3. KALAMDAN

248 20 0
                                    

Pukul 14.00 setelah Azam selesai beribadah dan mengadu segala lara, ia segera memeriksan kondisi sang adik. Demamnya sedikit turun tapi warna mukanya masih pudar, seketika membawanya dalam pikiran ingin sekali kembali ke rumah ayah dan bunda. Dan diputuskannya jika besok pagi mereka akan kembali ke kota.

Pelan Azam melangkah mendekati sang adik yang masih terlelap, niatnya hanya ingin berpamitan untuk pergi ke masjid.

“Dek, kakak pergi ke masjid sebentar ya.” Hening tak ada jawaban.

“Dek, suatu saat nanti kakak harap kita bisa sholat bareng ya, nggak tahu kenapa kakak yakin kalau di hati adek masih mau seagama sama ayah tapi egonya kamu yang lebih gede. Nanti kalau bisa kita sholat ied bareng ya.” Setelahnya ia pergi meninggalkan Askar yang tak terbangun sedikitpun.

Sepulang dari masjid Azam segera melihat keadaan askar lagi, bersyukurnya ia melihat adiknya itu tertidur tenang tak banyak meracau seperti tadi. Segera ia buka kitab suci Al-Quran dan membacanya dengan khusu’.

Azam tahu jika lantunan ayat suci sangat di gemari sang adik apalagi dia yang melantunkan, mengingat hal itu rasa bersyukur dan bahagia bercampur menjadi satu.

Tak terasa malam kian dingin serta siulan burung hantu menggema di sekitar rumah, dengan mendengar murotal ia melakukan aktivitas packing untuk esok kembali ke kota. Yang ia pikir akan bersenang-senang jutru malah membuka lebar kenyataan pahit tak diinginkan.

Setelah semua selesai Azam bersiap untuk pergi ke alam mimpi, selain doa sebelum tidur ia tak lupa akan satu doa lagi yaitu berharap saat ia bangun esok hari adiknya mau menerima kehadiran dirinya.
Pagi yang dinanti telah datang, semburat jingga dari ufuk timur serta suara burung beterbangan memberi suasana khas desa yang akan dirindukan. Askar dan  kakaknya tengah melakukan sesi sarapan, tak ada pembicaraan yang terekam hanya saja tatapan dingin sang adik menjadi lebih teduh.

“Dek nanti sebelum pulang kita foto dulu yuk di depan rumah.” Kali ini tak sia-sia iya bertanya, Askar memabalas pertanyaan tersebut dengan nada yang sedikit lembut.

Dengan bantuan bocil yang tengah  bermain mereka mulai mengambil gambar, tak lupa pula beberapa anak ikut masuk frame membuat Askar dapat tersenyum bebas. Dan untuk kali pertama dalam sejarah hidup Azam melihat senyuman indah sang adik jika bersama dirinya.

Perjalanan panjang cukup mereka lalui dengan kesabaran, apalagi bagi Askar karena sejak tadi Azam tak mau diam. Ia bercerita apapun bahkan hal yang menurutnya tak penting, meski tak ada yang merespon apapun tapi kakaknya itu tak mau berhenti mendongeng.

Pukul 14.00 mereka sampai di rumah dengan selamat yang di sambut hangat oleh ayah dan bunda. Askar akirnya bisa melepas rindu dan bermanja dengan bunda tercinta. Tak ada yang ingin Askar bagi pada bundanya karena memang ia tak merasa bahagia di sana.

Saat malam menjelang dan semua keluarganya melaksanaan sholat berjamaah, jujur saja dalam hati Askar merasa iri. Beberapa menit kemudian benda pipih yang ia bawa bergetar, seketika setelah menjawab panggilan tersebut ia langsung pergi tanpa pamit. Hawa dingin serta rintik hujan menjadi temannya di tempat gelap nan sepi ini.

Salah satu lawannya saat balap liar tak terima jika harus menanggung semuanya di balik jeruji besi sendirian, makan dari itu mereka ingin menghabisi Askar dengan ancaman akan meneror keluarganya.

Tentu saja ia emosi saat sudah membawa keluarga apalagi ini murni kesalahan Askar. Dari lawan arah terlihat jelas beberapa orang bertubuh besar mendekat dan dengan cepat satu tinjuan mengenai perutnya. Tak lama yang lain ikut menyerang dan mengharuskan Askar mepertahankan diri meski sebenarnya ia tak bisa.

Namun ada seseorang  mecoba membantu saat ia sudah terjatuh, pandangannya buram sehingga tak jelas siapa yang datang. Tubuh lemas serta darah yang mengalir mampu memberi gambaran kematian pada Askar, pikirannya tiba-tiba melayang membayangkan jika ia masuk masuk neraka dan jauh dari keluarga, parahnya lagi ia tak bisa berbuat apapun selain menyesal dan menangis.

DaydreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang