Astaga! Aku terlambat...Gawat! Pagi ini ada kuis mata kuliahnya pak Eko, denger-denger dari mahasiswa lain katanya pak Eko itu dosen killer. Aduh, bisa jadi bencana besar kalau aku sampai telat masuk ke kelasnya.
Selepas mandi dan berpakaian setelan kampus, aku pun segera menyambar tas kuliahku. Tanpa sempat membereskan tempat tidur terlebih dahulu aku lekas berlari keluar dan refleks membanting pintu kamar. Aku harus memburu waktu, atau aku tidak akan bisa mengikuti kuis dan mendapatkan nilai dari Pak Eko nanti.
“Kamu gak sarapan dulu, sayang?”
“Engga sempet tante, aku sarapan di kantin kampus aja nanti” gelengku bergerak cepat
Setelah menyempatkan diri untuk mencium tangan tante Netha sambil berpamitan, aku segera berlari keluar rumah. Aku harap, ada taksi yang lewat dengan tiba-tiba ke depan rumahnya tante Netha. Supaya memudahkan perjalananku ke kampus tanpa hambatan apa-apa lagi.
Namun harapan hanyalah harapan, tidak sesuai dengan kenyataan. Hampir lima menit aku menunggu taksi yang melintas, namun yang ditunggu pun tak kunjung muncul.
Aku benar-benar pasrah akan nasibku pagi ini. Kulirik jarum jam yang melingkar di tangan kiriku, sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit. Itu artinya, gak lama lagi jarum jam akan mampir ke angka 8 dan nasibku sudah dipastikan tidak akan bisa mengikuti kuisnya pak Eko. Poor!Aku mendesah pasrah, mataku terpejam dengan kepala menunduk. Kalau saja ada malaikat yang baik hati datang dan menolong, maka aku berjanji untuk mengabulkan segala hal yang dimintanya sebagai imbalan nanti.
Dan tiba-tiba, kudengar suara deruan mesin motor yang berhenti tepat di depanku.
"Butuh tumpangan?" Sontak, aku mengangkat wajahku dan mendapati raut khas Esa yang kini sedang berdiri santai di hadapanku.
Sebentar! Sepertinya aku butuh penyegaran otak, agar fungsi kerja otakku bisa kembali mencerna dengan cepat. Aku mengerjap perlahan, dan aku memastikan sosok di depanku berulang-ulang kali. Ini beneran Esa!
Di saat aku meminta malaikat penolong, kenapa Tuhan justru malah mengirimkan iblis berwujud manusia ini..???
Pletak!
"Aw!" aku memekik ketika jarinya menyentil dahiku cukup keras.
Spontan aku mengusap dahiku langsung dengan bibir cemberut.
"Ayo naik!" suruhnya menunjuk jok penumpang dengan dagu yang digedikkan.
Aku mendengus, lalu mendelik tak suka, "Gak. Terima kasih!" tolakku, memalingkan muka ke arah lain
“Gengsi kok dipelihara” sindirnya pedas, “Gue tau, lo lagi telat banget, kan?" tebaknya menatapku serius
“Terus, masalah buat lo?" Semprotku galak
“Gue sih gak masalah. Palingan elo sendiri yang nantinya kejebak masalah” senyumnya mengejek
Sialan! Dia menyumpahiku?
"Ayo naik!" titahnya lagi, kali ini sambil menggapai bahuku.
"Gue gak mau! Gue, gak butuh bantuan lo" Tolakku bersikeras.
Aku cuman gak mau aja berbalas budi pada orang resek seperti dirinya. Dia kan suka seenaknya, jadi dari pada nantinya kena masalah maka aku lebih baik menghindarinya saja, kan?
"Batu banget ya, lo. Gue bilang naik ya naik!" suaranya pun sudah mulai meninggi.
Aku terkesiap kaget mendengar nada suaranya yang berubah tinggi. Kenapa dia jadi marah gitu sama aku? Perasaan yang lagi buru-buru dan harusnya kesal itu aku kan, ya? Tapi, kenapa malah dia yang mulai kesal cuman karena aku nolak numpang sama dia? Bukankah seharusnya dia senang-senang aja, karena setidaknya dia tidak perlu aku repotkan?

KAMU SEDANG MEMBACA
This Love (SUDAH TERBIT)
RomanceIni tentang Quensha Lovinitria, seorang gadis yang baru memasuki masa kuliah namun harus terpaksa menghadapi berbagai kenyataan. Seperti, satu atap dengan ketua senat super resek dan pemaksa misalnya. Dimiliki secara paksa oleh Mahesa Gesa Geraldo...