7. Menyangkal dan Terbantah

87 12 14
                                    

Hai gaes, tempat kalian lagi ujian nggak sih? Dingin banget di tempatku. Dingin-dingin gini enaknya makan mikuah atau bakso, tapi mager 😂.

Kali ini biar nggak kerasa dingin, aku bawa 1 chapter yang lagi-lagi smut. Nggak tau kenapa otakku lagi sengklek aja 🤣.

Ndak perlu banyak cakap, langsung aja baca.
Selamat membaca semuanya.
.
.
.
.
.

Kicau burung bersahutan di pagi hari mengusik gundukan yang tertutup selimut di atas ranjang. Telinga lancip berbulu putih bergerak-gerak saat seorang pemuda memainkannya.

Wang Yibo, pemuda yang mengenakan sweter krem itu berbaring di sebelah gundukan itu dengan tangan kiri menopang kepalannya. Jemari tangan kanan Yibo masih gemas mempermainkan telinga sosok di balik selimut yang masih enggan membuka matanya. Mengusap, menggelitik, bahkan memijat dengan gemas.

"Aku tau kau sudah bangun, Ge. Kenapa kau tak membuka matamu dan menghadap ke sini?" Nada tenang Yibo suarakan pada Xiao Zhan yang berbaring memunggunginya, meringkuk di bawah selimut menyembunyikan diri.

Yibo terkekeh, Xiao Zhan sangat menggemaskan di matanya. Sosok yang biasanya dewasa dan dapat diandalkan nyatanya kini menyembunyikan ronanya di bawah selimut tebal, menggulung dirinya seperti kepompong.

"Ayolah, semua sudah terjadi. Lagi pula kau sendiri yang meminta, dan aku juga menikmatinya." Kalimat Yibo tersebut sukses membuat Xiao Zhan melonjak, bangun dari acara berbaringnya dan melupakan rasa malu dan takutnya.

"Kau tak mengerti apa yang mengacaukan pikiran dan hatiku, Yibo. Apa kau ... apa kau tak terkejut dengan penampilanku ini? Tidakkah kau ingin bertanya makhluk apa aku ini?" Mata Xiao Zhan berkaca. Kedua alisnya menukik dalam, membuat dahinya berkerut. Perpaduan unik antara cemas dan kesal terlukis jelas di wajah Xiao Zhan. Ia tak tahu apa yang ada di pikiran Yibo karena saat ini Xiao Zhan berada dalam mode setengah serigala.

Wang Yibo mengubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan Xiao Zhan di atas ranjang, sejenak mengamati yang lebih tua dengan memicingkan mata. Telinga berbulu putih di atas kepala terkulai ke samping, bahu bidang, dada yang tak tertutup memamerkan betapa cerah kulitnya, dan ekor yang bulunya berdiri malu-malu bersembunyi di bawah selimut.

"Cukup menggemaskan menurutku. Walau tak aku pungkiri awalnya aku terkejut dengan penampilanmu." Yibo lebih tenang daripada dugaan Xiao Zhan. Pemuda itu menilainya cukup objektif meski aslinya memalukan.

"Kau tau benar bukan itu yang aku maksud, Yibo."  Sekilas mata Xiao Zhan berubah jadi mata serigala karena emosinya masih labil. Meski kewarasannya terdorong ke samping oleh hasrat, tapi ia ingat betul apa yang terjadi semalam. Dengan murahnya ia merengek pada Yibo agar menggagahinya. Xiao Zhan benar-benar merasa harga dirinya lebur karena terdesak kebutuhan. Ia malu menghadapi Yibo karena kelakuannya semalam.

"Lalu kau ingin aku bagaimana? Kita terlanjur melakukannya, dan aku sama sekali tak menghiraukan penampilanmu yang seperti ini." Yibo menaikan sebelah alisnya dan melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Xiao Zhan yang terlihat gelisah. Xiao Zhan menggigit bibir bawahnya.

"Bisakah ... bisakah kau melupakan kejadian semalam? Anggap itu tak pernah terjadi." Suara Xiao Zhan terdengar bergetar dan semakin pelan di akhir kalimat yang ia ucapkan. Jemarinya meremas selimut untuk melampiaskan kecemasannya. Ia bahkan tak berani mengangkat wajahnya kala mendengar hela napas kasar yang ia tahu pasti itu adalah Yibo. Entah kenapa Xiao Zhan mulai berkeringat dingin.

"Sebaiknya kau segera membersihkan diri lalu istirahat untuk hari ini. Aku mau ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Kita bicarakan ini lagi nanti malam." Sangat terasa dari suara beratnya bahwa Yibo sedang menahan amarah. Ia merasa ditolak hanya dengan dua kalimat itu.

I CLAIM THE WOLF TO BE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang