7 (2)

28 18 0
                                    

• *. • * . *. • * .

SUASANA yang tadinya sedingin es kutub perlahan mencair dan menghangat, beberapa menganggap kalimat Azam barusan sangat menggelikan namun sebagian perempuan justru meleleh seolah-olah kalimat itu ditujukan untuk diri mereka sendiri.

"Ciee ... Cieee ..." seru mereka menggoda kawannya yang sepertinya sedang dimabuk cinta.

Walau dia juga merasa canggung, namun bertujuan untuk mengapresiasi muridnya, akhirnya Bu Hana bertepuk tangan paling pertama dan lalu diikuti yang lainnya.

Seisi kelas bersorak riuh sambil tertawa-tawa.

Sedangkan Gala yang disebut namanya, memasang wajah tegang. Ia pucat seolah vampir baru saja menghisap habis darahnya.

Yang semakin membuat Gala panik adalah, saat ini laki-laki itu tidak berjalan kembali ke kursinya, melainkan ke arah Gala. Lalu buru-buru ia menyembunyikan wajahnya.

"Buat lo," tanpa basa basi, Azam menyodorkan lukisan miliknya kepada Gala.

Seketika itu juga Gala langsung nge-blank, tak tahu harus berbuat apa. Ia mengangkat kepalanya sedikit untuk mengamati mimik Azam, meski entah jawaban apa yang Gala cari.

"Ambil, tangan gue pegel nih. Aaaa ... aw, aw ..." rintih Azam, bertingkah seolah tangannya kesakitan.

Dahi Gala berkerut heran terhadap tingkah menggelikan Azam yang jelas sekali kecanggungan itu terasa, namun begitu, dengan polosnya Gala menerima lukisan itu.

Tubuh Gala sedikit melompat kaget ketika seisi ruangan tiba-tiba berseru riuh. Seolah mendukung apapun yang Azam lakukan sekalipun itu terlalu menggelikan untuk disaksikan.

Sosok bertubuh jenjang itu merendahkan tubuhnya sedikit sehingga ia dapat memperpendek jaraknya dengan Gala, sedangkan Gala sendiri tak memiliki cukup ruang untuknya menghindari pendekatan itu sebab punggungnya telah benar-benar rapat dengan sandaran bangku di belakangnya.

Padahal jarak mereka tidak sedekat itu, namun entah kenapa yang Gala rasakan justru sebaliknya.

"Gue nggak bakal nembak lo sekarang juga. Tenang aja," tutur Azam pelan. Memastikan agar hanya Gala yang dapat mendengarnya. "Gue cuma mau minta tolong, lo jangan suka sama orang lain, ya?" imbuhnya, yang tiba-tiba melontarkan permintaan aneh pada Gala.

"MAKSUD?!!" batin Gala terkejut setengah mampus.

"Maksudnya, gue gak bisa nahan lo buat suka sama siapapun. Tapi gue juga gak bisa nahan diri gue, buat nggak gelisah setiap liat elo deket sama cowok lain," ungkap Azam seolah membaca pikiran Gala.

"Maksud gue, gue takut keduluan orang lain jadi gue nyatainnya dadakan gini. Maaf ... lo pasti kaget banget, ya? Gak pa-pa lo nggak perlu anggep ini seruis. Eh, tapi jangan anggep bercandaan juga ... soalnya ini perasaan gue gak main-main, loh!"

"Ehm ..." ia berdeham sambil membetulkan posisi berdirinya. Azam berusaha keras untuk kelihatan tenang di depan kawan-kawannya. Meski tak bisa dipungkiri bahwa Satria mendapati Azam terlihat sangat konyol dengan tingkah gugupnya. Walau begitu, ada perasaan tak senang yang mengganjal hati Satria.

Beruntungnya, tak ada yang mendengar kalimat Azam barusan dengan jelas, sebagaimana Gala juga sosok laki-laki di sebelahnya.

Meski kata-kata Azam terasa berbelit, tak bisa dipungkiri gadis itu dapat memahami maksud dari semua kejadian di depan matanya tadi.

GALA : Sleepwalker [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang