Marno mulai merangkak lagi. Di depan mukanya ada batu besar. Dengan sendirinya ia menuju ke sana. Desingan peluru keras karena ia memasuki daerah tembakan lagi. Di dekat batu itu ia tiduran menelungkup badan gemetar semua, ketakutan dan harapan mendorongnya maju. Waktu melewati batu itu, pantatnya tergesek. Meskipun lelah dan sakit, angin yang bertiup saat itu terasa juga.Marno merangkak terus diburu takut, diimbau oleh harapan. Dan ia teringat cerita ayahnya tentang surga. Ia bayangkan bahwa surga itu seperti bukit yang kini di hadapannya. Bukit yang hijau dan aman. Dan ia merasa seperti merangkak dari neraka ke surga lewat jembatan Siratalmustakim yang terentang di atas parit menyala-nyala.
Marno mulai berani dengan mengingat kata-kata ayahnya itu. Bukit yang sangat tinggi. Saat mulai merangkak ia sangat kelelahan. Dia berhenti sejenak untuk melepas rasa lelah itu.
Namun saat beristirahat, Marno kaget karena tepat di sebelahnya ada peluru yang ditembakkan. Marno sangat pasrah ketika mendengar suara tembakan. Peluru jatuh bagaikan hujan yang sangat deras. Marno pun mulai merangkak dengan cepat karena suara tembakan yang keras. Beruntungnya ada sebuah pohon yang cukup besar.
Marno beristirahat dibawah pohon itu dengan mengambil beberapa buahnya. Meski sudah bersembunyi, desingan peluru yang keras tetap membuat Marno merasa takut. Badannya mulai gemetar.
Marno berdoa agar ada suatu pertolongan yang datang menghampirinya.
Doa Marno terkabul, ada sekelompok orang desa yang sedang mencari kayu datang untuk menolongnya. Marno pun diajak menjauh dari daerah tembakan itu. Ia berterima kasih kepada orang desa tersebut. Marno diajak kesebuah desa yang tidak jauh dari area ledakan itu.
Saat marno sudah sampai di sebuah desa, ia singgah di rumah Pak Tejo. Badan Marno terlihat sangat lemas. Kemudian Pak Tejo memberinya makan dan minum. Badan Marno masih terasa gemetar dan ia tidak mau bercerita tentang kejadian yang ia alami.
Setelah badan Marno mulai membaik lalu Pak Tejo mulai bertanya kepada Marno. "Marno, kenapa kamu tadi bersembunyi?"
Marno menoleh, menjawab pertanyaan Pak Tejo. "Saya sedang di incar oleh sekelompok orang."
"Kenapa kamu sampai bisa di incar sekelompok orang?," tanya Pak Tejo Heran.
"Saya mengetahui suatu rahasia orang yang akan dia rebut kekuasaannya. "
Tiba-tiba saat Marno sedang bercerita dengan Pak Tejo, suara peluru mulai terdengar di desa itu. Marno pun bergegas untuk mencari persembunyian yang aman. Ternyata suara tembakan itu disebabkan oleh sekelompok orang yang mencari keberadaan Marno di desa itu.
Sekelompok orang tersebut mengetahui keberadaan Marno yang bersembunyi di rumah Pak Tejo. Lalu mereka mendatangi rumah Pak Tejo dan mengacak acaknya untuk mencari keberadaan Marno yang sedang bersembunyi.
Lalu Alex, pimpinan kelompok tersebut yang berbicara kepada Pak Tejo. "Tejo, dimana Marno bersembunyi?!"
"Saya tidak tahu keberadaan Marno."
"Kalau kau tidak memberi tahu dimana keberadaan Marno kepadaku maka kamu yang akan saya bunuh."
Suasana mulai mencekam. Marno mendengar percakapan Alex dan Tejo sambil mengintip ngintip. Marno panik mendengar percakapan Alex yang mengancam Tejo. Tejo mengisyaratkan marno untuk lari lewat pintu belakang. Tejo pun mengulur waktu sambil berbicara dengan Alex.
Marno berlari dengan ketakutan. Saat Marno keluar lewat pintu belakang, Alex melihat Marno. Alex pun berteriak, "Itu dia Marno, cepat tangkap dia."
Kemudian Alex dan pasukan nya mengejar Marno. Marno berlari ketakutan menuju hutan sambil berfikir bagaimana cara agar bisa melarikan diri dari Alex dan pasukannya. Marno bersembunyi di semak semak dan menutupi tubuhnya menggunakan dedaunan.