O2. Rumah yang Tak Ramah

476 66 15
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

SEMENJAK kematian kakaknya, rumah Mada memang berubah sepi. Kedua orang tuanya saling berdiam diri sedang dirinya hanya bisa meratapi kamar yang kini ditinggal sang pemilik. Kosong, hampa, kehilangan rindu. Bagi Mada, sang kakak adalah kawan terbaik. Kemudian selang beberapa hari, rumah kembali bising. Namun, suara-suara bising itu ternyata mimpi buruk yang baru saja dimulai.

Barang-barang dibanting, perdebatan yang tak kunjung berakhir, dan alunan caci maki yang makin lengking bersahut-sahutan saling memenuhi rumah. Sedangkan Mada hanya anak kecil yang tidak bisa apa-apa untuk melerai kedua orang tuanya. Yang anak itu bisa lakukan hanya memeluk lutut di pojok ruangan sembari menangis, dipegangnya secarik foto yang menampilkan betapa harmonisnya keluarga Mada dulu. Lengkap, bersama Kala disana.

Efek buruk dari semua itu membuat tumbuh kembang Mada tidak senormal anak-anak lainnya. Ia lebih sering diam, bahkan Mada sering berhalusinasi bahwa kakaknya masih ada, ia akan datang menemani Mada ketika orang tuanya kembali bertengkar, dan hal itu masih terjadi sampai sekarang.

Mada belum menyadari, bahwa sosok itu adalah khayalan yang ia buat sendiri, sosok itu adalah pengalihannya dari rasa sepi, dan mungkin sosok itu adalah sisi lain dari dirinya yang tengah berusaha menyangkal semua rasa sakit yang Mada terima selama ini.

Tapi bagaimanapun juga, bagi Mada, Kala tidak pernah mati, ia akan selalu hidup dalam sanubari. Kala juga menjadi alasan mengapa Mada tetap hidup sampai saat ini, sebab Kala pernah mengatakan, "Tuhan pasti punya alasan kenapa lo diberi waktu lebih banyak buat hidup, Mada."

Awalnya Mada tidak mengerti arti kalimat itu, sampai ketika pandangannya tertuju pada danau yang terbentang luas di depan sana, ada seorang pemuda yang putus asa dan menenggelamkan diri tanpa segan, membuat Mada sontak tercengang.

Mada kembali diseret paksa ke dalam memori terburuknya. Di mana ia hanya terdiam dan tidak melakukan apa-apa ketika Kala tengah berada di ujung maut.

Karena perasaan bersalahnya itu, Mada tidak ingin membiarkan hal serupa terjadi, maka dengan sigap ia melepas hoodienya, berlari ke arah sana tanpa takut, tidak peduli kakinya yang tergores ujung ranting karena tak memakai alas kaki, Mada tetap berlari. Mungkin selama ini Mada memang sosok yang tak acuh dan tak ingin mencampuri urusan orang lain, tapi mengenai hidup dan mati, dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi di depan mata kepalanya sendiri--untuk kedua kali.

Ketika ia sudah sampai di bentangan danau itu, sosok tadi lenyap tak terlihat, bahkan air danau tampak sangat tenang seakan menutupi jejak-jejak yang baru saja terjadi. Tanpa pikir panjang, Mada langsung menceburkan diri. Sensasi yang pertama kali Mada rasakan adalah gelap dan dingin, pemuda itu berusaha meraih-raih sekitar.

Dalam beberapa waktu, Mada tak kunjung menemukan sosok tadi sedangkan waktu terus bergulir. Ketika napasnya terasa sesak dan tercekat, Mada memutuskan berenang ke atas untuk kembali mengais oksigen.

EvakuasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang