Silahkan klik bintang disudut kiri dan curahkan komentar kalian, sebagai dukungan. Terimakasih♡
Salam hangat El♡
{ A N G K A S A & B U L A N }
Cuaca sedang dingin dan awan terlihat mendung. Seorang gadis masih saja setia menenggelamkan tubuh mungilnya di kasur, Lantas terbangun saat mendengar deringan jam yang berbunyi nyaring di dalam kamar yang terbilang cukup luas itu.
Dengan langkah gontai dan mata masih tertutup iya bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Rintikan air itu tidak segan menghantam tubuh mungil gadis yang masih setengah sadar. Tidak ingin memakan lebih banyak waktu, ia dengan segera menyudahi ritual mandinya dan keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terbalut handuk.
Almamater maroon telah melekat indah di tubuh ramping milik Bulan, ia melirik cermin sekilas lalu mengambil tas yang ia gantung di samping lemari yang terbuat dari kayu. Kaki jenjangnya melangkah dengan pasti keluar dari kamar tersebut dan menuruni anak tangga satu persatu menuju lantai bawah, dapat Bulan lihat dari sudut matanya di ruang tamu yang tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang terdapat Ayah dan Ibu tirinya yang sedang melihat siaran televisi, sedangkan Carlise Adiknya telah berangkat lebih dulu menuju sekolah menggunakan mobil barunya.
Tanpa berpamitan Bulan meninggalkan rumah tersebut. Tidak ada yang perduli saat bulan melangkah pergi keluar menjauh.
"Huh... " Helaan nafas terdengar dari bibir mungil Bulan. Wajah yang tidak memperlihatkan senyuman tapi tidak juga merengut, wajah yang selalu terlihat dingin dan datar itu terlihat suram dan kelelahan pagi ini, tangannya bergerak menggerogoh sesuatu dari dalam saku almamaternya.
Kartu Akses bus, itulah yang ia cari. Bulan berdiri seorang diri di halte bus wajahnya menengadah ke atas melihat awan yang semakin gelap lalu ia menatap arloji yang melingkar dengan manis di tangannya.
"07:05 " Gumam bulan kecil. Ia tidak sedikitpun merubah ekspresi datar dan dingin itu, padahal jam sudah pukul 07.00 lewat.
Hampir lima menit bulan berdiri di halte bus tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan bus yang ia tunggu, merasa bosan dan sudah memakan waktu lumayan lama, akhirnya Ia memutuskan untuk berjalan kaki menuju sekolah. Perjalanan menuju sekolahnya memakan waktu sekitar 10 menit menggunakan bus.
Keringat membasahi keningnya, almamater yang sebelumnya terpasang dengan indah di tubuhnya yang ramping, sekarang telah tersampir di tangan kiri. Gerbang sekolah telah tertutup 5 menit yang lalu dan dengan terpaksa ia harus lewat gerbang belakang untuk masuk tanpa ketahuan oleh Satpam dan petugas Osis, tentunya untuk menghindari hukuman.
Koridor terlihat sepi menandakan bahwa semua penghuni sekolah itu sedang menjalankan rutinitas belajar mengajar, namun Bulan masih senantiasa tetap berjalan melalui kelas demi kelas dengan langkah santainya.
Kaki jenjang miliknya berhenti tepat di sebuah ruangan yang bertuliskan kelas XII IPA 2 diatas pintu, tidak ada suara yang keluar dari dalam kelas itu, bisa ditebak bahwa sedang ada seorang guru yang sedang mengajar di sana.
Tangannya terulur untuk mengetuk pintu, tapi itu semua sia-sia karena pintu tersebut lebih dulu terbuka memperlihatkan seorang remaja laki-laki yang berperawakan tinggi dan tampan. Bulan menuruni tangganya yang semula mengambang di udara.
Mata mereka saling beradu namun tak bertahan lama karena seseorang dari dalam kelas telah meneriaki nama gadis itu dengan keras tentunya terdengar garang. Laki-laki itu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda menjauh dari kelas tersebut, sedangkan Bulan dengan malas menatap seseorang yang berjalan menuju kearahnya dan senyuman paksa pun Bulan pancarkan.
"Bulan! Kenapa kamu telat lagi?" Suara itu, pertanyaan itu, hampir menjadi sarapan pagi bagi seorang gadis bernama Bulan tersebut.
"Seperti biasa, saya kesiangan dan tentunya ketinggalan bus, maybe." Lagi-lagi, itulah jawaban yang selalu ia lontarkan, kalimat yang berhujung dengan mungkin, yang selalu membuat siapa saja berhadapan dengannya bingung.
"Tidak adakah alasan selain itu? Saya bosan mendengarnya."
"Jika bosan mendengar jawaban saya, cukup jangan bertanya dengan pertanyaan yang sama, saya juga bosan." Bulan memasang kembali almamater yang sempat ia lepaskan tadi, seraya menjawab ucapan sang guru yang berada di hadapannya dengan santai.
Guru itu terlihat kesal menatap Bulan dengan malas namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, "Huh... " Hembusan nafas pasrah pun terlontar dari bibir sang guru. "Yasudah, kamu masuk. Lain kali jangan diulangi! Ini terakhir kalinya!"Lanjutnya memperingati.
Bulan memasuki ruangan kelas, semua mata tertuju padanya, ada yang mencemooh, mengejek bahkan menatap rendah dirinya.
Bulan tak peduli, ia terus melangkahkan kakinya menuju kursi paling pojok belakang tepat di samping jendela. Bulan dengan seksama mendengarkan pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru yang meneriaki namanya beberapa waktu lalu, panggil saja Bu Sina.
Menjelang Bell istirahat pembelajaran terus berlangsung dengan khidmat, tidak ada suara tidak penting yang menggangu karena kelas yang Bulan masuki ini bukanlah golongan kelas anak nakal. Tapi, bukan berarti tidak ada anak nakal didalamnya.
Jam terus berputar, dan mata jam pelajaran Bu Sina juga sekarang telah berganti menjadi mata pelajaran Fisika yang diajarkan Pak Dori.
Pak Dori memasuki ruang kelas, matanya menatap tajam murid yang berada dikelas satu-persatu, dan tatapannya berhenti tepat kepada Bulan yang berada di pojok kelas.
Pak Dori memandang remeh Bulan, "Saya bisa menebak, Gadis dipojok sana pasti telat lagi!" Cemooh Pak Dori, "Jangan hanya gara-gara kamu salah satu murid yang menerima beasiswa, malah menjadi semena-mena! Kalian jangan mencontohkan keburukan itu!" Lanjut Pak Dori seraya meperingati.
Siswa siswi yang berada di dalam ruangan itu hanya terkekeh pelan seraya mengejek Bulan. Meskipun tidak terdengar jelas ditelinga Bulan, ia pun tahu akan itu.
Bulan diam, tidak memperdulikan cemoohan demi cemoohan yang tertuju padanya, ia hanya fokus pada buku yang ada dihadapannya.
Setelah keributan beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh Pak Dori, Pak Dori kembali melanjutkan kegiatannya dengan menjelaskan materi demi materi yang akan dipelajari hari ini.
Semuanya kembali diam seperti semula, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, begitupun Bulan. Tangan mungilnya terus bergerak mengisi barisan kosong dengan materi yang dijelaskan oleh Pak Dori.
.
.
.Hai hai hai aku Keyla! tapi sekarang kalian akan mengenal aku dengan nama baru yaitu Zora. Aku mau nanya nih bagaimana dengan ceritanya A & B? Apa kalian melihat sedikit perbedaan dari cerita sebelumnya? Sebagian orang mungkin sadar tapi sebagian juga mungkin tidak, karena perubahannya tidak terlalu banyak.
Nah kalau gitu Zora mau nanya nih bagaimana kabarnya? Sehat? Alhamdulillah kalian sehat semua.
Ya udah sampai sini aja deh dulu jangan kebanyakan basa-basinya ntar basi lagi hahaha. Dukung Angkasa & Bulan terus ya! jangan lupa tekan bintangnya di sebelah kiri pojok, kritik dan saran dari kalian Zora sangat terima loh. Terima kasih telah singgah! jangan bosan menunggu update berikutnya ya♡
Oke see you ke chapter berikutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Bulan
Novela JuvenilBulan, gadis pendiam yang selalu menenggelamkan diri pada waktu yang terus bergerak tanpa bisa ia cegah. Di dunia tidak banyak yang dapat dipercaya dengan senang hati, terlebih jika seseorang telah mengalami apa itu ditinggalkan, bagaimana rasanya d...