"Kamu kan udah 25 tahun, Clar! Kamu seharusnya udah nikah. Dulu tante seusiamu udah punya 2 anak!" kata seorang wanita berusia 42 tahun dengan rambut pendek sebahu itu.
Seorang gadis yang jadi lawan bicaranya tersenyum malas.
"Clara mau nyari cowok yang bertanggung jawab biar nggak cerai kaya tante sama om." katanya sembari tersenyum manis.
Seorang wanita berusia 53 tahun dengan rambut yang sebagian sudah berwarna putih itu menyenggol lengan gadis muda yang duduk di sampingnya itu, "Clara! Jangan gitu sama tante!" Dia kemudian menatap wanita di depannya, "Maaf ya, Jeng! Clara lagi PMS. Jadinya sensitif begini."
"Orang tante duluan yang mulai!"
Pertemuan keluarga itu jadi terasa sedikit tidak nyaman. Ada atmosfer kecanggungan yang memeluk semua anggota keluarga besar Tuan Dave itu.
"Mama ketemu sama nenek kamu dulu, ya! Kamu di sini aja! Jangan ngajak berantem tante-tante yang lain!" kata wanita itu sembari menepuk kaki putrinya pelan.
Yang disuruh mengangguk. Wanita itu kemudian beranjak pergi.
"Clara nggak janji ya, Ma! Kalau tantenya resek tetep bakalan Clara sikat!" teriak Clara pelan. Sengaja, nanti kalau ada manusia menyebalkan yang mengajaknya bertengkar, Clara tinggal bilang kalau mamanya tidak mendengar teriakan Clara.
Ah, perkenalkan! Pemeran utama dalam cerita kali ini, Claramel Putri Natasha. Kalian bisa memanggilnya Clara. Usianya 25 tahun sekarang. Pekerjaannya adalah pengangguran. Tapi, Clara akan lebih senang jika kalian menganggapnya sebagai 'pengusaha'. Pengusaha yang tidak memiliki usaha apapun lebih tepatnya.
Clara adalah anak terakhir dari 2 bersaudara. Kakak laki-lakinya, Andhi, sudah menikah 5 tahun lalu ketika usianya 22 tahun. Sekarang, Andhi sudah memiliki sepasang anak kembar. Laki-laki dan perempuan. Namanya Luna dan Gamma. Arti nama mereka adalah bulan dan bintang. Clara-lah orang yang memberi mereka nama. Sekarang, usia anak kembar itu sudah 3 tahun.
Dan, kalau boleh jujur, Clara agak tidak menyukai keponakan kembarnya. Karena mereka berdua berhasil menggusur posisi Clara sebagai anak kesayangan di keluarganya.
Hahaha.... Bisa-bisanya Clara merasa cemburu pada anak kecil berusia 3 tahun. Terlalu lama melajang sepertinya membuat Clara kehilangan akal sehat. Kalau sudah begini, satu-satunya cara untuk mengembalikan akal sehatnya hanyalah dengan menikah.
Tapi, menikah dengan siapa?
Jodohnya saja sama seperti angin. Tidak bisa dilihat apalagi digenggam. Hanya bisa dirasakan kehadirannya saja.
Mungkin, jodoh Clara masih sibuk bertengkar dengan pacarnya sekarang.
Aduh! Tolong ya, jodohnya Clara! Gadis yang kau bujuk dengan seblak itu bukan jodohmu! Jodohmu sekarang sedang berusaha menghindari pertemuan keluarga besar agar tidak ditanya 'kapan nikah'.
"Lho, Clara?! Kamu udah gedhe aja, nih. Dulu waktu tante gendong, kamu masih seukuran botol sirup. Sekarang udah cantik, ya!" sapa seorang wanita berusia 47 tahun dengan gaya rambut yang begitu nyentrik juga dengan makeup yang membuat wajahnya nampak lebih tua.
"Hahaha..... tante bisa aja!" kata Clara sembari tersenyum.
Terpaksa. Biar dikira ramah. Padahal, aslinya Clara bahkan tidak mengenal wanita di depannya ini. Tapi, karena dia bilang pernah menggendong Clara saat masih bayi, jadi dia sudah pasti kerabatnya. Mungkin, dari pihak ibu atau ayah.
"Jadi, kamu kapan nikah?!" tanya wanita itu lagi.
Senyum Clara menghilang. Wajahnya berubah suram.
Sialan! Kenapa dia terus saja mendengar pertanyaan seperti itu sedari tadi? Gendang telinganya bisa pecah kalau terlalu sering mendengarnya. Andaikan ditanya 'kapan nikah' bisa membuat kaya, rasanya Clara bisa membeli bumi beserta bagian interiornya.
Yang belum menikah kan Clara, kenapa malah orang-orang yang ribet, sih? Kalau Clara belum menikah, dia juga tidak merepotkan mereka. Kalau pun sudah menikah, memang mereka yang akan menjalani kehidupan pernikahannya? Clara juga ingin segera menikah. Tapi, jodohnya masih sibuk membujuk pacarnya yang marah.
Menyebalkan sekali! Awas saja kalau jodohnya sudah datang nanti. Akan Clara paksa dia untuk menjawab kemana saja dia selama ini sampai tega membiarkan Clara menunggu lama dan terus mendengar pertanyaan yang memuakkan.
"Jadi, kapan kamu nikah, Clar?" tanya wanita itu lagi.
"Nunggu tante dapet suami baru!" jawab Clara ketus.
"Loh, Mah? Mamah mau nyari suami baru?!" seru seorang pria berusia 50 tahun yang berdiri tak jauh dari Clara.
Wanita di hadapan Clara terlihat ketakutan. Dia segera melambaikan tangannya, "Nggak, Pah! Clara cuma bercanda, doang!" Wanita itu menatap Clara sembari tersenyum, "Iya kan, Clar?"
"Nggak! Clara nggak bercanda, kok. Tante bilang om udah tua. Jadi, tante mau nyari yang lebih muda. Lebih gampang diatur soalnya." kata Clara sembari tersenyum manis.
Wanita itu gemetar ketakutan, "Mamah nggak bohong, Pah! Mamah setia, kok. Cukup sama papah aja yang ganteng ini." katanya.
Clara menutup mulutnya. Berusaha sebaik mungkin untuk tidak memuntahkan makanan yang baru dicerna lambungnya.
"Ayo, pulang sekarang! Jangan-jangan mamah dateng ke arisan tetangga kita biar bisa nyari suami baru!"
Pria itu menarik lengan istrinya. Memaksanya untuk kembali ke rumah. Clara menatap wanita itu datar. Rupanya dia hanya tetangga. Tapi, kenapa peduli sekali dengan kehidupan Clara? Padahal, dia hanya menggendong Clara saat dia masih sebesar botol sirup. Itupun pasti hanya sekali, kan? Dia tidak ikut menyusui, membesarkan, menyekolahkan dan memberikan materi pada Clara. Tapi, kenapa ikut campur kehidupan pribadi Clara?
Kalau mau ikut campur jangan setengah-setengah, dong!
Daripada bertanya 'kapan nikah', lebih baik kalau membantu Clara mendapatkan jodoh, kan!
Hah! Kenapa sih tetangga begitu 'peduli' pada kehidupan pribadi Clara lebih dari keluarganya sendiri? Apa mereka mendapatkan gaji setelah mengurus hidup orang lain? Karena, rasanya hal itu sudah seperti pekerjaan utama mereka. Apa mereka punya banyak waktu luang untuk mengurusi kehidupan orang lain? Clara yang pengangguran saja sangat sibuk sampai tidak punya waktu untuk mengurus hidupnya sendiri.
"Clara! Kamu ngajak berantem orang lagi?" tanya mama yang baru saja kembali setelah bertemu ibu mertuanya.
Clara menatap mamanya. Tangannya memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya. Mengangguk santai sambil mengunyah.
Mama menghela nafas. Anak gadisnya ini memang benar-benar sensitif saat ditanya 'kapan nikah'. Makanya, keluarga terdekat Clara tidak pernah menanyakan pertanyaan maut itu pada Clara.
"Kamu tidur aja sana! Kayaknya kamu capek, Clar!"
"Okay, mama!"
Wajah Clara berubah sumringah. Dia langsung berlari menuju kamarnya. Tidak lupa membawa toples berisi keripik kentang.
Ini dia yang Clara tunggu.
Berdiam diri di dalam kamar sambil menonton drama korea dan makam camilan. Tidak ada hal yang lebih indah dibandingkan itu. Daripada menghadiri arisan keluarga yang hanya akan membuat Clara mendengar pertanyaan yang tak ingin Clara dengar, lebih baik dia menonton drama saja di dalam kamarnya.
Langkah Clara terhenti. Tiba-tiba saja ada sebuah pikiran aneh di dalam kepalanya. Bagaimana kalau ternyata jodoh Clara juga sedang menunggunya? Mungkin saja sekarang dia sedang melajang dan mencari Clara, kan?
Kalau memang begitu, mari saling mencari agar lebih cepat.
"Kencan buta! Aku bakalan ikut kencan buta!" kata Clara mantap dalam hatinya.
Gadis itu kembali melangkah ke kamarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/322215902-288-k170800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain's Mom✔ [TERBIT]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Clara yang seorang pengangguran berusia 25 tahun mati karena serangan jantung setelah bertemu dengan mantannya yang jadi tampan dan mapan dalam kencan buta. Bukannya pergi ke alam baka, Clara malah jadi tokoh antagonis...