19 | Siapa?

132K 13.1K 321
                                    

Selamat hari senin 😘

Sedari kecil Sabrina ingin merasakan bagaimana rasanya melarikan diri dari rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedari kecil Sabrina ingin merasakan bagaimana rasanya melarikan diri dari rumah. Setiap kali ia bertengkar dengan kedua orang tuanya, ia ingin lari, tapi ketika memikirkan ia tidak punya tempat tujuan, Sabrina akhirnya tak kemana-mana. Namun, setelah kedua orang tuanya meninggal, Sabrina jadi menginginkan kembali pertengkaran itu. Tidak masalah bertengkar setiap hari asal orang tuanya kembali hidup. Akan tetapi, semua doanya tak akan pernah terkabul.

Mau di dunia novel atau dunia nyata. Sabrina tetap sebatang kara. Sekarang pun, ia telah menganganggap kehidupan di novel ini sebagai dunia nyatanya. Sabrina akan bertahan hidup semampunya dan melakukan semua hal yang ia mau.

Gadis menengadahkan kepala menghalau sesak yang tiba-tiba saja menyerang dadanya. "Nggak boleh nangis. Sabrina bukan gadis yang cengeng. Lo bisa kok, bisa, pasti bisa. Kalau dulu lo bisa bertahan sendiri, sekarang pun lo juga bisa bertahan sendiri." Tangannya mengusap-ngusap kepalanya penuh tekad.

Tidak masalah jika tak ada yang menguatkan Sabrina. Ia bisa kok, menguatkan dirinya sendiri.

Gadis itu menguatkan hatinya untuk terus melangkah menuju jalan raya. Rumah Vanezero cukup terpencil, jadi ia harus berjalan cukup jauh untuk mencari keramaian.

Berteman senter ponsel dan sepi, Sabrina menyusuri jalan dengan langkah cepat. Karena Vanezero membiarkannya pergi, maka Sabrina tidak akan pernah kembali. Sebab, pergi dari Vanezero adalah momen yang ia tunggu-tunggu, menjauh sejauh-jauhnya dari vampir yang bisa menjelma menjadi malaikat mautnya kapan saja.

Sabrina tidak menghitung berapa lama, ia hanya terus melangkah, hingga telinganya menangkap bunyi deru kendaraan. Setelah itu, ia dengan cepat berlari, menyongsong keramaian dengan senyum lebar.

Sabrina bebas.

Lalu, gadis itu berjalan ke arah warung tenda. Ia lapar akibat tak sempat makan. Semua gara-gara Aelius, Sabrina tak jadi memasak.

Warung tersebut sepi, hanya diisi oleh dua pasang muda-mudi dan kini ditambah Sabrina.

Dengan membawa koper besar, kehadiran Sabrina teramat mencolok. Mungkin ia terlihat seperti orang melarikan diri dari rumah. Yah, kenyataannya memang begitu.

"Teh panasnya satu ya Bu, sama nasinya seporsi."

"Lauknya apa Neng?" tanya ibu-ibu tersebut.

"Ayam goreng aja Bu. Sama sayur yang itu." Sabrina mengambil tempat duduk lebih dekat ke tempat Ibu penjual. Selagi wanita paruh baya itu mengambilkan pesanannya, gadis itu bertanya. "Bu, dekat sini ada kos nggak, Bu?"

Lalu, pertanyaan terakhir Sabrina tersebut, menjadi pembuka yang tepat untuk mengawali hidup jauh dari Vanezero.

***

Vanezero berulang kali mengecek jam tangan. Ia juga berulang kali mengecek ponsel, tak ada satupun panggilan dari seseorang yang ia tugaskan untuk mengawasi Sabrina. Artinya, gadis itu baik-baik saja. Namun, Vanezero entah kenapa tidak bisa tenang.

Be Vanezero's Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang