Marno mulai merangkak lagi. Di depan mukanya ada batu besar. Dengan sendirinya ia menuju ke sana. Desingan peluru keras karena ia memasuki daerah tembakan lagi. Di dekat batu itu ia tiduran menelungkup. Tubuh gemetar, ketakutan dan harapan menjadi satu rasa yang mampu mendorongnya untuk maju. Waktu melewati batu itu, pantatnya tergesek. Meskipun lelah dan sakit, angin yang bertiup saat itu terasa menyejukkan juga.
Marno merangkak terus diburu takut, diimbau oleh harapan. Ia teringat cerita ayahnya tentang surga. Ia bayangkan bahwa surga itu seperti bukit yang kini di hadapannya. Bukit yang hijau dan aman. Ia merasa seperti merangkak dari neraka menuju surga melewati jembatan Siratal Mustakim yang terbentang di atas parit menyala-nyala.
Setelah teringat cerita ayahnya Marno merasa sedikit tenang, dia bisa merebahkan badannya sebentar, Marno pun berkata di hatinya "Huh capek sekali dikejar-kejar terus, tapi aku bersyukur bisa melarikan diri dari kejaran orang itu."
Setelah beberapa saat Marno mendengar suara hentakan kaki, orang yang mengejar Marno pun bertemu kakek tua yang ada di sekitar tempat itu. Orang itu pun bertanya pada kakek tua," Apakah Kakek melihat seseorang di sekitar sini?”
Kakek itu pun menjawabnya, "Sepertinya aku melihat seseorang yang berlari terbirit-birit ke arah sana ". (Sambil menunjuk ke arah utara). Dengan rasa emosi orang itu pun langsung berlari ke arah yang kakek beri tahu.
Karena Marno tahu tentang hal itu, kemudian dia menggurutu, "Pasti itu orang yang mengejarku tadi, baru saja aku merasa tenang banyak sekali sih cara mereka untuk menemukanku". Marno pun beranjak pergi dari tempat persembunyiannya. Dia pun menghampiri kakek tua itu.
Marno pun bertanya pada kakek tua " Kek, apakah ada pemukiman yang dekat di sekitar sini?"
Kakek itu pun berpikir keras di otaknya. "Apakah orang ini yang dimaksud pemuda tadi".
"Kek", kata Marno dengan agak keras dan terburu-buru.
"Pergilah ke arah utara kamu akan menemukan sungai dan di seberang sungai itu ada pemukiman".
Marno pun langsung tersenyum bahagia sambil berucap, "Terimakasih, Kek.”
Tidak menunggu lama Marno pergi ke pemukiman yang dimaksud kakek tersebut. Di sungai seberang pemukiman itu terdapat gadis cantik yang sedang mencuci baju. Karena kelalaiannya, saat mencuci, baju yang ia cuci terhanyut derasnya air sungai. Setelah perjalanan jauh akhirnya Marno pun sampai di sungai itu dan membersihkan diri. Tidak sengaja dia melihat beberapa baju yang terhanyut di sungai. Marno langsung bergegas mengambil baju tersebut dan mengumpulkannya. Marno pun membawanya ke jembatan yang akan dia seberangi. Dia bertemu gadis yang kebingungan seperti kehilangan sesuatu.
Marno bertanya kepada gadis itu, "Kenapa dinda merasa resah seperti itu?"
Dengan bingung gadis itu menjawab dengan terbata-bata "Ba.. baa... Bajuuu....ku hanyut.”“Apa ini bajumu? Tadi saya menemukannya di seberang sungai sana.” jawab Marno sambil memberikan baju itu pada gadis tersebut.
Dengan senangnya gadis itu menjawab“Terima kasih wahai kanda, kau telah menemukan bajuku, karena aku sudah tidak punya baju lagi selain baju yang aku cuci tadi.”
“Iya sama-sama,” jawab Marno.
Kemudian gadis itu bertanya “Wahai kanda mengapa kamu bisa sampai di desa kecil ini, kamu mau ke mana?”“Aku bingung harus ke mana aku mencari tempat untuk istirahat sebentar,” ujar Marno dengan resahnya.
Karena sudah dibantu, gadis tersebut merasa punya hutang budi pada Marno. Akhirnya Marno diajak pulang bersama gadis tersebut. Setelah sampai di rumah gadis itu, Marno bertanya, “Oh iya saya belum kenalan dengan kamu, namamu siapa?”