Bismillahirrahmanirrahim
Sesuai janji Rio dan Abi,mereka mentraktir Acha nasi goreng dekat alun-alun yang terkenal enaknya.
"Bang tiap hari aja lu traktir gua, kan gua jadi hemat duet"
"Enak di elo susah di gua," ucap Rio.
"Pelit amat lu Dugong"
"Hehh ikan teri seharunya lu berterima kasih ama gua udah Alhamdulillah di traktir"
"Traktir minuman nya aja bangga, kayak bang Abi yang Gans ini dong mau bayarin makanan nya nggak kayak lu minta traktir minuman aja kek nggak ikhlas"
"Udah bisa diem nggak," ucap Abi.
"Iya bang, dedek Acha yang cantik dan suka menabung ini akan diam bang," ucap Acha dramatis.
"Rajin menabung di mana lu?, Di kantin aja masih ngutang," cibir Rio.
"Di kotak amal lah, nggak kayak lu kotak amal musholla sekolah aja lu bobol kena azab tau rasa lu,"
Untung tuhan menciptakan Abi dengan kesabaran tingkat nasional kalo nggak sudah dipastikan Abi budeg karena terlalu banyak mendengarkan ocehan sahabatnya tersebut.
"Udah selesai makannya?," Tanya Abi.
"Udah bang"
"Yuk pulang"
Mereka pun bergegas pulang karena hari sudah malam. Abi dan Rio mengantarkan Acha ke rumahnya.
"Nggak mampir?,"
"Enggak ah, kita langsung balik aja babayy Cha,"pamit Abi.
Acha melambaikan tangan menandakan perpisahan mereka, setelah mobil mereka tak nampak lagi ia memasuki rumahnya.
Sunyi
Satu kata untuk menggambarkan suasana rumah itu. Setelah bundanya meninggal suasana inilah yang dirasakan Acha.
Langkah kaki mengarah ke kamar. Tempat untuk mengistirahatkan jiwa dan raga setelah menjalankan aktivitas.
Ceklek
Pandangan pertama yang ia lihat adalah foto bundanya dah ia saat mengenakan pakaian seragam putih biru. Ia masih ingat sekali momen dimana ia masuk pertaman kali di jenjang SMP.
"Nggak kerasa ya bund dah tiga tahun bunda ninggalin Acha, bunda tau nggak kalo Acha tu kangen banget sama bunda. Acah pengen meluk bunda, cerita semua yang Acha alamin setiap harinya, acha kangen bunda," acah menghapus air matanya dengan kasar.
Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur berbaring memeluk figuran foto dirinya bersama bunda. Tak lama kemudian acah terjun ke dunia mimpi.
"Tuan saya sudah mengetahui tempat tinggal nona,"
"Tetap awasi dia,"
"Baik tuan,"
Sambungan itu terputus, Roy mencatat alamat yang saat ini ia berada. Memfoto rumah tersebut dari dalam mobil dan mengirimkannya kepada Denis .
Ting
Suara notifikasi dari handphone Denis berbunyi. Ia melihat pesan yang dikirimkan dari bawahannya.
"Tunggu papa Cha," gumam Denis.
_
_____________________________________
Keringat dingin bercucuran di dahi Acha. Matanya masih tertutup rapat. Tubuhnya bergetar tidak beraturan.
"Sakit pa...hiks jangan pukul Acha hiks... Bunda tolongin Acha,"
"Kamu harus dihukum udah berani melanggar peraturan,"
"Udah mas hiks.... jangan sakiti Acha," ucap seorang perempuan.
"Dia udah buat aku khawatir," ucap seorang lelaki sembaring memegang ember berisi air yang akan siramkan ketubuh Acha.
"AAAA...,"
Acha terbangun dari tidurnya. Ia memijat pelipisnya kepalanya berdenyut serasa ingin pecah. Sudah sering ia mimpi buruk ralat ia merasa ini bukan mimpi apakah maksudnya ini.... pikir Acha.
Kakinya mengarah ke dapur untuk mengambil minum sekedar menenangkan diri. Melamun hal yang ia kerjakan saat ini merenungkan apa yang ia mimpikan tadi.
"Siapa om om tadi di mimpi ya, mukanya nggak terlalu keliatan tapi ibu ibu tadi suaranya mirip bunda," gumam Acha.
Huffhh... Entah sudah berapa kali ia menghela nafas. Matanya tidak bisa diajak kompromi. Yang acha inginkan hanyalah tidur karena sekarang masih tengah malam.
Tangan mengambil beberapa butir obat tidur yang selalu ia simpan untuk memudahkannya menuju alam mimpi meminumnya dan tak berselang lama ia tertidur.
Bersambung
10/1/21

KAMU SEDANG MEMBACA
LARA
Teen FictionMenceritakan tentang kisah hidup Acha yang bebas tiba-tiba datang seorang yang mengaku ayahnya. Akankah Acha kembali kekeluargaannya atau menyelesaikan masalah di masa lalu nya. males buat deskripsi hehehe:) WARNING: - TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA!! ...