2. panggilan kesayangan

5 2 0
                                    

Endra terkekeh kemudian terikut berdiri dan mengejar Villia yang sedang marah dengannya.
" Jangan ngambek dong "
" Siapa juga yang ngambek aku lagi ngejar penjual es krim "
Kata gadis itu acuh dan tetap menyantap es krimnya kemudian Endra duduk di samping gadis itu.

Melihat wajah Villia yang belepotan es krim membuat senyuman Endra terukir. Tangannya terulur dan membersihkan  bibir gadis itu.
" Pelan pelan makannya, gak ada yang rebut kok "
Villia tersenyum lebar. Setelah menghabiskan eskrim nya ia menatap Endra dalam. Endra sedari tadi terus menatapnya.

" Gak bosen liatin aku "
" Gak "
Kata Endra menggeleng-gelengkan kepalanya, bahkan sekarang ia masih menatapnya seperti tadi lengkap dengan senyum manisnya yang membuat siapapun terpana. Pipi Villia memanas ia segera menampol wajah Endra.



" Aukh sakit!! "
" Makanya jangan gitu! "
" Cewek ribet ya? "
" Hah "
" Iya lah. Salting nampol, kesel nyubit, seneng nampar gak diturutin jewer telinga.  Tapi sekali di cubit pipinya pelan bilangnya kdrt. "

" Ihhh aku gak gitu yaaaa!! "
" Iya iya udah udah ya ayo ayo kita pulang "
Akhirnya Endra mengalah saja. Percuma bersikukuh dengan pendapatnya, Villia tak mau mengalah dengan argumentasinya.

Endra mengendarai mobilnya. Ia ingin segera mengantarkan kekasihnya pulang mengingat ia tadi hanya ijin membawa Villia sebentar. Ia takut kedua orangtuanya Villia kawatir karena pulang terlambat.

" Kamu ambil jurusan apa ? "
Endra menolehkan kepalanya sejenak kemudian kembali fokus pada kemudinya.
" Jurusan ke hatimu "
" Ishh seriusss "
Kata Villia mulai kesal. Membuat Endra tersenyum.

" Dua rius aku mah "
" Jangan becanda!! "
" Ya terserah "
" Kok terserah? "
" Iya terserah nanti "
Villia hanya mengangguk sepertinya memang lelaki di sampingnya ini tak mempunyai tujuan yang jelas. Masa ingin mengambil mata kuliah saja ia harus bingung.

" Kamu maunya ambil jurusan apa? "
Tanya Endra yang sesekali menengokkan kepalanya ke arah villia.
" Gak tau! "
" Lah kok gak tahu? "
" Bingung "
Endra tersenyum kemudian melirik gadis di sampingnya.

" Jangan bingung bingung lah milihnya, kalau gak ketemu ya milih aku aja "
" Jangan becandaaaa "
" Iya "
Kata Endra pasrah sepetinya kekasihnya itu sedang Tak mau di ajak bercanda terus menerus.

" Kalau kamu? "
Tanya Villia kemudian setelah beberapa menit hening.
" apa? "
" Yang tadi!! "
" Yang mana? "
" Ishhh mau ke jurusan apa?!! "
" Kan udah ku bilang, kehatimu "
" Serius ih "
" Gak tau juga "
Perdebatan terus saja terjadi hingga Keduanya sampai di depan rumah Villia.



Villia tersenyum kemudian melambaikan tangannya. Endra pun terikut membalas lambaian tangan kekasihnya.
" Da cais "
" Hah kok cais? "
" Iya calon istri "
Pipi Villia memanas mendengarnya.

" Kamu bisa aja "
" Kok manggilnya kamu? "
" Lah terus apa? "
" Ya cami lah "
Mendengar penuturan Endra membuat gelak tawa Villia membuncah. Ada ada saja kekakuan kekasihnya itu. Kenapa sangat aneh sekali nama panggilannya itu.

" Aneh aneh aja kamu ini "
" Mana yang aneh? Orang cami itu singkatannya calon suami "
" Gak ah aku panggil kamu sayang aja"
" Itumah panggilan umum. Di pakai hampir semua orang. Masa cais ku ini gak mau berbeda gitu dari yang lain? "

Villia geleng geleng ia masih saja terkekeh-kekeh. Ia memegang perutnya yang terada nyeri karena terlalu lama tertawa.
" Terus apa dong sayang? "
Tanya Villia yang mencoba menahan gelak tawanya.

" Ya yang tadi lah! "
" Yang mana? "
" Cami aja "
Villia kembali tertawa lagi. Sungguh ungkapan dari Endra membuat perutnya tak kuasa menahan geli hingga ia tertawa sedari tadi.

" Jangan ketawa terus ish!! "
Villia tetap tertawa kemudian ia memandangi wajah Endra serius.
" Kenapa? "
" Tawamu membunuhku "
" Nyenyenye emang aku rokok gitu! "
" Sama kaya rokok "



" Ngeselin banget deh!! Masa nyamain pacar sendiri sama rokok "
" Iya, sama sama membunuh tapi tak mampu jika jauh "
" Ouh jadi rokok ya? Mau ngerokok gitu? Rokok lagi gitu? "
Tanya Villia dengan tatapan tajam seolah mengindikasikan Endra. Villia juga berkacak pinggang dengan mata yang melotot. Namun bukan tampang seram yang terlihat. Ia terlihat sangat lucu di mata Endra.



Pipi chubby nya yang memerah serta mata sipitnya yang ia pelototkan seolah memaksa mata kecil itu untuk terbuka lebar. Endra tersenyum simpul.
" Itu dulu ya "
" Sekarang?!! "
" Ya kamu lihat sendiri aku bawa rokok gak? "

Villia kemudian mengendus-endus jaket yang di kenakan pacarnya mencoba mencari bau yang aneh. Tapi tak ada. Tiba tiba tangan kekar itu menarik tubuhnya ke pelukan Endra.
" Bilang aja mau di peluk Hem? "
Villia memberontak di dalam pelukan erat Endra tentu saja tenaganya tak cukup kuat untuk melawannya.


Endra mengurai pelukannya. Terlihat Villia ngos ngos an dengan wajah yang memerah.
" Mau bunuh aku? Aku gak bisa nafas. Peluknya erat banget!! "
" Sorry baby.... I don't care "
Baru saja mau tersanjung dengan kata kata pria di depannya namun lagi dan lagi pria itu menjatuhkannya setelah membawanya terbang bebas.



" Ishh. Kamu kamu beneran udah gak rokok kan sekarang??!! "
" Kamu lihat sendiri kan? "
" Kalau nanti sampai rokok awas kamu "
" Ya kan aku tadi bilang sekarang gak rokok. Kalau nanti ya mana ku tahu "
" Nyebelin tau nggak!!! "
Kata Villia mencubit pinggang Endra yang masih panas karsna cubitan di taman tadi.



" Sakit sayang!! Aukh!! "
Keluh Endra akhirnya Villia menghentikan cubitannya.
" Jangan rokok "
" Kan takdir mana ada yang tahu!! "
" Pokonya jangan ah!! "
Kata Villia benar benar marah. Endra meraih dagu gadisnya.


" Sure baby "
Villa tersenyum kemudian.
" Ya udah gih masuk sana "
" Iya dada......cami "
Endra terkekeh karena Villia terlihat malu malu seperti itu.

" Daaa juga cais "
Setelah memastikan gadisnya masuk ke rumah. Endra mengendarai mobilnya untuk kembali pulang. Ia baru saja meluruskan punggungnya terdengar suara notif dari benda pipih di sampingnya.

Ia  melihat betapa banyak panggilan telepon tak terjawab dari pacarnya itu. Ia mengenyit kemudian menelpon kembali nomor itu.
" Ada apa cais? "
" Mau mastiin dah Sampai rumah belum gitu, harusnya kamu sampai rumah 5 menit yang lalu, kamu mampir kemana? "



Endra tersenyum kemudian. Ia berfikir bawha ia mencintai orang yang tepat. Bahkan ia tahu bahwa ia telah sampai di rumahnya lima menit lalu.
" Iya emang udah dari tadi cais, tapi lupa hpnya kesilent tadi "
" Lain kali kalau sampai rumah langsung telpon aku biar aku gak kawatir "
" Iy......."

Belum sempat ia menyempurnakan kalimatnya telepon itu terputus. Endra hanya bisa menghela nafas panjang. Villia selalu saja memutuskan panggilan secara sepihak. Baru saja ia ingin meletakkan hpnya. Ada panggilan Vidio dari kekasihnya itu.


" Nah kalau gini kan aku bisa lihat kamu, kamu beneran gak kenapa napa dan beneran gak mampir mampir "
Endra tersenyum kemudiaan mereka kembali memperbincangkan berbagai hal dengan begitu lama. Seolah olah mereka adalah pasangan hubungan jauh atau biasa di sebut pasangan LDR. Padahal tadi ia sudah bertemu dan bersenda gurau bersama.

one promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang