Bagian 7

10 3 0
                                    

Zea mencoba menyakin kan mereka berdua, dengan sedikit perdebatan mereka bersikeras agar Zea tidak memilih jalan yang seharus nya tidak ia ambil

"pa, bang, dengerin Zea ya, klo kalian gak dapet donor nya sekarang kalian akan kehilangan mama"

"tapi kalo sekarang Zea yang jadi pendonor kalian bisa sama mama aku juga bakal terus sama kalian"

"setelah ini Zea jadi bagian dari hidup mama, kalian gak kehilangan siapa pun"

"tapi gak harus kamu juga sayang, papa bakal cari secepatnya"

"jangan kamu dek please, abang gak mau kehilangan kamu, abang mohon nya"

"Zea mau tanya kalian mau kehilangan mama?"

Mereka terdiam dengan pertanyaan Zea tersebut, jelas mereka tidak ingin kehilang kedua nya

Namun sekarang mereka harus memilih salah satu di antara nya, sang dokter hanya diam menyaksikan semua nya

"ayo dok saya siap" putus Zea mengakhiri sesi perdebatan dengan keluarga nya

"baikalah mari masuk, kita harus segera melakukan oprasi nya agar bu Maurin segera bebas dari masa kritis nya" sang dokter membawa Zea kembali masuk ke ruangan rawat nya

Sebelum memasuki ruangan sang dokter bertanya sekali lagi menanyakan keputusan nya

"apa anda yakin ingin melakukan oprasi tersebut?"

"apa anda tau apa konsekuensi nya jika anda mengambil keputusan ini?"

Zea mengangguk mengiyakan pertanyaan sang dokter yang mungkin memang ragu

"Zea sudah siap segalanya dok, asal mama bisa sembuh Zea rela ngelakuin hal ini, mungkin ini cara agar Zea bisa membayar jasanya kepada Zea"

Dokter pun membawa Zea keruangan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah cocok atau tidak dengan sang pasien

Bisma dan Arshaka menunggu diluar ruangan nya berahap yang terbaik, Zea yang berada di dalam ruangan hanya menarik napas

Dokter tersenyum setelah mengetahui hasil nya sama, ia memberitahukan pada Zea jika oprasi bisa di lakukan

Zea didorong untuk pindah ruangan nya menuju ruang oprasi, di depan ruangan ada Arshaka yang memandang Zea yang dibawa dengan perasaan sakit

Setelah selesai melakukan oprasi Maurin dibawa kembali ke ruangan nya, dengan di temani Bisma

Sedangkan Arshaka mengurus jenazah Zea untuk besok dikebumikan, Arshaka menatap wajah Zea yang pucat dan kini di tutupi kain putih

Ke esokan paginya Arshaka sendiri yang datang kepemakaman sang adik, Arshaka terduduk lemas disamping nisan Zea

Tertulis dengan jelas nama Zea Seraphina binti Bisma Jonathan Narendra

Arshaka menangis dengan teriakan yang memilukan, ia memeluk tumpukan tanah seakan itu adalah tubuh Zea

Ia duduk mengusap nisan milik Zea, ia mulai mengingat semua ucapan Zea kemarin saat ia masih bersama nya

"Ze, liat sekarang abang lebih menyedihkan dari kemarin, sekarang gak ada kamu yang nyuruh abang berhenti nangis"

"sekarang Zea udah bisa liat abang nangis kan, tapi sekarang Zea gak bisa nyuruh abang berhenti"

"Zea udah bisa liat senja, bisa liat sunset, bisa liat bulan sama bintangkan"

"tapi mulai sekarang abang yang gak bisa liat kamu Ze"

"maaf ya, selama ini abang masih sering jailin kamu"

"sekarang bahagia disana ya, mama juga udah siuman"

"meski pada saat ia bangun tadi, ia histeris pas tau kamu udah gak ada"

"Ze, abang kangen kamu"

"padahal belum satu hari tapi udah sakit banget, apalagi kalo abang udah pulang kerumah"

"sakit Ze, abang gak berguna pas kalian butuh bantuan abang gak bisa apa apa"

Arshaka mencurahkan segalanya didekat nisan Zea, ia hanya di temani payung kesayangan Zea

Maurin yang sudah siuman dan menanyakan keadaan Zea, dan ia menangis ketika Bisma sang suami membertahu nya tentang keinginan Zea

Zea Seraphina gadis berusia 17 tahun itu kini telah berpulang kepangkuan sang maha kuasa, ia memberikan jantung nya demi sang ibu

Selama hampir 3 minggu Zea mengalami kebutaan, hingga akhir nya ia memilih untuk berkorban dan mengalah pada keinginan nya

Dalam sejenak semua yang ia harapkan hilang bersamaan dengan malam yang mendung itu

Isakan sang kakak tidak bisa lagi ia dengar, air mata tidak lagi bisa ia hapus, senyum nya luntur saat mendengar sang ibu kritis berjuang melawan maut kini telah usai

Zea meninggalkan sang kakak yang penuh dengan rasa sesal dan rasa sakit, kini semua menjadi trauma berat bagi nya




Funeral UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang