Sedangkan diruangan Maurin ada Bisma yang sedang menunggu nya sadarkan diri
Ia mulai gelisah tentang keadan sang istri, ia terus berdoa supaya Maurin dan Zea segera di berikan kesehatan
Ia menghela napas panjang, ia sungguh menyesal membiarkan mereka pergi berdua
Arshaka yang duduk di samping Zea merasa ada pergerakan dari tangan nya, ia segera bangkit dan melihat keadaan Zea
Benar saja Zea mulai membuka mata nya, hal pertama yang ia lihat ada lah hitam pekat, Zea menggenggam erat tang Arshaka
" bang, ko Zea gak bisa liat abang? Ko cuma hitam yang Zea liat bang"
"Zea gak kenapa-kenapa kan bang"
"disini lagi ada pemadaman ya bang?"
Arshaka tidak menjawab melainkan memeluk Zea dan mulai terisak, ia bingung harus menjawab apa dari pertanyaan Zea itu
"abang ko malah nangis, abang kan gak takut gelap terus kenapa abang nangis" ucap Zea mengelus punggung sang kakak
"Zea mau dengerin bang Shaka gak? Tapi janji Zea gak bakalan nangis atau pun marah, Zea gak bakal nyalahin siapa pun"
Zea yang bingung pun hanya menganguk patuh akan ucapan kakak nya
"dengerin baik-baik ya dek"
"kamu mengalami buta" ucap Arshaka sambil menahan tangis nya
"abang jangan bercanda" jawab Zea mulai memberontak dari pelukan Arshaka
"abang gak bercanda dek" ujar Arshaka mulai mengeratkan kembali pelukan nya
"ngga gak mungkin abang pasti bohong, Zea gak mau bang" teriak Zea histeris
Arshaka yang kewalahan pun segera memanggil dokter dengan menekan tombol khusus yang di sediakan di ruangan itu
Setelah diberikan obat penenang Zea mulai merasakan kantuk pada dirinya namun ia sempat mengucapkan kata sebelum ia tertidur lagi
"tapi nanti Zea bakal bisa liat lagi kan bang?"
Arshaka kini menangis, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Zea jika ia sudah sadar
Ia mengelus rambut Zea dengan penuh kasih sayang, jujur jika boleh ia ingin menggantikan posisi sang adik
Masa depan adik nya masih panjang namun keadaan malah merenggut salah satu indra nya
Bisma yang berada di luar ruangan Zea pun ikut terisak menyaksikan kepedihan kedua anak nya
Tadi pada saat ia keluar ruangan Maurin untuk melihat kondisi Zea, ia menyaksikan betapa pedih nya penderitaan sang putri bungsu
Kondisi Maurin sedang kritis entah sampai kapan ia berada dalam kondisi seperti itu
Bisma kembali keruangan istrinya, sungguh menyiksa berada dalam posisi sekarang
Arshaka bangkit dari duduk nya untuk mencari angin dan mencari makanan, ia juga tidak lupa menemui sang ibu terlebih dahulu
Ia melihat kondisi ibunya yang berada di ambang nyawa itu mungkin kini sedang berjuang mati-matian untuk bisa kembali kumpul bersama
Arshaka membeli beberapa snack dan beberapa makanan berat untuk mereka makan nanti
Ketika ia kembali dan membuka pintu ruangan inap Zea, ia melihat jika Zea sedang memandang jendela meski dengan pandangan kosong tak tahu arah
Ia berjalan mendekat menuju ranjang milik Zea dan duduk di samping nya, cuaca sedang mendung dan membawa angin sejuk
Arshaka mengelus rambut Zea membuat nya menoleh, Zea tersenyum karna ia tau pasti yang melakukan itu adalah sang kakak
"abang dari mana aja, tadi Zea nyariin abang tapi gak ada" ucap nya sambil memasang wajah marah tapi itu tidak berlaku bagi Arshaka
Karna di mata Arshaka semua tingkah Zea sangat menggemas kan, Arshaka mencubit pipi sang adik
"kalo mau marah tuh minimal galak dikit lah dek haha" ucap nya
"ish abang gak lucu tau" jawab Zea membalikan tubuh nya
