⚠ 30 : Kejutan-kejutan

59 10 0
                                    

Fight so dirty, but your love so sweet
Talk so pretty, but your heart got teeth
Late night devil, put your hands on me
And never, never, never ever let go

Teeth - 5 Seconds Of Summer

• *. • * . *. • * .

KETEGANGAN dalam ruang kamar Gala yang kecil, seolah semakin menekan ia ke dalam tanah. Setiap kata yang keluar dari mulut Satria, menjelma palu, kaki-kaki Gala dibuat lemas terpaku.

Tiba-tiba ponsel Gala berdering, menampilkan nama Azam di sana. Namun tangan Gala bahkan tak sedikitnya bergerak.

"Lo, muncul di hidup gue sembilan tahun yang lalu. Sekarang udah inget 'kan arti lukisan mobil kebakar gue itu? Sama arti gambar ini?" ucapnya, sambil kemudian jarinya menunjuk pada kaset berlukiskan burung-burung gereja. Pemberiannya kala itu.

dapat Gala rasakan, Satria yang kini mendekat ke arahnya. Menyambar ponsel Gala dari sang pemiliknya.

"Halo, La? Ada yang mau gue omongin sama lo, bisa ketemu gak?" ucap suara di sebrang sana.

"Gak bisa. She's mine, now." Satria menjawabnya singkat dan langsung menutup panggilan. Setelahnya, ponsel Gala sudah terhempas ke atas kasur.

"Back to the topic. Gue ada di sana. Nyaksiin semuanya, dan gue juga yang bantuin lo nemuin nyokap lo di rumah sakit." desisnya. "Mulai kebayang nggak puzzle-nya?"

"Abis ngeliat lo sleep walking, di situ gue pengen tau, apa bisa gue bunuh bokap pake cara itu? Mungkin, gak bakal ada orang yang tau. Dan akhirnya? Lo liat kan? Gue berhasil ngelakuin itu." Satria merentangkan kedua lengannya dengan angkuh. Seolah hal keji itu adalah prestasi gemilang untuknya.

Kenapa? Gimana bisa, anak sekecil itu punya pemikiran sejahat itu?

"Dari hari itu, pelan-pelan gue mulai cari tau, tentang sleep walking. Intinya, ya, semua tentang elo, Gala." telunjuknya melayang tepat, beberapa senti di depan bola mata sang gadis.

"Karena waktu itu itungannya gue masih kecil, so, gue minta bantuan dari mantan sekretarisnya bokap gue, dan waktu gue kelas 2 SMP gue minta tolong dia buat nyari tau di mana lo tinggal dan di mana lo sekolah."

Ia kemudian teringat seseorang, "Oh- dan, Azam? Gue awalnya sama sekali gak inget kalo dia juga ada di sana sembilan tahun lalu. Tapi ngeliat dia yang juga ngedeketin lo, gue jadi inget kalo itu emang dia. Anak laki-laki di jembatan itu."

"Daya inget gue, bagus 'kan?" imbuh Satria sambil menunjuk-nunjuk sisi kanan keningnya dengan angkuh.

"Lo ... monster ..." pekik Gala, lehernya tercekat kelu.

"Masih mau denger nggak?"

Gala diam. Meski enggan, sialnya, Gala akui rasa penasaran itu masih di sana.

"Pas udah kelas 1 SMA, gue minta pindah sama bokap. Gue nggak bilang alesannya, tapi yang pasti gue pengen ada di satu lingkungan yang sama, ama lo."

Seolah tahu pertanyaan apa yang terlintas di mimik Gala, Satria telak menjawabnya. "Nggak, dia gak tau apa-apa soal elo. Dan kejadian waktu itu, itu bener-bener nggak ada dalam rencana gue. Gue dari awal sama sekali gak ada niatan buat nyakitin lo."

"Lo cuma senjata buat gue. Ibarat belati, gue pengen jaga lo tetep utuh, biar gue bisa hancurin musuh gue pake belati itu."

Sinting.

GALA : Sleepwalker [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang