▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Bagas masih menenangkan Alesha yang menangis di IGD. Mereka berada di samping brankar yang ditempati oleh Aqila. Pria itu tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar kabar dari dokter tentang kondisi dari sahabat kekasihnya. Dia tetap setia berdiri di samping Alesha dengan mengusap punggung wanita itu.
"Lo bilang sama gue, La. Siapa yang ngehamilin lo ini?" tanya Alesha setelah merasa lebih tenang.
"Sha, ini biar jadi urusan gue."
"Nggak! Biar gue tebak. Ayah dari anak dalam kandungan lo itu Reza?"
Bagas memperhatikan ekspresi Aqila yang tiba-tiba terdiam. Pria itu menyimpulkan jika tebakan kekasihnya benar. Dia berusaha mengingat-ingat pria yang disebutkan namanya oleh Alesha. Ah, pasti pria yang pernah bersama Aqila beberapa waktu lalu itu. Pria yang merupakan calon suami dari kekasihnya itu. Seketika, tangan Bagas mengepal menyaksikan apa yang terjadi kepada dua sahabat di hadapannya itu.
"Jawab, La! Kalo bener cowok itu yang udah bikin lo hamil. Gue akan buat perhitungan sama dia. Enak aja dia mau lari dari tanggung jawab. Dasar Berengsek!"
"Alesha! Kita masih di rumah sakit."
Alesha tidak memedulikan peringatan dari Bagas dan tetap mengumpat dengan keras. Pria itu sampai harus memohon maaf berkali-kali kepada orang-orang yang berada di sekitar mereka.
"Gue nggak akan tinggal diem liat sahabat gue dipermainkan sama cowok Bangsat itu!"
"Sha, udah. Lo mau bikin gue makin malu?"
Alesha baru terdiam saat Aqila yang bicara. Beberapa perawat yang menjaga di sana juga sudah memberi peringatan, tetapi tidak dipedulikan oleh wanita yang sedang dikuasai emosi itu.
Bagas mendekat lalu memeluk kekasihnya dari samping. Dengan lembut, dia usap-usap lengan wanita yang hanya mengenakan kaus dan kardigan tipis itu. Pria itu membiarkan Alesha mendekat ke brangkar untuk menghentikan Aqila yang hendak turun.
"Lo masih lemes, La. Kata dokter abisin dulu cairan infusnya. Baru lo boleh pulang."
"Gue udah nggak apa-apa, Sha. Mending kita balik sekarang, ya. Gue nggak kuat lama-lama di sini. Nyium bau obat dan aroma rumah sakit malah bikin gue makin mual."
"Ya udah, tunggu bentar." Alesha meninggalkan brankar dan berjalan ke meja perawat.
Wanita itu kembali dengan seorang perawat bersamanya. Setelah perawat itu membantu melepaskan jarum infus dari tangan Aqila, barulah mereka boleh meninggalkan rumah sakit. Sebelumnya, Alesha ditemani Bagas menebus resep yang diberikan oleh dokter.
Mereka tiba di apartemen hampir tengah malam. Alesha mengantar Bagas ke luar setelah membantu memapah Aqila ke kamar.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Bagas sambil mengusap pundak kekasihnya itu.
Alesha mendengkus kasar. "Menurut Bapak? Saya masih bisa baik-baik aja setelah tau sahabat saya dihamili oleh orang yang nyaris jadi calon suami saya?"
Bagas terdiam melihat wanita di hadapannya itu makin emosi. Dia menarik Alesha ke dalam pelukannya sambil mengusap punggung kekasihnya itu hingga merasa tenang. Pria itu melepas pelukannya untuk menatap wajah wanita itu.
"Saya ngerti kamu pasti marah banget sekarang. Tapi, saya minta kamu tetap tenang buat ngadepin situasi ini. Omongin pelan-pelan sama Aqila. Kasihan dia, pasti sangat tertekan."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...