18 | Dua Vanezero Menyebalkan

140K 13K 151
                                    


Selamat berhari Minggu

Semoga cerita ini bisa menjadi sebagian kecil alasan kalian bahagia hari ini ❤️

Maafkan typo :)

Suara gemercik air di kamar mandi menyadarkan Sabrina kalau apa yang telah dilaluinya malam ini benar-benar nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara gemercik air di kamar mandi menyadarkan Sabrina kalau apa yang telah dilaluinya malam ini benar-benar nyata.

"Aelius tidak mati 'kan?"

Akibat terlalu syok, Sabrina hanya pasrah saja saat Vanezero mengangkatnya ke kamar. Lelaki itu bahkan tak menoleh dua kali pada adiknya yang terkapar di lantai. Dilihat dari reaksi Vanezero sih, Aelius tidak mungkin mati. Sabrina yakin Vanezero tidak akan membunuh Aelius.

Gadis itu kemudian kembali menoleh ke arah kamar mandi. Ia menghela nafas lalu menutup muka dengan telapak tangan.

Bisa-bisanya Sabrina membiarkan Vanezero numpang mandi di kamarnya!

"Gila, lo benar-benar gila, Sab." Gadis itu tak henti-hentinya merutuki diri.

Haruskah Sabrina keluar kamar saja?

Masa harus melarikan diri lagi? Sabrina capek lari terus menerus. Lagi pula, ini kamarnya, masa Sabrina yang keluar? Harusnya Vanezero dong.

Ceklek.

Aroma segar sabun langsung menyeruak ke seisi kamar saat Vanezero keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit pinggang.

Tanpa sadar Sabrina terpaku pada pemandangan menyegarkan mata di depannya.

Vanezero itu sangat-sangat ... Apa ya? Biarkan ia berpikir sebentar.

Ah, hot dan sexy.

Dengan rambut basah yang masih meneteskan air pada tubuh bagian atasnya yang tak tertutup apa pun. Vanezero persis seperti buah matang berembun di pagi hari. Segar dan siap untuk dipetik.

Tanpa sadar mulut Sabrina menganga melihat perut kotak-kotak Vanezero.

OMG, ada roti sobek!

"Kamu ada handuk lagi?" Vanezero tiba-tiba saja menatap Sabrina dan bertanya.

Gadis itu tergagap untuk sesaat. "O-oh, itu di dalam lemari. Laci ke dua dari bawah."

Mata Sabrina kembali mengikuti pergerakan Vanezero yang mengambil handuk untuk mengeringkan rambutnya.

Sadar Sab, sadar! Jangan terpesona!

"Kamu tidak ingin kembali ke kamarmu?"

"Hm?" Vanezero membuka laci gadis itu dan mengambil handuk kecil dari dalam sana. "Malas."

"Malas?" Sabrina tak habis pikir, padahal kamar mereka bersebelahan. "Heh! Disini tidak ada bajumu."

Vanezeroe mengangkat bahu tak peduli. Tangannya sudah sibuk mengeringkan rambut. "Aku tidak masalah tidur tanpa baju."

Be Vanezero's Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang