan semakin menundukan pandangannya. Nyali yang ia miliki seakan menguap begitu saja ntah kemana.

Arsen membalikan tubuhnya cepat, dia memandang gadis di depannya dengan tatapan menusuk seolah melobangi tubuh gadis itu.

Pria jangkung itu memasukan kedua tangan nya ke dalam saku celana. Dia tersenyum miring, kala gadis berambut hitam itu tak berani mengangkat wajahnya dan semakin menunduk.

Melihat Shiren yang tak berdaya membuat Arsen menyeringai kecil. Dirinya semakin tertantang untuk menekan gadis pembawa masalah dalam hidupnya.

"Jika kau bukan bagian terpenting dari perusahaanku, mungkin aku sudah memecatmu dari lama." Kata per kata yang keluar dari bibir Arsen terdapat geraman dan sedikit tekanan untuk memberi tahu lawan bicaranya bahwa ia sedang tidak bercanda.

Shiren mendongak refleks, kedua matanya membola namun bibirnya mengatup rapat. Dia seolah kehilangan kata dan tak mampu untuk menyuarakan isi kepalanya. Ada banyak ribuan pertanyaan memenuhi otak kecilnya, bahkan hatinya berdenyut nyeri kala perkataan atasannya melolong masuk ke gendang telinganya.

Apa salahnya? Kenapa Arsen tampak membencinya?

"Gadis yang merepotkan."

Setelah mengatakan itu, di waktu yang sama suara lift terdengar diikuti dengan pintu yang terbuka otomatis. Arsen meninggalkan Shiren dan melangkah lebar untuk segera pergi, ia perlu mendinginkan suasana hatinya yang berubah kacau setelah bertemu dengan gadis itu.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang