06 || The end?

16 1 0
                                    

"Akhir-akhir ini, apa yang kau rasakan, nak?"

Dokter spesialis yang menanganiku bertanya untuk kesekian kalinya. Sejujurnya aku malas sekali untuk datang. Tapi dia dengan telaten membujukku, mengunjungi rumahku.

Aku menghela nafas.

"Anda tahu sendiri, dok." Jawabku.

Aku menyugar rambut, mengalihkan pandangan. Aku bisa mendengar dokter senior itu menghela nafas.

"Kamu tetap tidak mau kemoterapi?" tanya dokter itu.

"Untuk apa?" tanyaku sarkas.

"Tentu saja untuk melanjutkan hidup, nak. Kamu masih muda. Masa depanmu masih panjang," jelas dokter bernama Richard itu.

Aku mendengus.

"Melanjutkan hidup? Masa depan? Jiwaku sudah lama mati, dok. Dan masa depanku tidak pernah ada. Ia sudah hancur sejak lama. Jadi, untuk apa pengobatan yang sia-sia ini?" Aku terkekeh di akhir kalimat.

"Nak, tolong dengar-"

Aku bangkit dari kursiku. Memotong ucapan Dokter Richard.

"Terima kasih telah peduli, dokter. Selamat tinggal," pamitku dengan suara dingin.

***

"Dok, bagaimana Eric?"

"Dia menolak,"

"Oh my..."

"Aku minta maaf tidak bisa memaksanya,"

***

who's that?


20.11.22

sehzade yildirim

Another Me : Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang