08

12K 941 60
                                    

Jason berjalan mendekat kearah mereka berdua.
"Juli .. " panggil Jason.

"Ah, kamu sudah selesai membeli keperluan mu ?" Tanya Juli.

Jason menyembunyikan kantong plastik tadi di balik tubuhnya.
"Hm, sudah" jawab Jason.

Jason melirik wanita yang ada di pelukan Juli.
"Dia .. kalian saling mengenal ?" Tanya Jason.

"Ah.. ini,. " Juli tersenyum kaku.
" ..dia adik ku" ujar Juli, walau pun dia mengatakan kalau wanita ini adalah adiknya entah kenapa Jason merasa ada sesuatu yang sudah terjadi di antara mereka berdua.

"Lalu, kenapa dia menangis ?" Tanya Jason lagi.

"Dia-" belum selesai Juli bicara, tiba-tiba Casandra memotong kata-kata Juli.

"Aku dan kak Juli ada sedikit masalah, aku tau aku yang salah.. aku benar-benar minta maaf! Maafkan aku kak!" Ujar Casandra dengan air mata yang terus keluar membasahi pipi Casandra.

Juli mengusap-usap pelan punggung Casandra.
"Ya.. Apa yang terjadi ? Bukannya kamu sudah menikah ?" Tanya Juli.

Casandra mengelengkan kepalanya.
"Kami tidak jadi menikah, aku keguguran.. dan dia,. dia baru saja di pecat dari kantornya, aku tidak tahan karena dia terus menyalahkan ku! Huuu.. ini karma untuk ku, jadi ku mohon kak, maafkan aku!"

Juli mengangguk pelan.
"Ya, tenangkan diri mu"

Casandra melepas pelukannya dari Juli.
"Aku sangat sedih, aku kabur dari rumah...uang tinggal sedikit dan beberapa malam ini aku tidur di jalan, hiks.. aku sangat sedih, aku terus memikirkan kesalahan ku pada mu kak" Casandra menyeka air matanya yang tak bisa berhenti keluar.

"Tinggal lah bersama kami" ujar Jason tiba-tiba.

Deg!
Juli langsung menatap Jason.

"Ka-kamu yakin ? Ah, maksud ku--" dan lagi-lagi Casandra memotong kalimat Juli.

"Benarkah ?! Apa aku tidak merepotkan ?!" Tanya Casandra yang langsung melepas pelukannya dari Juli.

"Ya, Juli bekerja sendirian juga terlihat berat untuknya.. mungkin kamu bisa membantu Juli"

"Tidak apa-apa! Yang penting aku punya tempat tinggal !" Ujar Casandra.

"Bagaimana Juli ?"tanya Jason.

Juli mengepalkan kedua tangannya lalu tersenyum kecil.
"Apartemen itu milik mu, aku tidak punya hak melarang keputusan mu" jawab Juli.

"Hm.. " Jason mengangguk singkat.
" ..tapi kami tidak punya kamar, kamu bisa membuat sekat di dekat ruang tamu untuk jadi kamar mu"

"Ya, tidak jadi masalah !" Casandra terlihat senang.

Mereka bertiga akhirnya pulang ke apartemen Jason, sepanjang jalan Jason terus melirik wajah Juli, Juli terlihat cukup tertekan dengan keputusan Jason untuk mengajak adiknya tinggal bersama.

Sesampainya di apartemen, Jason langsung membuat sekat untuk Casandra tidur di ruang tamu walau pun Casandra tidur di tempat bersekat dia terlihat senang.

Setelah mandi, makan dan bersiap untuk pergi tidur. Jason tiba-tiba mengajak Juli untuk minum berdua di dalam kamar.

"Jadi ini yang kamu beli tadi ?" Tanya Juli.

"Ya, aku mau istirahat malam ini lalu menikmati waktu sembari minum dan mengobrol dengan mu .. tapi sepertinya kamu tidak mau"

Juli tersenyum kecil, dia menepuk kasur di dekatnya.
"Kemari.. mari minum berdua"

Jason menaruh satu plastik berisi 6 kaleng bir, Jason membuka satu untuk Juli.

"Terima kasih" Juli meneguk bir tadi begitu pula dengan Jason.

Juli menghela nafasnya berat.
"Apa Casandra sudah tidur ?" Tanya Juli.

"Sepertinya begitu, aku lewat tadi lampunya sudah mati juga tidak ada suara" jawab Jason.

Juli memutar-mutar pelan kaleng birnya dengan senyum simpul di bibir Juli.
"Hari itu.. saat pertama kali kita bertemu, aku sangat frustasi karena suatu masalah yang membuat ku berpikir tak apa kalau aku di siksa atau di bunuh orang asing" Juli tiba-tiba bercerita tapi Jason dengan setia mendengar cerita Juli.

"Aku di khianati oleh orang yang ku sayang.. adik ku dan kekasih ku.. hah.." Juli menghela nafasnya berat.
" ..berselingkuh dan berakhir membuat Casandra mengandung anak dari pria itu"

Jason sedikit terkejut mendengar cerita Juli tapi dia berusaha tenang.

Juli tertawa pelan.
"Tapi sekarang tidak apa-apa.. aku akan berusaha memaafkan adik ku, dia mengalami kesulitan" Juli meneguk habis minumannya.

"AHH! Ini sangat enak .. tolong satu lagi !" Pinta Juli, Jason membuka satu kaleng lagi untuk Juli.

Juli terus minum hingga menghabiskan 4 kaleng bir.
"Hik.. tolong satu.. hik.. Mm.. " Saat tubuh Juli hampir jatuh, Jason dengan cepat menahan tubuh Juli.

"Hik.. sakit.. " Juli menepuk dadanya.
" ..ah, ini sangat sakit dan menyiksa ku.. huu.. kenapa bisa mereka melakukan itu saat aku menganggap mereka keluarga.. hiks.. sakit sekali, aku hampir mati saat mengingatnya" Juli meremas baju di bagian dadanya.

Jason mendorong pelan pundak Juli lalu menatap mata sayu Juli.
"Jujur saja, cerita mu sangat menarik.. terima kasih" ujar Jason.

Juli melihat wajah Jason, perlahan tangan kiri Juli terangkat menyentuh bibir Jason.
"Bisakah.. hik.. bisakah aku mendapat kehangatan malam ini ? Hanya.. hik, aku menginginkan diri mu"

Jason mengigit pelan ibu jari Juli.
"Ya, kebetulan aku membeli pengaman saat di mini market tadi" Jason mendekat lalu mengecup singkat pipi Juli.

Juli terkekeh pelan.
"Jadi dari awal kamu .. hik, sudah mempersiapkan ini semua"

Kecupan Jason beralih ke leher Juli.
"Mm.. hampir gagal karena adik mu, tapi mari kita lakukan dengan suara pelan"

Juli tersenyum kecil lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Jason.

"Ah... ya, tolong sentuh aku .. hik, hilangkan rasa sesak ini"

Jason diam sesaat tapi setelahnya dia kembali menyentuh Juli.
"Akan ku coba" kata Jason pelan karena dia memang tidak memiliki pengalaman bersama laki-laki.

.
.

Bersambung ...

One More Time (Tamat 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang