5. bertemu

18 2 0
                                    

" pagi cais "
Sapa Endra di depan rumah Villia. Endra sedang menjemput kekasihnya itu untuk berangkat kuliah berbarengan.
" Bunda mana? "
Tanya Endra ia memang memanggil Viana plin plan. Kadang bunda kadang tante.



" Ada di dalam "
Endra langsung menerobos masuk. Tingkah pacarnya itu membuat Villia merenggut.
" Om bunda "
Sapa Endra kemudian menyalimi Viana dan Tino.
" Kok manggilnya om sih gak nyambung masa om sama bunda "




" Eh iya iya bentar deh om eh ayah "
Mereka semua tertawa serentak. Bahkan Villia yang tadi sempat merajuk itu ikut tertawa lepas.
" Sarapan dulu En "
" Ah Endra sudah sarapan kok om "
" Ya sudah kalau gitu tunggu Villia ya. Dia biar sarapan. "
" Iya dong kalau gak mau sarapan nanti aku suruh jalan kaki. "



" jahat banget sih "
" Iya makanya nurut sama ayah sama tante "
" Ish kok manggilnya gitu sih nyeleneh gitu "
Protes Villia kepada Endra. Mereka tertawa serentak.
" Biar seimbang kan yah ? ya kan Bun? Tadi kan Endra manggil Tante dengan sebutan bunda terus manggil ayah om. Biar seimbang jadi om aku panggil ayah sedang bunda aku panggil Tante "




" Iya terserah Endra saja Bunda pusing dengernya "
Endra pun mengangguk kemudian diam. Melihat Villia memakan sarapannya.
" Yah? Boleh gak Villia aku suapin aja. Lelet banget kalau makan! "
" Ya terserah Villia nya. Jangan di paksa "


Karena tak sabar Endra mengambil alih piring berisi nasi goreng itu. Kemudian menyuapi Villia dengan cekatan.
" Pelan pelan Endra anak bunda bukan mesin penghancur ya "
Mereka semua tertawa mendengar nasihat Viana.




" Udah kenyang En "
" Satu lagi ya? "
Kata Endra kembali menyuapkan satu suap nasi goreng.
" Udah En "
" Satu lagi ya sayang "
Villia tetap menurut pada Endra. Ia menerima suapan dari Endra.
" Tinggal dua suap ini masa ga di abisin sekalian sih sayang? "
" Rese deh!! "





Keluh Villia karena Endra menjebak nya. Akhirnya satu piring nasi goreng itu tandas dengan cepat.
" Nah habis kan! "
Kata Endra dengan bangga.
" Nurut banget sama kamu En "
Kata Tino penasaran kenapa anak gadisnya itu nurut sekali dengan Endra.
" Aku di pelet bunda sama Endra "





Mereka tertawa serentak mendengar Villia mengadu yang tidak tidak ke Viana.
" Nanti kalau Villia gendut gimana? "
" Ya kalau gendut ya BB nya naik "
Villia mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban enteng Endra. Endra mengelus pucuk kepala Villia.
" Nanti kamu ninggalin aku! Kaya pacar temen ku yang ninggalin temen ku gara gara gendut "
" Mana ada aku begitu. Udah yuk ayo berangkat "




Setelah berpamitan pada Tino dan Viana  Endra berangkat bersama dengan Villia. Villia tak merajuk lagi tentu saja dengan serangkaian gombalan yang di susun oleh Endra secara mendadak itu. Tak lama Sampailah mereka di kampus.
" Seperti biasa aku turun di sini "
" Iya sayang "
Kata Endra kemudian memberhentikan mobilnya. Ia langsung memarkirkan mobilnya. Setelahnya ia segera bergegas untuk menyusul kekasihnya.





" Morning mantan "
Sapaan itu tentu saja berasal dari Mellody. Endra terus berjalan ia tak berniat sama sekali untuk menanggapinya.  Hingga tangan itu yang sempat ia genggam dulu mencengkal pergelangan tangannya. Tanpa menghentikan langkahnya ia menghempas tangan itu kasar.




Tiba tiba gadis itu berdiri di depannya dan merentangkan kedua tangannya.
" Di sapa itu di jawab "
" Minggir! "
" Jawab dulu dong En, apa susahnya sih?!! "
" Minggir! "
" En "
Tanpa ba-bi-bu Endra langsung mendorong tubuh Mellody pelan namun gadis itu terjatuh. Endra langsung meninggalkan gadis itu begitu saja tak tahu bahwa gadis itu terjatuh.










" Kasar banget "
Keluh Rafael yang tak sengaja melihat kelakuan Endra.
" Siapa? gue? "
Rafael mengangguk membuat Endra mengernyit bingung.
" Tuh lihat ke belakang sampai terjungkal "
Kata Rafael membuat Endra kembali menoleh ke belakang. Benar saja gadis itu terjatuh. Endra mengernyit heran ia merasa tak mendorongnya kasar tadi.





" Perasaan gue dorongnya gak keras banget deh kok bis jatuh? "
" Ya berarti dia memang ratu ular "
Endra mengangguk kemudian menghampiri teman temannya.
" Gue duluan ya? "
Katanya yang langsung di angguk i oleh semua temannya. Setelah Endra menjauh karena iba Leonard menghampiri Mellody. Ia mengulurkan tangannya menawari bantuan. Tentu saja Mellody tak akan menolak bantuan dari pria tampan dengan rambut belah tengah itu.






Melihat tingkah Leonard membuat Julian ikut andil. Ia ikut mendekat.
Ketika Mellody benar benar menjadikan Leonard tumpuan. Pria itu dengan lempengnya melepaskan cengkraman tangannya. Membuat gadis itu yang belum berdiri dengan sempurna itu kembali terjengkang ke belakang.






Kelakuan Leonard itu membuat semua orang yang berada di situ tertawa.
" Kasar Lo. Harusnya itu sama cewek itu harus halus. Kaya gini!!! "
Julian memegang kedua pundak Mellody dan mendorongnya kuat. Hingga gadis itu terjatuh lagi padahal ia belum sempat bangun. Tawa mereka kembali menggelar.







" Hai!! APA YANG KELIAN LAKUIN!!! "
Teriakan itu membuat Julian dan Leonard reflek berpaling. Mereka fikir itu teriakan dosen namun untunglah bukan Bu dosen atau orang kampus yang meneriaki keduanya.
Gadis itu mendekati mereka kemudian menempeleng kepala keduanya.






Siapa lagi yang berani menempeleng kepala dua pria gila itu selain pacar dari bos keduanya.
" Kamu gak papa? "
Tanya Villia sambil membantu Mellody berdiri.
" Awas ya kalian!!! "
Kata Villia galak kemudian membawa Mellody bersamanya.






" Banyak banget tu muka! Sok ketakutan seolah kita yang jahat disini "
Kata Julian tak terima.
" Itu salah kalian sendiri. Suka nyari masalah "
Kata Fernando kemudiaan berjalan meninggalkan tempat parkir.






" Dia kan ganggu Endra. Masa sepagi ini mau bikin mood sahabat kita itu ancur "
Kata Julian membela argumennya.
" Bener sih kata Fernan. Kalian berdua yang salah "
Kali ini Rafael yang memberikan pendapatnya.
" Lo nyalahin gue gitu?!!! "






" Udah udah mendingan kita ke kelas aja. Lima menit lagi kita semua ada kelas kan? "
Kali ini Arkana si cowok yang tak menyamatkan kata telat di setiap kamusnya itu yang berbicara. Akhirnya mereka semuanya memutuskan bubar dan menuju ke fakultasnya masing masing.






Arkana yang memang satu fakultas dengan Keano dan Endra itupun langsung menuju kelasnya. Sesampainya di kelas mereka berdua kaget. Karena melihat Mellody sefakultas dengan mereka.
" Lah sejak kapan dia sefakultas dengan kita? "
Tanya Keano terkejut.
" Lah mana gue tahu! Kemarin gue absen "






" Ya udah sama gue juga. Kan emang kemarin kita absen bareng gimana sih lo Kaeno"
" Nama gue Keano bukan Kaeno "
" Terserah "
Jawab Arkana tak mau berdebat kali ini. Keano duduk di sebelah kanan Endra sedangkan Arkana menuju ke bangku sebelah kiri Endra.
" Minggir ini tempat gue!! "
Kata Arkana mengusir Mellody kasar.






" Enak aja gue duluan yang duduk disini!! "
" Bodoamat!! Sana sana "
Kata Arkana mengusir bahkan menarik tangan gadis itu. Akhirnya Mellody menyerah. Endra tersenyum melihat kedua sahabatnya melindunginya dari gangguan seorang Mellody. Mellody tak bisa  duduk tepat di depan Endra. Karena sudah ada orangnya. Ia pasrah duduk di bangku kosong yang letaknya sangat jauh dengan tempat Endra.







" Btw makasih. Tapi kalian jangan kasar kasar juga "
Kata Endra yang sedikit merasa tak enak karena kedua temannya itu berlaku kasar kepada seorang perempuan.
" Lah dia juga kurang ajar "
Kata Keano tak terima. Endra mengernyit tak mengerti dengan keduanya. Setelah beberapa menit akhirnya ia paham.






" Soal tadi pagi kan yang penting dia juga udah gue beri pelajaran "
" Nah kita tu ngasih pelajaran dia karena setelah lo pergi dia berulah "
Tambah Arkana ikut memprovokasi.
" Maksutnya? "
" Masak tadi dia masang muka polos sama cewek lo "
Kata Arkana ikut menjelaskan kejadian tadi pagi. Endra terkejut mendengar penuturan sahabatnya itu.







" Tunggu dulu, maksutnya dia ketemu gitu sama Villia "
" Iya cewek lo itu malah bantuin dia buat berdiri "
" Informasi dari kalian mah kebanyakan fitnah nya. Nanti gue tanya sendiri aja ke Fernan "
Kata Endra kemudian. Keano dan Arkana pun tertawa karena memang mereka sedikit mengedit kejadian fakta tadi.

one promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang