06

12.5K 992 46
                                    

Juli mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar apa yang Jason katakan.
"Ap-apa kamu melupakan poin ke 6 dalam perjanjian kita ?" Tanya Juli.

"Aku ingat" jawab Jason santai.

"Lalu apa maksudnya kata-kata mu tadi ?"

Jason diam beberapa detik lalu mendorong Juli agar kembali duduk.
"Aku hanya perlu jawaban mu, iya atau tidak ?"

"Hah ?" Juli tidak mengerti apa yang pria ini katakan, dia sangat aneh apakah semua penulis novel mempunya sifat seaneh Jason atau hanya dia sendiri ? Pikir Juli.

"Kamu hanya perlu menjawab iya atau tidak saja"

"Tentu saja tidak! Apa ini salah satu alur dari novel mu ? Jangan menulis hal aneh tentang ku!" Kata Juli.

"Hm, terima kasih" Jason menyentuh pucuk kepala Juli lalu kembali ke meja kerjanya.

"Eh...hanya itu ?" Tanya Juli.

"Iya, hanya itu.. kamu bisa kembali bekerja" kata Jason tanpa melihat Juli.

"Ck, dasar aneh" gumam Juli dengan raut wajah kesal, sesaat mata Jason melirik Juli lalu dia tersenyum simpul melihat tingkah kesal Juli akibat ulahnya.

.
.

* Jam 23:20 Malam.

Juli terbangun saat mendengar suara ketikan dari sisi kirinya, dia berbalik dan bisa melihat Jason masih bekerja padahal sudah tengah malam.

Juli bangun dari posisi berbaringnya.
"Mm.. kamu masih bekerja ? Mau ku buatkan kopi ?" Kata Juli sembari mengucek matanya yang masih terasa mengantuk.

"Tidak apa-apa, kembali lah tidur" jawab Jason.

"Jangan khawatir, aku akan tidur setelahnya" Juli beranjak keluar dari dalam kamar.

"Hah.. " Jason menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, dia melihat kasur tempatnya dan Juli tidur.

" ..apa warna dalaman yang dia pakai malam ini ?" Gumam Jason.

Beberapa menit kemudian, Juli kembali masuk ke dalam kamar membawa segelas kopi.

Juli menaruh gelas kopi di dekat Jason.
"Kalau merasa lapar, bangunkan saja aku.. akan ku buatkan makanan" ujar Juli tapi Jason tidak menjawab dia malah menatap Juli.

"Apa ada yang aneh di wajah ku ?" Tanya Juli.

"Bisakah kamu membantu ku ?" Tanya Jason.

"Hm, katakan saja" Juli tersenyum tanpa menaruh curiga.

"Tolong duduk di atas kasur" pinta Jason.

"U-untuk apa ?"

"Hanya duduk saja"

"Oh, Mm.. baik" Juli menuruti permintaan Jason, dia duduk di atas kasur.

Jason memutar kuris kerjanya kearah Juli.
"Silangkan kaki mu"

"Hm," Juli menyilangkan kakinya sesuai permintaan Jason.

Jason menatap Juli lekat yang malah membuat Juli merasa tidak nyaman dilihat seperti itu.
"Ap-apa sudah cukup aku berpose seperti ini ?" Tanya Juli.

Jason tiba-tiba berjalan kearah Juli, dia berhenti di hadapan Juli yang membuat wajah Juli secara tidak sengaja malah berhadapan dengan milik Jason yang masih tertutup celana.

"Ugh.. " Juli memalingkan wajahnya kearah lain tapi kepalanya langsung di tahan oleh Jason.
" ..aku tidak bisa melihatnya"

"Hah ? Melihat apa ?"

"Bisakah kamu melakukan pose ini tanpa celana ?"

Deg!
Juli membulatkan matanya saat mendengar permintaan Jason.

"Ka-kamu pasti bercanda kan ?" Juli tersenyum kaku.

"Aku tidak bercanda, akan ku tambah satu juta gaji mu bulan ini"

Tanpa pikir panjang Juli langsung menuruti kata-kata Jason, dia melakukan pose tadi tanpa celana dan Jason melihat Juli dari kursi kerjanya dan lagi sekarang celana panjangnya ada di tangan Jason.

"Tolong silangkan kaki yang satunya"

"Ah, baik" Juli mengubah posisi kakinya.

Jason menopang kepalanya melihat Juli, tanpa bicara Jason tiba-tiba berbalik menatap laptopnya lalu mulai mengetik lagi.

"Um.. apa aku bisa memakai celana ku untuk tidur ?"

"Hm, kamu bisa kembali tidur tapi tolong jangan memakai celana mu.. pakai saja selimut"

"Eh ! Aku tidak pernah tidur hanya memakai celana dalam saja !"

Jason melirik Juli.
"Tapi ku yakin kamu pernah tidur telanjang setelah memuaskan pasangan mu dulu.. kan ?"

Blush !
Wajah Juli memerah.

"Ugh! Aku tidak mau melanjutkan obrolan ini ! Selamat malam !" Juli menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Jason tersenyum simpul melihat reaksi Juli, dia kemudian memilih melanjutkan pekerjaannya.

.
.

Bersambung ...

One More Time (Tamat 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang