Bagian 5

8 3 0
                                    

"abang kenapa sih ko gak boleh liat mama, kan udah lama Zea gak ketemu mama"

"Zea juga kangen suara mama"

"kangen dipeluk mama"

"nanti ya dek kan mama nya juga bekum pulih sepenuh nya, jadi kamu harus nunggu dulu"

"yaudah deh kalo gitu"

Zea mulai membaringkan kembali badan nya, ia pura-pura terlelap dihadapan Arshaka

Tak lama Bisma masuk dengan panik, ia tidak berpikir panjang dan langsung  berbicara tanpa melihat kondisi Zea

"pa, papa kenapa panik gitu?"

"mama, gak kenapa-kenapa kan?" kini Arshaka pun ikut panik melihat sang ayah tergesa-gesa mencari nya

Bisma menghela napas sebelum memberitahu keadaan sang ibu yang kini sedang membutuh kan pendonor

Jika mereka tidak mencari dari sekarang, mungkin semua akan berakhir secara tragis

"bang, mama butuh donor segera"

"kalo kita gak bisa nemuin donor nya, maka kita harus siap kehilangan mama"

Arshaka terduduk dilantai mendengar perkataan sang ayah, ia bingun sekarang apa yang harus di lakukan

Tanpa mereka sadari Zea sedari memperhatikan nya, Zea baru tau jika sang ibu kini tengah berjuang melawan rasa sakit nya

Zea menghapus air mata nya ia kembali pura-pura tidur setelah mendengar nya

Dalam benak nya kini banyak pertanyaan, antara bagaimana dan jika

'bagaimana bisa ibu nya mederita separah itu'

'bagaimana bisa mereka tidak memberu tau ku tentang keadaan mama '

'bagaimana jika aku saja yang mendonorkan jantung ku untuk mama'

'tapi bagaimana jika Bang Shaka nanti marah kepadaku'

'tapi bagaimana jika mereka gagal menemukan donor dengan waktu cepat'

Zea kini melamun dalam ruangan itu sendirian, Arshaka pergi bersama Bisma untuk mencari yang mau mendonorkan jantung nya

Hari mulai menjelang siang, Arshaka datang dengan membawa makanan kesukaan Zea

Ia tersenyum melihat Zea yang tengah duduk diranjangnya dengan kaki disilang dan tangan di lipat di depan dadanya

"abang kemana sih pagi pagi udah ngilang aja"

"abang beli makanan kesukaan kamu loh dek, ada ice cream juga" ucap nya sambil duduk didepan Zea

Zea yang mendengar itu pun langsung tersenyum bahagia, setidak nya ia bisa memakan makanan itu sebelum berbicara kepada sang kakak tentang maksud tertentu nya nanti

Arshaka melihat adiknya yang makan dengan lahap meski ia suapi itu terkekeh

"pelan pelan aja dek makan nya, gak bakal abang ambil ko"

"hehe ini enak bang, udah lama gak makan sea food" jawab Zea dengan mulut penuh makanan

Arshaka merasakan ada sedikit hawa berbeda dari diri adik ny ini, ada rasa khawatir dan gelisah melihat tingkah nya

Ia bingung mengapa rasa itu tiba tiba muncul di saat ia harus mencari dengan segera pendonor bagi ibu nya

"abang lagi ngelamun ya?" tanya Zea memegang tangan Arshaka

Arshaka terperanjat kaget, ia tidak mungkin berkata jujur sekarang bisa saja Zea sedang bahagia hari ini dan ia tidak boleh merusak itu

Ia kembali menggenggam tangan sang adik ia usap pelan dan mengusap wajah ayu milik nya

"abang gak ngelamun ko dek, abang cuma mikirin kamu gimana caranya supaya kamu bisa cepet sembuh" bohong nya meyakinkan Zea

Zea hanya mengangguk, meski ia tau jika yang di pikirkan sang kakak kini adalah kondisi ibu yang semakin memburuk

"bang nanti kalo Zea udah bisa liat lagi Zea mau liat abang tersenyum terus, jangan pernah nangis lagi"

"abang jelek kalo lagi nangis, jadi jangan keseringan nangis"

" pola tidur nya juga di jaga, makan nya harus banyak jangan sedikit"

"biar abang gak kurus kayak sekarang"

Zea menceramahinya dengan sedikit bercanda, namun bagi Arshaka kata itu sungguh berat untuk di dengan nya

Funeral UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang