₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
Yuraq mengangkat badannya dari rerumputan setelah mendengar panggilan Samin.
"Anu Kak..." tanggap Yuraq bingung.
"Nanti diterkam singa gunung loh," Samin menakut-nakuti.
"Eh? Memangnya ada di sekitar sini?" Yuraq mengangkat badannya dari tanah dan mulai meraih wanita itu.
"Ya siapa tahu mereka sembunyi di gelap atau di semak-semak," Samin menanggapi, sambil menyambut gadis itu di tangannya. "Kita ke api unggun saja, di sana ada yang lain."
"Baik Kak." Kemudian, mereka berjalan menuju kobaran api yang dikelilingi oleh orang-orang. Yuraq menyempatkan dirinya untuk menoleh ke belakang — ke dalam kegelapan — untuk mengecek jika singa-singa gunung itu benar-benar ada di sana.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Samin dan Yuraq berbagi tikar untuk duduk bersila di pinggir api unggun.
Bersama gadis dan wanita itu duduk 4 orang, keempatnya lelaki. Pacha dan Nina berbagi satu tikar di sebelah kiri, sedangkan kedua putra Hakan — Titu dan adiknya Puma — berbagi tikar yang lainnya di sebelah kanan. Di atas dan di sisi masing-masing tikar terdapat gelas serta piring atau mangkuk berisi cemilan seperti berondong dan humintʼa¹.
Mereka berenam berbincang mengenai beragam hal dan ikut dalam pembicaraan sesuai minat masing-masing. Pada saat tertentu, Pacha, Nina, dan Samin — orang-orang dewasanya — berbicara seputar politik dan ekonomi. Topik tersebut tentunya terlalu berat dan membosankan bagi para remaja yang butuh keasikan seperti Yuraq serta Titu dan Puma, sehingga Yuraq hanya menonton kayu bakar di depannya hancur dilahap api selagi merogoh semangkuk berondong di depannya, sedangkan Titu dan Puma membicarakan gadis yang mereka sukai.
Namun, saat gadis itu tengah asyik menonton kobaran api unggun sambil mengunyah berondong, dia mendengar beberapa potong informasi yang mengambil perhatiannya.
"Sejak Atawallpa ditangkap sama orang-orang laut itu..."
Yuraq cukup terkejut. Siapa yang ditangkap? Kaisar baru itu, yang mengirim pendukungnya untuk membantai kampung halaman serta ayah dan ibunya? Syukur kepada Tuhan! Tapi siapa orang-orang laut ini?
"Jadi mereka itu naik hewan aneh gitu," perjelas Pacha. "Mirip lama tapi... gimana ya jelasinnya? Pokok lehernya besar dan tebal, terus kepalanya juga besar dan panjang. Terus makhluk ini besar banget, lebih besar dari lama. Saking besarnya orang dewasa bisa duduk di punggungnya. Belum lagi gimana cepat mereka lari."
"Wah serem banget ya," komentar Samin.
"Terus mereka pakai 'pentungan' atau 'belati' logam buat senjata, gak tahu yang mana," tambah Pacha. "Yang jelas, senjata mereka itu mirip belati tapi panjang kayak pentungan. Bahannya mengkilap mirip perak, tapi katanya keras — bisa motong orang. Pakai senjata begituan, terus naik binatang yang tadi... jelas saja tentara-tentara kita ribuan orang terbantai."
Kepuasan dendam Yuraq sirna mendengar hal tersebut. Hewan aneh, senjata yang membunuh ribuan orang... siapapun yang berhasil menawan sang kaisar kedengarannya terlalu berbahaya.
Gadis itu menarik nafas lalu menghembuskannya dengan dalam, sambil mengembalikan fokusnya pada kobaran api unggung yang berderak.
Selagi diam merenungkan dan was-was akan informasi baru ini, dia mendengar panggilan dari sebelah kanan. Suaranya seperti suara seorang anak laki-laki, namun lebih sedikit lebih dalam akibat beranjak remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Keluarga
Ficción históricaKeluarga. Hal yang paling berharga bagi Yuraq di dunia ini. Dia ingin tetap hidup bersama mereka untuk seterusnya. Sayangnya, Yuraq hidup pada perbatasan antara dua zaman. Konflik yang terjadi pada akhir Kekaisaran Inka dan awal pendudukan Spanyol m...