📌 jangan abaikan ikon bintangnya ya📌
Sebab, semakin banyak bintang akan semakin cerah.
Kalau ada typo tandain, ya 😉
_
_Netra (y/n) jatuh ke arah pria bercoat putih yang kini berdiri di ambang pintu. Perawat ramah yang beberapa kali menemani (y/n) selama gadis itu dirawat. Hendrik tengah berdiri sambil mendorong sebuah kursi roda. (Y/n) membalas senyum Hendrik tak kalah ramah.
Kedatangan Hendrik membawa secercah harapan untuknya keluar dari sana. Ruangan luas itu terasa mulai sempit. Juga mulai terasa pengap, karena kini bukan hanya Petra, namun seorang warga sipil lagi yang tiba tadi pagi dalam keadaan sekarat juga dirawat di sana. Ada total tiga pasien di dalam satu ruangan itu.
"Selamat siang, (y/n)-san. Bagaimana keadaan mu? Mau jalan-jalan bersama ku?"
"Mauuu!"
(Y/n) mengangguk antusias. Namun gadis itu tetap mengatur suaranya agar tidak begitu berisik. Hendrik tersenyum geli melihat tingkah pasien yang satu ini. Lumayan menghibur dikala rumah sakit sedang dalam kondisi yang darurat.
"Menurut dokter yang memeriksa mu tadi pagi keadaan mu sudah mengalami kemajuan yang pesat (y/n)-san. Padahal biasanya pasien penderita patah tulang akan sembuh paling cepat tiga bulan. Daya tahan tubuhmu sangat hebat ya,"
"Benarkah? Hmm .. aku hanya memikirkan hal-hal positif saja. Baguslah jika benar begitu."
(Y/n) menyibak selimut dan menggeser tubuhnya agar Hendrik bisa membantunya turun dan duduk di kursi roda.
"Kau bisa berpegangan pada bahu ku,"
"Terima kasih, Hendrik. Aku memang masih kesulitan berpindah ke kursi roda."
Tanpa keduanya sadari, ada tatapan setajam elang yang terus mengintai lurus ke arah Hendrik. Tatapan itu bahkan lebih tajam dari sebuah pisau yang baru di asah.
"Aww, sakit!" (Y/n) meringis kala tulang rusuknya terasa nyeri ketika mencoba mencari posisi nyaman untuk duduk.
"Ada apa? Apakah ada yang sakit?" tanya Hendrik khawatir.
(Y/n) hanya menggeleng sembari tersenyum kecil. Matanya bergulir ke arah pintu. Netra berwarna (e/c) itu kini membola terkejut.
(Y/n) diam. Mengapa rasanya seperti baru saja tertangkap basah sedang berselingkuh. Sementara itu Hendrik tampak biasa saja menatap seseorang di hadapannya.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan? Jika ingin mengunjungi pasien bernama Petra Ral, itu, ranjangnya ada di sebelah sana," ucap Hendrik ramah. Menunjukan dengan seluruh jari tangan sesopan mungkin.
(Y/n) hanya diam. Matanya tertunduk memandang ke arah kedua tangan yang ia pangku.
"Tatapan itu? Mengapa sangat mengerikan? Seharusnya aku yang marah karena Levi tidak menepati janjinya," ucap (y/n) dalam hati. Tangannya perlahan meremat kemeja. Ia tidak punya keberanian walau hanya untuk melihat sejenak ke arah Levi.
Kepekaan Hendrik terhadap keadaan pasien tak perlu di ragukan, ia sadar jika (y/n) merasa tak nyaman akan kehadiran pria itu di sana.
Hendrik kembali bersuara, "maaf Tuan jika anda butuh sesuatu, ada para perawat di ujung lorong yang bertugas hari ini. Kami harus pergi. Jadi permisi .... "
Levi begumam tak jelas. Tatapannya semakin dingin kala tangan Hendrik mengacak gemas surai milik (y/n) dan berjalan keluar melewatinya begitu saja.
Sementara itu (y/n) merasakan dadanya berdebar keras ketika tatapan matanya berselisih dengan Levi tepat sebelum ia keluar dari pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐨𝐦𝐞𝐭𝐢𝐦𝐞𝐬// [ Levi x Reader ] SUDAH TERBIT✅
Fanfiction[Anime story ke 5] Dia, Levi Ackerman. Pria yang menyandang titel Prajurit Terkuat sepanjang masa. Terang-terangan mengaku membenci para bangsawan yang naif, licik, dan suka menindas! Jangan salah, Kapten satu ini menyamakan ratakan semua bangsawan...