KARMA?

69 8 0
                                    

Di sebuah ruangan bernuansa putih terdapat dua orang manusia yang berbeda umur. Tatapan sendu tak pernah luput dari pancaran mata Denis. Penyesalan tak henti-hentinya menggrogoti hatinya. Dia hanya dapat berandai-andai jika waktu dapat diputar kembali ia takkan menya-nyiakan kesempatan itu.

Jari lentik Acha bergerak lenguhan keluar dari bibir pucat. Mata Denis melihat momen tersebut dengan buru-buru mendekati brangkar.

"Acha"

"enggghh......sssh. Aku dimana?" Acha melihat sekeliling ruangan. Matanya melihat tangan yang tertancap jarum infus.

" udah mendingan nak? apa ada yang sakit? papa panggilin dokter dulu ya" langkah Denis tertahan, lengannya dicekal oleh Acha

" jangan pergi" suara serak nan lemah itu terucap. Denis memencet tombol disebelah brangkar. Tak lama seorang dokter dan suster memasuki rungan.Denis menjauhi brakar, memberi ruang. Tak lama dokter medekati Denis.

" Perkembangan putri bapak cukup baik. Panasnya sudah turun tolong untuk obatnya diminum secara teratur dan istirahan yang cukup"

"baik dok, terimakasih" Dokter dan suster meninggalkan ruangan.

Tangan Denis mengusap lembut kepala Acha. " bagaimana keadaanmu apakah sudah mendingan?" Acha mengangguk matanya masih ayup.

" mau minum" Acha mengangguk. Denis membantunya duduk, mengambil segelas air yang ada diatas nakas.

" terimakasih"

Senyum Denis tak pernah hilang ini adalah hari yang dinanti setelah sekian lama. Namun ada suatu hal yang menggaljal. apakah ia akan mendapat kesempatan utuk menebus kesahannya di masa lalu?

Mata Acha terus melihat pahatan indah pada wajah Denis. Dengan rahang yang tegas alis yang tebal dan sorot mata yang tak asing baginya. Dia siapa?... batin Acha

" om siapa?"

Denis melupakan kenyataan yang ada. Kenyataan yang cukup membuat hatinya sakit. Apa yang sebenarnya terjadi? Tidakkah cukup tuhan menghukumnya ? kenyaan apa ini?

" kau... tak mengenalku?" Acha menggeleng

"aku... papamu" Denis mejawab dengan lemah. Ia tak sanggup menghapi ini. Tolong beritahu aku bahwa ini hanya mimpi...batin Acha. Air mata lolos , mengalir dipipi Denis membentuk suangi kecil.

__________________

" hadeh mau cari dimana lagi ni bi" 

" gua dah nggak tau lagi mau kemana lagi"

" Achaa... lo dimana siih.... nggak ada petunjuk lain bi, kita lapor polisi" Rio menatap Abi penuh harap. 

Mobil mereka melaju kencang membelah padatnya jalan. Rasa takut tak luput dari hati mereka seakan-akan jantung mereka sedang di uji. Tak ada lagi candaan yang sering Rio lontarkan pemikiran meraka tak dapat lepas dari sahabatnya.



dreeeegg

dreeegggg

dreeeggg

beberapa kali handphone Rio bergetar terdengar dalam sunyinya mobil. " ck, siapasih " dengan terpaksa Rio mengankat panggilan tersebut.

" Sapa?"

" Bang, ini gua Acha"

 " ACHAAA... Lo dimana kamprettt " seketika Abi menginjak rem dengan kuat matanya tertuju pada Rio. Berharap besar semoga ke adaan Acha baik-baik saja.

"Gua di rumah sakit bang"

" HAH... lo ngapain disanaa"

" udah buruan lo kesini"

" kirim lokasinya. gua otw kesana"

Tuttt

Tinggg

" Bi kerumah sakit harapan. Acha disana"

" Acha kenapa?"

" Udah kesan dulu, nanti kita liat keadaan acha". mobil Abi menuju rumah sakit Harapan. ketakutannya mulai menambah. harap-harap cemas Acha baik-baik saja.

------------------

Tuttt

Mata Acha melihat orang asing berdiri tegak di sebelah brangkarnya. " apa ada yang dibutuhkan lagi nona?" 

" ... Emm enggak pak? Eh mas?"

" anda bisa memanggil saya Roy"

" ihh nggak sopan kalo cuma manggila nama. kak? kak roy?"

"Baik terserah nona saja" Roy mengangguk ramah. Ternyata nona belum berubah...batin Roy

" om-om tadi kemana ?" 

" Tuan Denis sedang keluar sebentar"

" kalian itu siapa sih kok kayak nggak asing"kita memang sudah kenal sebelumnya nona.... batin Roy. seangkan ingin mengucapkan yang terjadi yang sebenarnya .

------

" Jadi putri bapak mengalami Amnesia. dari bekas luka di kepalanya mungkin putri bapak pernah mengalami kecelakaan atau insiden yang menyebabkan benturan pada kepalanya." 

" apakah itu berbahaya ?"

" Tergantung, saran saya jangan terlalu dipaksa untuk mengingat. Biarkan ingatannya pulis dengan sendirinya. jika terlalu dipaksa akan menyebabkan sakit kepala yang luar biasa."

" baik dok, terimakasih atas waktunya" 

Denis keluar dari ruangan, ia merasa kalau ini adalah karmanya karena kesalahan yang telah dilakukannya dulu terhadap istri dan putrinya. Tatapan kosong melihat kedepan langkah kakinya menuju ruang putrinya dirawat. Pikirannya menerawan kejadian beberapa saat lalu saat Acha siuman.

" kamu siapa?"

Denis melupakan kenyataan yang ada. Kenyataan yang cukup membuat hatinya sakit. Apa yang sebenarnya terjadi? Tidakkah cukup tuhan menghukumnya ? kenyaan apa ini?

" kau... tak mengenalku?" Acha menggeleng

"aku... papamu" Denis mejawab dengan lemah. Ia tak sanggup menghapi ini. Tolong beritahu aku bahwa ini hanya mimpi...batin Acha. Air mata lolos , mengalir dipipi Denis membentuk suangi kecil.

" NGGAKK... OM BUKAN PAPAKU"

" Aku papamu nak" Denis mencoba memeluk Acha namun Acha menghindar dan memberontak 

" nggakk..." tangisan Acha pecah seakan-akan hal ini tidak nyata. Ini terlalu tiba-tiba baginya. Kelopak mata Acha terasa berat, pandangannya mulai mengabur. Acha pingsang dipelukan Denis.

Denis menekan tombol di sebelah nakas, tak lama kemudian seorang dokter dengan dua perawat memasuki kamar tersebut.

"permisi pak, pasien akan kami periksa" Denis keluar dari ruangan tersebut. Badannya lemas matanya tak lepas dari pintu coklat yang ada didepannya. Tak lama kemudian pintu itu terbuka sekilas ia melihat wajah pucat Acha yang terpejam tenang diatas brangkar.

" bapak bisa ikut saya keruangan ?" Denis menganguk langkahnya mengikut dokter menuju ruangan. firasat negativ tak luput dari pemikirannya. 





BERSAMBUNG....

hehehe maaf guys slow up lagi uprak nich...

agak puyeng wehhehe

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YAAA

SEE YOUUU













LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang