Terdapat tebaran bunga diatas gundukan tanah makam. Batu nisan putih yang terukir nama penghuni didalamnya.
Rintik-rintik hujan mulai turun. Tanpa ada niat untuk beranjak menyelamatkan tubuhnya yang terkena air dari langit.
Isakan masih keluar dari mulut mungilnya. Seakan-akan kejadian tiga tahun lalu baru terjadi kemarin.
"Bunda, Acha kangen" Tangannya mengusap nisan putih
" Acha Pengen cerita masalah acha. Acha boleh nyusul bunda nggak? Acha...Acha capek "
Air mata terus mengalir membentuk sungai-sungai kecil di pipinya. Entah berapa lama acha berada di pemakaman umum tersebut. Matahari telah lelah menunjukkan cahayanya. Berpamitan untuk beristirahat sejenak.
Rintik hujan semakin deras ditambah dengan angin yang menambah dinginnya sore itu." Acha pamit ya bunda" Beranjak dari sisi makam meninggalkan gundukan tersebut.
Dengan keadaan basah kuyup menuju halte yang tak jauh dari posisinya. Dingin mulai menusuk kulit bahkan menembus tulang-tulangnya.
Tanpa Acha sadari terdapat dua orang yang sedaritadi mengawasinya di mobil hitam yang tak jauh dari posisinya.
"Dia dari makam? Makam siapa itu? " Ucap Denis
"Maaf Pak, kami belum mengetahuinya" Jawab Roy
"Selidiki makam tersebut"
"Baik Pak "
Semoga firasat ku salah. Kamu dimana Nanda? ~Batin Denis.
Mata Denis terus mengawasi Acha dari kejauhan. Ingin rasanya menghampiri Acha dan memekuknya erat. Tapi dia takut Acha tidak ingin menerimanya.
Tubuh Acha mulai menggigil. Beberapa kali menggosokkan tangannya untuk mengurangi rasa dingin. Kepalanya seperti ditimpa beban yang sangat berat. Pandangannya mulai mengabur tak kuasa lagi untuk mempertahankan kesadarannya.
BRUKKK
Mata Denis membulat melihat tubuh Acha tergeletak di halte. Membuka pintu mobil berlari menuju halte. Melupakan rasa takutnya, yang terpenting keselamatan anaknya.
"Acha..." Denis mengusap wajah pucat anaknya mencoba menyadarkannya
Denis membopong tubuh ringan Acha menuju mobil. Melepas jasnya dan menyelimuti tubuh Acha. Denis memeluk tubuh Acha memberikan kehangatan dari tubuhnya.
"CEPAT KERUMAH SAKIT ... "
" Baik tuan"
Mobil hitam melaju dengan cepat menuju rumah sakit. Menembus hujan yang mulai lebat. Jalan yang cukup ramai pada malam itu.
" Bertahanlah nak... " Denis mengusap punggung Acha
Mobil hitam berhenti di depan unit gawat darurat rumah sakit. Denis membopong tubuh Acha berlari menuju brangkar yang telah disediakan.
" Tolong anakku... " Ucap Denis penuh harap
" Baik pak, kami akan berusaha semaksimal mungkin" Ujar salah satu perawat
Kakinya sudah tidak mampu menopang tubuhnya. Duduk di depan ruang tindakan dengan pandang kosong. Penampilan yang dikatakan jauh dari kata rapi.
Hampir setengah jam Denis menunggu penanganan anaknya. Jantungnya berdetak kencang. Pikiran negatif mulai keluar dari kepalanya. Tak lama pintu tindakan terbuka menampakkan seorang dokter dengan jas putihnya
"Bagaimana keadaan anak saya dok? "
" Mari ikut saya"
Denis mengikuti dokter tersebut menuju ruangannya. Doa Denis tak pernah putus berharap semua akan baik-baik saja. Duduk dihadapan dokter yang akan menjelaskan keadaan putrinya.
"Maaf Pak, sebelumnya apakah putri anda penah mengalami kecelakaan? "
"Ke... Kecelakaan? " Jantung Denis seakan diberhentikan paksa oleh kenyataan
" Jadi begini, di kepala putri bapak terdapat bekas luka yang cukup serius. Yang saya takuti luka tersebut memberikan berefek di kehidupan sehari-hari"
"Saya tidak tahu mengenai hal tersebut karena saya sudah lama tidak bertemu dengan anak saya"
"Baik Pak, nanti setelah kesehatannya membaik akan diperiksa lebih lanjut"
"Baik dok, terimakasih" Denis keluar ruangan menuju ruang tindakan
Saat memasuki ruangan tersebut hawa dingin dirasakan di kulit Denis. Memandang putrinya yang terbaring lemah di brangkar sangat menyakitkan. Melangkah pelan menuju sisi brangkar.
"Maafkan papa nak... Papa merasa menjadi papa paling buruk untukmu... Apakah kesalahan papa dulu bisa kau maafkan? " Air matanya keluar menbasahi pipinya mengusap pelan tangan anaknya
Ceklekkk
" Permisi pak, pasien akan dipindahkan ke ruang inap" Denis menganggu mengikuti perawat yang mendorong brangkar anaknya menuju ruang inap.
________
Rio dan Abi berdiri di depan rumah Acha yang gelap gulita karena sang pemilih rumah tak ada didalam. Sudah hampir satu jam abi dan Rio berada disana.
Sejak tadi pagi abi tidak dapat menghubungi Acha. Takut dengan keadaan sahabatnya. Abi kemudian menghubungi Rio untuk mengajaknya dirumah Acha.
" Acha dimana sihh? Nggak biasanya dia nggak ada kabar kayak gini" Ucap Rio
"Ayo kita ke makam"
"Hahh... Gila lo ke makam malem-malem"
" Kemana lagi kita nyari Acha "
"Yaudah ayo"
Keduanya menuju ke pemakaman umum, tempat peristirahatan bundanya Acha. Berharap Acha berada disama. Mobil melaju dengan cepat tak menghiraukan ocehan sahabatnya.
" Bi... Pelan woyy. Gua masih pengen hidup"
"Diem" Rio langsung kicep saat abi mengeluarkan aura yang kurang mengenakkan
Sesampainya di pemakam Rio dan abi mencari keberadaan Acha. Duanya nampak putus asa karena hanya ini tempat harapannya terakhir mereka menemukan Acha.
" Astagaa Acha lo dimana sihh? Mau kemana lagi kita bi? Gua takut Acha kenapa-napa"
"Gua juga nggak tau, besok kalo Acha belum ketemu kita lapor polisi"
Cha lo dimana? Gua khawatir sama lo. Semoga lo nggak kenapa-kenapa. Semoga ~batin Abi.
Bersambung
Terimakasih telah membaca cerita saya. Maaf kalo masih ada kesalahan dalam penulisa. Kalian bisa memberi saran atau kritik. Babay guys
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA
Teen FictionMenceritakan tentang kisah hidup Acha yang bebas tiba-tiba datang seorang yang mengaku ayahnya. Akankah Acha kembali kekeluargaannya atau menyelesaikan masalah di masa lalu nya. males buat deskripsi hehehe:) WARNING: - TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA!! ...