30 (END)

1.5K 117 1
                                    

Kehidupan pernikahan jaemin dan renjun sangat harmonis, mereka kini sangat terbuka satu sama lain, mau itu masalah dari pekerjaan maupun hal lain. Jaemin dan renjun selalu bersyukur karena bisa bersama satu sama lain. Melengkapi kekurangan yang mereka punya.

Terlebih lagi renjun yang kini mengandung anak jaemin membuat jaemin menjadi lebih posesif dan protektif terhadap renjun dan kandungannya. Setiap pergerakan yang renjun lakukan saat di mansion pasti tak pernah lepas dari jaemin.

"nana" renjun memanggil sembari memperhatikan jaemin yang kini sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk

"mhmm? Kau butuh sesuatu?" tanya jaemin tanpa menoleh ke arah renjun

Renjun hanya mengulas senyum tipis, "kemari, biarkan aku yang mengeringkan rambut mu"

Jaemin tak membantah maupun menolak, ia bergegas mendekat ke arah renjun sembari menyerahkan handuk yang ada di tangannya.

Renjun yang ada di ranjang menyamakn tingginya dengan jaemin lalu mengusak rambut jaemin dengan handuk, sementara pinggannya sudah di peluk oleh jaemin.

Jaemin sendiri hanya memperhatikan wajah renjun yang terlihat serius mengeringkan rambutnya, jaemin tersenyum tipis, walau rambutnya yang basah sedikit menghalangi penglihatannya namun hal itu tak membuat jaemin kesusahan dalam memperhatikan suami mungilnya itu.

"cantik" singkat dan cepat. Renjun yang mendengarnya hanya tersenyum kecil lalu menangkup pipi jaemin dengan handuk yang masih ada di tangannya

"aku izin pergi dengan haechan hari ini" ucapnya

Jaemin merubah raut wajahnya, yang tadinya tersenyum simpul kini menjadi raut yang mengintimidasi, "kemana?"

"ya mungkin hanya jalan jalan" balasnya asal

"lebih baik di rumah saja, sayang. Aku yakin haechan akan malas untuk pergi" balasnya

"tapi-

"sstt, lagipula cuaca saat ini sedang buruk. Aku tak mau kau dan bayi kita sakit" potong jaemin cepat

Renjun dengan cemberut mengangguk pasrah, membuat jaemin tersenyum lalu mengusap rambut renjun, "lain kali kita pergi bersama haechan dan jeno"

"benar ya?" cicit renjun dan jaemin mengangguk mantap.

"cium!" pinta renjun dengan tersenyum

Dengan senang hati jaemin menuruti permintaan renjun, ia mengecup pipi renjun sebelum ia mengecup bibir renjun, tidak hanya sekedar kecupan, jaemin mulai melumat bibir renjun. Tangan renjun ia kalungkan pada leher jaemin sembari menutup matanya untuk menikmati ciuman yang jaemin pimpin.

Jaemin mengusap pelan punggung dan pinggan renjun bergantian dengan sesekali mengusap perut renjun yang sedikit membesar karena mengandung buah hati mereka.

"eungh" lenguhan dapag jaemin dengar, ia semakin gencar mencium renjun.

Namun ia tak mau berlama-lama, jadi ia mengecup leher renjun yang terdapat tanda yang menunjukkan jika renjun adalah matenya.

"ayo kita ke dapur, kamu pasti lapar" ujar jaemin lalu menggendong renjun ala koala









.............................................









Hujan. Sore hari hanya ada hujan yang membuat sebuah suara. Renjun dan jaemin hanya berdiam di dalam kamar, enggan pergi meninggalkan kamar atau mungkin satu sama lain?

Renjun kini berada dalam dekapan jaemin, keduanya hanyut dalam suara hujan yang turun dengan cukup deras. Bahkan renjun sudah memejamkan matanya, walau ia tak tau ia akan tertidur atau hanya menikmati usapan yang diberikan jaemin.

Out Of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang