7. OBSESSION

152 29 21
                                    

Pak Arsen? Kenapa bisa dimana-mana ada Pak Arsen?

Shiren mengucek kedua matanya, barang kali sosok di hadapannya itu hanya sebuah khayalan. Namun berkali-kalipun ia mengelak, tetap saja sosok tegap itu berwujud nyata di hadapannya.

"Jangan gitu, nanti matamu sakit." Arsen menghentikan tangan Shiren yang menurutnya bisa saja melukai mata cantik milik Shiren jika di gesek kasar seperti itu.

Arsen menatap Shiren lucu, gadis di hadapannya begitu menggemaskan dengan kedua mata kelincinya yang membola menatap Arsen.

Tangan kokoh milik pria itu menggenggam hangat tangan Shiren yang dingin. Membuat hatinya merasakan khawatir akan kesehatan Shiren. Ntah karena faktor cuaca malam ini atau bukan, namun tangan Shiren begitu dingin.

Arsen melepaskan hoodie nya, membuat Shiren lagi-lagi di buat terkejut. Apa yang akan di lakukan bossnya? Shiren membalikan tubuhnya membelakangi Arsen. Detakan jantungnya semakin menggila, perasaan aneh itu kembali menjalar pada tubuhnya. Anehnya, bukan perasaan takut yang selalu ia rasakan. Melainkan sebuah perasaan nyaman dan berdebar hangat yang menyeliputi hatinya.

Tubuh Shiren membeku saat Arsen membalikan tubuhnya menghadap pria itu lalu sebuah hoodie hangat di pakaikan pada tubuhnya yang masih terdiam. Arsen dengan telaten memakaikan hoodie miliknya pada Shiren, agar gadis itu merasakan kenyamanan.

"Nah udah." Arsen berucap seraya merapihkan rambut Shiren yang berantakan akibat angin.

Sebuah senyuman tulus terukir pada bibir Arsen, melihat gadis itu memakai hoodie miliknya yang kebesaran. Membuat Shiren berkali-kali lebih menggemaskan dan cantik. Ya, Shiren memang selalu cantik.

"Pak Arsen?"

Arsen mendesis sebal, "Arsen." Tegas Arsen memperbaiki panggilannya.

Shiren mengangguk ragu dan menggigit bibirnya tanpa sadar.

"Terima kasih." Ntah mengapa semua pertanyaan dalam tenggorokannya tertelan begitu saja. Sehingga hanya kalimat 'terima kasih' yang mampu ia ucapkan.

"Mau ikut?" Ajak Arsen tiba-tiba. Menghentikan lamunan Shiren.

"Kemana?"

Alih-alih menjawab, Arsen segera bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya pada Shiren yang masih duduk.

Shiren menatap uluran itu bingung, lalu beralih pada Arsen yang tengah menatapnya.

"Ayo, kamu akan menemukan jawabannya jika ikut denganku."

Kedua tangan Shiren yang saling menggenggam itu terkesan cemas dan ragu saat akan menerima uluran tangan Arsen, membuat kesabaran pria itu habis dan langsung menarik tangan Shiren tanpa persetujuan sang empunya.

Arsen menuntun Shiren tanpa melepaskan genggaman mereka.

Sebuah genggaman hangat yang begitu nyaman, seolah memberi perasaan aman kepada hati Shiren. Gadis yang lebih pendek dari Arsen itu berjalan di belakang Arsen. Bahu lebar milik Arsen begitu tegap, Shiren bahkan bisa melihat tahi lalat dari leher Arsen. Jarak mereka yang dekat ini, membuat Shiren banyak menyadari mengenai Arsen. Selama ini Shiren selalu menunduk hingga tak mengetahui sosok sempurna yang tengah memimpin jalan ntah kemana.

Arsen menghentikan langkahnya membuat atensi Shiren beralih pada sekitar. Gadis itu menutup mulutnya merasa kagum dengan keindahan malam ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang