32. Pemikiran Shinta

526 48 16
                                    

Kalian ingin tau apa yang dilakukan Shinta untuk keluar dari dunia novel ini?

Yeah, sebenarnya tidak ada hal yang khusus.

Shinta hanya mengobrak-abrik cerita agar plot ini berjalan lebih cepat. Dengan begitu, dia akan berhubungan dengan banyak karakter di dalamnya. Karena, Shinta mencari karakter kunci.

Tentu aja kan?

Harapan Dewi mustahil untuk dia lakukan. Moksa? Mati? Hei! Shinta ingin hidup. Lagipula, Dewi bukanlah pemeran utama di novel ini. Jadi, kecil kemungkinan bahwa Dewi adalah karakter kunci itu.

Dan Liana....

Sang pemeran utama. Shinta penasaran, apakah pemeran utama yang sudah bernasib baik perlu diselamatkan? Perlu dibantu?

Itu nggak masuk akal kan?

Apanya yang perlu dibantu padahal selama plot berjalan dia selalu baik-baik saja.

Satu-satunya yang perlu dibantu ya, memang Dewi.

Tapi Dewi nggak menginginkan hidup. Karena itu lah Shinta selalu bertanya-tanya. Untuk apa dia kemari? Atas dasar tujuan apa?

Seseorang, pastilah memanggil dirinya untuk minta diselamatkan bukan? Jadi, siapa yang perlu Shinta selamatkan?

Apakah Rama?

Tapi jarak kedatangannya dengan Rama juga tak cukup jauh. Tidak mungkin kan, dia meminta bantuan?

Kalau begitu, apakah Dewa dan Dewi? Satu paket? Tapi bahkan Dewa membenci Dewi.

Apakah karena itu jiwanya dan jiwa Rama bertransmigrasi kemari? Rama yang menyelamatkan Dewa, dan Dirinya yang menyelamatkan Dewi.

Tapi, buat apa Dewa diselamatkan? Seperti Liana, bukankah dia berakhir bahagia? Bertunangan dengan Liana dan mendapatkan seluruh aset keluarganya. Bukankah kehidupan Dewa sudah sangat baik? Untuk apa meminta bantuan?

Jadi, ketika Shinta berpikir seperti itu, muncul satu pertanyaan di kepalanya; eeh, bagaimana cara Dewa untuk mendapatkan seluruh aset hei? Dia, hanya seorang anak SMA yang pesakitan. Karena itu, Shinta berpikir, mencoba mengingat-ingat kejadian di dalam novel original, ah... Jadi begitu. Dewa dibantu oleh Galanta Adijaya, papa Ghani juga papa Liana.

Setelahnya, muncul lagi pertanyaan-pertanyaan baru di kepala Shinta. Untuk apa Om Galanta  membantu Dewa? Dewa bukan siapa-siapanya hei!

Liana anak kandungnya saja, Om Galanta tidak ingin mengakuinya. Jangankan mengakui, secara finansial saja tidak dia bantu. Kecuali, beasiswa yang berhasil di peroleh Liana. Pastilah seseorang merekomendasikan Liana untuk masuk kemari dan membantunya memperoleh beasiswa itukan?

Tapi, siapa?

Mendekati akhir novel, juga dijelaskan bahwa Ghani sudah tau sejak lama bahwa Liana adalah anak kandung papanya. Karena itu Ghani membenci Liana, lantas bersama Dewi mencoba untuk menghancurkan Liana.

Dan yeah, hal yang paling membingungkan berikutnya datang. Mendekati akhir novel pula, Om Galanta mengakui Liana secara sah sebagai anak kandung. Memberikan restu pada pertunangan Dewa dan Liana.

HEH! LU KAN AWALNYA NGGAK NGAKUIN TUH ANAK, BAHKAN MEMBIAYAI HIDUPNYA AJA ENGGAK!

KENAPA TIBA-TIBA?!

BAJINGAN!

Percayalah, Shinta pernah jengkel ketika memikirkan hal ini. Seluruh alur novel berhasil dia ingat, dan bukannya menemukan jawaban, malah Shinta menemukan banyak pertanyaan yang entah kapan akan terjawab. Dia kesal. Tentu saja.

Dan lagi, pertanyaan tentang orang yang membantu Liana si gadis miskin untuk masuk ke kawasan elit ini saja Shinta belum tau jawabannya. Menyebalkan.

Tau yang lebih menyebalkan?

MUTUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang