🦋06

25 5 0
                                    

"Ga lah wong temen Fira pada nanya loh mba,bener gak jadi ya Fira tanya sama mba Adel" jawab fira beralasan.

"Iya bener"Fira terdiam,lalu apa maksud dari kata Gus Adam tadi?batinnya.

"Fira dipanggil ummi tuh"ujar mba adel membuyarkan lamunan Fira.

"Di panggil ummi mba? Masa sih? Mau apa?"kagetnya.

karna jarang sekali santri yang langsung dipanggil oleh ummi,kecuali ada kepentingan yang mendesak.

Tidak tahan dengan sikap Fira yang bingung,mba Adel menepuk bahu Fira menenangkan.
Fira mengambil nafas sebentar menguatkan dirinya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

🦋🦋🦋

"Assalamualaikum"ucapnya setelah sampai di depan pintu ndalem.

"Waalaikumusallam warahmatullahi wabarokatuh"mereka yang didalam menjawab serempak,suara yang bersamaan itu membuat Fira lebih takut.

"Ayo nduk masuk"perintah Abah dzakir,Fira menganggguk.

"Lah ada ayah?"ayah tersenyum melihat fira.

"Ibu juga?"tanya Fira heran.

Dengan cepat ia menyalami kedua orang tuanya,lalu duduk disamping ayahnya,pikirannya berkecamuk,banyak sekali pertanyaan dibenaknya,karna ini bukan jadwalnya untuk dibesuk.

"Fira pasti heran kenapa ayah sama ibu disini kan?" Fira diam menunggu ayahnya melanjutkan kalimatnya

"Ayah mau bawa pulang Fira dulu sebentar,ada yang  ingin ayah bicarakan sama kamu"

"Kenapa gak disini saja ayah?"ayah menggeleng pelan,menandakan bahwa ia tidak bisa bicara sekarang.

Setelah izin dengan Abah dan ummi,Fira segera bergegas kembali ke kamar untuk mengambil beberapa baju untuk dibawa pulang,tak lupa ia juga berpamitan dengan teman temanya.

"Kenapa mba salsa ga ikut Bu?" Ujar Safira bertanya ketika ia tidak melihat Kakanya ikut membesuk.

"mba salsa lagi ngurus keperluan dirumah"Safira mengangguk tidak mau memperpanjang.

"Sebenarnya ada apa si Bu?tumben Fira diajak pulang?"lagi lagi Safira bertanya saat ditengah perjalanan.

"Putri ibu sudah besar,Safira yang Sholehah, semoga nantinya bisa menjadi panutan ya nduk" ujarnya dengan memeluk pundak Safira dan menepuknya.

Didepannya sudah terlihat rumah besar berwarna putih tulang dengan desain sederhana, dengan taman di depan berserta bunga yang menggantung menambah kesan asri pada rumah Safira sendiri.

Setelah sampai Safira langsung diperintah untuk istirahat oleh ayah,padahal banyak sekali pertanyaan yang  ingin ia tanyakan, yang bahkan membuat  mbak salsa saja sungkan untuk menjawab,Karena melamun terlalu lama akhirnya Safira tertidur hingga malam.

Sekarang semuanya sudah berkumpul di ruang keluarga,momen duduk bersama seperti ini mengingatkan Safira saat akan dipesantrenkan,
Saat ia merasa tidak diadili oleh orang tuanya,padahal ia yang di istimewa kan oleh mereka,Safira tersenyum,lucu ketika mengingatnya.

"Jadi sebelumnya ayah mau meminta maaf dengan Safira"Safira mendongak ketika namanya disebutkan.

"Maaf karna ayah dan ibu mungkin juga mba salsa hanya diam ketika ditanya oleh Safira,jadi ayah akan menjelaskan"Safira menatap ayah serius,menunggu ayah melanjutkan kalimatnya.

"Mbah yang di Jawa timur sedang sakit,tepatnya ibu dari ayah sendiri,beliau terus memanggil nama Safira,mungkin karna sedari kecil beliau yang merawat Safira" ayah menghentikan kalimatnya,memperhatikan Safira yang sedari tadi menunduk.

HATI UNTUK SAFIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang