03

14.3K 1K 62
                                    

Walau pun Juli bingung dengan keadaan saat ini tetap saja dia bisa tidur nyenyak di tempat orang asing itu.

Saat pagi tiba, Juli bangun lalu mengucek pelan matanya dia pun melihat ke samping tapi pria asing itu tidak ada.

"Kemana dia ?" Perlahan Juli beranjak dari kasur, dia membuka pintu dan melihat pria asing itu tengah membersihkan ruang tamu memakai penyedot debu.

"Pagi" sapanya.

"Ah.. pagi" Juli bisa melihat pria ini kembali melakukan pekerjaannya.

Juli melirik jam yang sudah menunjukan pukul 7 pagi.
"Jam 8 aku masuk kerja, apa aku boleh sarapan ?" Tanya Juli.

Pria ini mematikan mesin penyedot debu lalu menatap Juli.
"Kamu punya pekerjaan ?"

"Iya, aku punya" jawab Juli.

"Oh...Hm, sebentar.. sepertinya aku punya roti di lemari" pria ini beranjak kearah dapur, dia mengeluarkan roti dari dalam lemari lalu memanggangnya untuk mereka berdua.

Juli duduk di kursi seraya melihat pria ini berdiri menunggu roti panggang.
"Apa kau punya pekerjaan ?" Tanya Juli.

"Hm, aku penulis novel" jawab pria ini tanpa melihat Juli.

"Siapa nama pena mu ? Ah.. novel yang mana ?" Tanya Juli penasaran.

Pria ini menatap Juli.
"Jason Blues, aku memakai nama asli ku"

"Hmm.. Jason Blues ? Aku seperti pernah mendengar nama itu"

Pria bernama Jason ini menaruh roti tadi di piring juga menuangkan segelas susu untuk Juli.

"Dandelion Surga"

"Apa ?" Juli menatap Jason yang sekarang duduk di hadapannya.

"Judul Novel ku, kamu bisa mencarinya di toko dengan tanda 18+"

Lama Juli diam sampai akhirnya dia tersadar saat mengingat judul yang Jason sebutkan.
"Eh! Jadi kamu penulisnya ?! Ki-kisahnya terasa nyata.. aku benar-benar suka!"

Jason melirik wajah Juli lalu mulai memakan rotinya.
"Itu memang kisah nyata, aku tidak menulis kalau tidak sesuai fakta"

"Jadi.. " Juli kembali duduk ke kursinya.
" ..wanita itu benar-benar meninggal ?" Tanya Juli.

Jason terdiam beberapa saat lalu kembali mengunyah.
"Ya, dia meninggal saat melahirkan anaknya sama seperti yang tertulis di buku itu"

"Lalu.. " Juli meremas pelan celananya.
" ..suaminya bagaimana ? Mereka baru menikah kan ? Apa kamu mengenalnya ?"

Jason mengangguk pelan.
"Ya, dia baik-baik saja.. kamu tidak perlu khawatir"

"Syukurlah, aku takut dia menjadi Dandelion juga"

"Hampir.. " Jawab Jason.

"Ah, tapi dia masih disini kan ?"

Jason menaruh potongan rotinya.
"Masih, dia masih disini" Jawab Jason menatap Juli serius.

"O-oh.. syukurlah" Juli sedikit salah tingkah saat melihat mata tajam Jason.

"Um, kita belum berkenalan.. aku Juli, usia ku 20 tahun, penjaga toko buku itu sebabnya aku tau buku mu"

"Panggil saja aku Jason, sekarang usia ku 29 tahun.. penulis novel, karena aku memerlukan tenaga bantu di tempat ini, aku mau kamu bekerja bersama ku saja, bisakah kamu berhenti menjadi penjaga toko ?" Tanya Jason tanpa basa basi.

"Ah, tapi--"

"Malam tadi kamu bilang perlu tempat tinggal, jadi aku memberikan tempat untuk mu tinggal juga makanan sepuas mu, kamu juga akan menerima gaji 5 juta perbulan.. jadi sebagai gantinya.. " Jason menyandarkan tubuhnya di kursi.

".. bantu aku merawat tempat ini dan jadilah insipirasi novel ku berikutnya"

"Li-lima juta.. apa itu benar gaji ku tanpa potong makanan atau bayar air dan listrik ?"

"Semua sudah ku tanggung, apa kurang ?" Tanya Jason.

"Ti-tidak !! Itu lebih dari cukup !! Aku mau !!" Juli terlihat bersemangat.

Jason menyodorkan tangannya.
"Jadi deal ?"

Juli langsung menyambut uluran tangan Jason.
"Iya! Terima kasih banyak.. aku akan bekerja giat !"

"Tunggu sebentar.. kita harus membuat perjanjian secara tertulis" Jason pergi ke kamar mengambil pen juga kertas, dia menulis semuanya di kertas lalu menyodorkannya pada Juli.

"Baca lah dan simak dengan cermat"

"Hm," Juli mulai membaca perjanjian mereka.

1. Tidak boleh membawa orang asing tanpa seijin pemilik tempat tinggal.
2. Tidak merokok di dalam tapi boleh di balkon.
3. Bersedia mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, mencuci, melipat pakaian dan bersih-bersih.
4. Karena pemilik rumah hanya punya satu kamar, saya selaku pekerja bersedia tidur satu kamar.
5. Bersedia menjadi inspirasi novel oleh pemilik rumah.
6. Di larang memiliki ketertarikan satu sama lain.

Mata Juli langsung tertuju pada poin nomor 6.
'Jadi dia masih normal ?' batin Juli karena memang responnya terhadap Juli sangat lah datar.

"Bagaimana ?" Tanya Jason.

Juli mengangguk lalu menandatangani perjanjian mereka berdua begitu pula dengan Jason.

Jason mengambil kertas tadi dari Juli.
"Senang bekerjasama dengan mu"

"Terima kasih sudah mau menampung ku" Juli tersenyum kecil.

'Tidak apa-apa, jadi artinya aku tidak perlu menjual diri' batin Juli sedikit lega.

.
.

Bersambung ...

One More Time (Tamat 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang