Love is Hurt

2 1 0
                                    

Marno mulai merangkak lagi. Di depan mukanya ada batu besar. Dengan sendirinya ia menuju ke sana. Desingan peluru keras karena ia memasuki daerah tembakan lagi. Di dekat batu itu ia tiduran menelungkup badan gemetar semua, ketakutan dan harapan mendorongnya maju.Waktu melewati batu itu, pantatnya tergesek. Meskipun lelah dan sakit, angin yang bertiup saat itu terasa juga.

Marno merangkak terus diburu takut, diimbau oleh harapan. Dan ia teringat cerita ayahnya tentang surga. Ia bayangkan bahwa surga itu seperti bukit yang kini di hadapannya. Bukit yang hijau dan aman. Dan ia merasa seperti merangkak dari neraka ke surga lewat jembatan Siratalmustakim yang terentang di atas parit menyala-nyala.

Ia kecewa dengan sahabatnya yang mengkhianati dan memberikan dia ke para musuh untuk di bunuh, dengan raga yang lemah lalu perlahan tubunya dingin dan ia merasa bahwa semuanya gelap.

Tahun demi tahun berlalu begitu cepat kini anak yang dulu berumur 3 tahun telah menginjak usia kepala dua Ashila Saumatun, putri kesayangan Azima dan Marno yang menjadi anak tunggal serta harapan Azima setelah Marno meninggal. Ashila tumbuh dengan baik menjadi perempuan yang cantik dan cerdas.

"Shila tolang bantu, Mamak," teriak sang Mamak memanggil Shila yang berada di halaman belakang rumah.

"Iya Mamak Shila ke situ," jawab Shila sambil berjalan menghampiri sang Mamak.

"Ada apa Mak panggil Shila?" tanya Shila menyejajarkan tubuhnya dengan Mamak

"Sini bantu Mamak cuci piring." kata Mamak sambil bergeser.

Matahari terbenam dan digantikan dengan bulatnya rembulan yang terang untuk memberikan sinar cahayanya ke bumi. Malam ini begitu dingin hingga membuat Shila berfikir mengapa sang ayah begitu cepat meninggalkan keluarganya dan membuat ia dan sang ibu hidup berdua tanpa adanya sosok perisai lelaki sebagai tumpuan keluarga.
Tiba-tiba pintu kamar Shila terbuka.

"Shila, kenapa belum tidur?" tanya Mamak kepada Shila.

"Shila sedang memikirkan Bapak, Mak," Jawab Shila sambil memandang Mamak.

"Kenapa memikirkan Bapak?" sahut Mamak kembali.

"Tidak tau Mak, Shila hanya kangen Bapak, kenapa bapak perginya cepat sekali," Kata Shila sambil memandangi Mamak.

"Kamu mau tau kenapa bapakmu perginya cepat sekali?" tawar mamak kepada Shila.

"Sekarang Shila sudah boleh tau, mak?" ucap Shila memastikan tawaran Mamak.

"Iya, Shila boleh tau, tapi Mamak mau Shila berjanji pada Mamak dulu untuk tidak bersedih lagi," Sahut mamak dengan nada tegas.

"Iya Mak Shila janji, tapi Mamak jangan sedih ya kalau cerita tentang Bapak," kata shila kepada Mamaknya.

Mamak Shila pun mengangguk, Ia berjalan ke lemari yang sudah usang untuk mengambil sebuah kotak. Di dalam kotak tersebut, terdapat bukti-bukti peristiwa kematian bapak Shila secara runtut.

"Bapakmu itu mati karena dibunuh, nak, dia telah ditipu oleh sahabatnya yang bernama Ucup. Tapi setelah kejadian itu, Ia kemana Mamak juga tidak tau. Tapi, biarkan saja Tuhan yang membalasnya." ucap mamak sambil menahan tangis.

Sakit, sesak, marah, kecewa semua bercampur menjadi satu. Shila ingin membalas dendam kepada Ucup dan juga keluarganya. Dengan air mata yang terus mengalir Shila bertekad pergi ke kota untuk mencari Ucup dan keluarganya tanpa memberitau sang Mamak.

Shila tampak duduk di tepi ranjang, sambil mengemasi barang dia memikirkan cara untuk membalaskan dendamnya.

Saat malam semakin larut, Shila pergi ke kota dengan mengendap-endap agar sang mamak tidak mengatahuinya, dia takut kalau mamak tau rencana yang telah ia susun sedemikian rupa akan hancur dan sudah dipastikan Shila tidak akan di beri ijin untuk pergi ke kota.

MarnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang