33 | Jangan Lari Dariku, Ya?

119K 9.3K 324
                                    

Aku lama banget nggak buka wattpad 😭😭


Ciuman lembut penuh perasaan itu membuat Sabrina terbuai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ciuman lembut penuh perasaan itu membuat Sabrina terbuai. Ia mengalungkan tangan ke leher Vanezero membalas ciuman itu tak kalah lembut. Membiarkan tautan bibir mereka yang saling bicara tentang perasaan masing-masing. Tak perlu banyak kata untuk mengutarakan rasa yang masih tersembunyi dalam sudut hati Sabrina. Hanya dengan bahasa tubuh gadis itu, Vanezero tahu, perasaannya berbalas. Hati Vanezero menghangat, rasa bahagianya membuncah memenuhi relung dada. Tanpa bisa dicegah, Vanezero tersenyum lebar.

Sabrina masih memejamkan mata ketika Vanezero melepaskan bibirnya. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa malu untuk menatap mata Vanezero.

Tangan Vanezero yang masih bersarang di rahang gadis itu mengelus pipi Sabrina yang memerah. Rasanya ia gatal ingin mendaratkan gigi di pipi menggemaskan gadis itu.

"Kurang puas dengan ciumannya?" Vanezero bertanya jahil. Manik matanya memerah, dengan warna teramat samar.

Sabrina langsung membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah senyum lebar Vanezero. Lelaki itu bahkan menurun naikkan alisnya. "Ingin teleportasi ke kamar?"

Sabrina bergidik. Hancur sudah momen romantis di antara mereka. Gadis itu menggeplak lengan Vanezero dengan keras. "Mesum!" Setelah itu Sabrina langsung ke luar mobil. Ia memasuki rumah dengan langkah cepat, tapi beberapa pelayan yang menatap dirinya sambil tersenyum malu membuat Sabrina mengerutkan alis.

Apa yang salah?

Sesaat sampai di kamar, Sabrina langsung menuju kamar mandi, membasuh mukanya di wastafel. Membiarkan dinginnya air meredakan gejolak hatinya yang masih bergemuruh hebat.

"Haaah." Sabrina menghela nafas. Ia mengangkat wajah dan menatap cermin. Rencananya ingin menggalau, tapi ketika matanya menangkap lipstik pada bibirnya yang tak karuan, Sabrina langsung menjerit.

"AAAAA VANEZEROOOO!"

Terjawab sudah arti tatapan para pelayan tadi padanya. Sialan sekali!

***

Ketika Vanezero ingin memasuki kamar, lelaki itu menyadari kamar Sabrina terkunci. Tanpa bertanya pada siapa pun Vanezero dapat menebak apa penyebab dari kemarahan istrinya itu. Lebih tepatnya, Sabrina kesal padanya.

"Sayang?" Vanezero mengetuk pintu. Walau ia bisa masuk dengan mudah tanpa lewat pintu, tapi momen seperti ini rasanya sangat sayang untuk dilewatkan. "Sayang?"

Vanezero menempelkan telinganya ke pintu. Mendengarkan dengan teliti apakah ada pergerakan dari dalam. Dengan pendengarannya yang berkali-kali lipat lebih tajam dari manusia, Vanezero dapat menangkap kalau Sabrina sepertinya berdiri tak jauh dari pintu. Gadis itu terdengar tengah menyumpah serapah padanya.

"Apa manggil-manggil sayang?! Dasar vampir kampret, mesum, kelakuannya kalau nggak bikin anemia, ya bikin naik darah."

Vanezero terkekeh mendengarkan dumelan Sabrina. Sepertinya gadis itu tak menyadari kalau Vanezero dapat dengan mudah mendengarkan suaranya, meski kamar Sabrina dalam keadaan kedap suara sekali pun.

Be Vanezero's Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang