[03]

64 10 0
                                    

Selama perjalanan setelah dari kota itu hanya diisi keheningan. Punisher sama sekali tidak berniat memulai percakapan, sedangkan Kim Dokja ia mengerti suasana hati gadis itu, dan memilih diam.

Punisher meremas mantel hitam dan pedangnya. Dahulu ia sangat menyukai kedua benda itu. Dahulu ia sangat mengagumi pemilik pertama benda itu. Tapi saat ini ia tidak menyukai benda itu, benda itu diberikan padanya karena ia mirip dengan pemilik pertamanya.

Ia tidak suka disamakan.

Ia ingin dipandang sebagai dirinya sendiri, bukan karena mirip dengan orang lain.

“Kim Dokja…ada yang ingin kutanyakan.”

“Tanyakan saja.”

“Kenapa kau menganggapku mirip dengan mantan kekasihmu. Wali Kota Han Sooyoung juga pernah mengatakan itu padaku. Apa yang mirip dari kami.”

“Kau kuat. Sama sepertinya.”

Tentu saja karena kalian orang yang sama.

“Oh…aku ingin bertanya satu hal lagi.”

“Ya?”

“Sudah berapa lama sejak kematian pria itu?”

Kim Dokja terdiam sebentar, pikirannya melayang ke seratus tahun yang lalu. Dia berpikir, apa memang sudah selama itu sejak kematian kekasihnya.

“Itu…sekitar seratus tahun yang lalu.”

Mata Punisher membulat, ia menoleh ke arah Kim Dokja ragu akan jawaban yang ia dengar.

Bahkan setelah seratus tahun pun kau tetap mencintainya.

Aku iri padanya.

Seandainya aku terlahir seratus tahun lebih cepat.

Seandainya kita bertemu lebih awal sebelum kau bertemu dengannya.

Kenapa kau masih mencintainya.

Dia sudah mati, dia meninggalkanmu.

Lalu kenapa? Kenapa kau masih mencintainya?

“Aku yakin kau sedang berpikir ‘orang ini sangat bodoh bahkan setelah seratus tahun kematian kekasihnya dia masih mencintainya’. Aku pun juga tidak tahu kenapa, saat itu aku berpikir bahwa aku ingin membunuh diriku sendiri, tapi sayangnya dia berjanji padaku…dia akan menemuiku lagi. Jadi aku hidup seratus tahun terakhir dengan berharap bahwa aku bisa bertemu dengannya lagi. Aku memang bodoh.”Kim Dokja terkekeh saat memikirkan dirinya sendiri yang rela menunggu seratus tahun demi bertemu dengan kekasihnya lagi.

“Apa kau sudah bertemu dengannya lagi?”

“Sudah.”

Saat itulah rasa menyesakkan kembali muncul di dada Punisher. Kali ini lebih memuakkan dari sebelumnya. Itu menyakitkan. Ia tidak bodoh dan tentu saja tahu perasaan seperti apa itu. Dia sedikit membenci perasaan itu karena itu hanya membawa rasa sakit di dadanya.

Kenapa aku harus terjatuh kepada orang yang masih mencintai masa lalunya…

“Apa dia juga mengingatmu?”

“Tidak. Tapi aku akan membuatnya mengingat segalanya.”

“Begitu…”

Perjalanan menuju kota kedua terasa lebih hening dari sebelumnya. Punisher tidak pernah memulai pembicaraan, tapi terkadang ia akan menjawab obrolan yang dimulai oleh Kim Dokja dengan singkat.

Saat mereka keluar dari kota kedua, Kim Dokja merasakan hal aneh terjadi pada Punisher. Gadis itu hanya diam, tidak seperti sebelumnya, dia menghindarinya dan tidak pernah menatapnya.

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang