[Epilog]

101 10 0
                                    

Kim Dokja membuka pintu rumah yang diberikan Han Sooyoung padanya dan Punisher. Lalu ia masuk diikuti Punisher di belakangnya.

"Aku tidak menyangka dia menyiapkan rumah untuk kita berdua."kata Kim Dokja sambil memeriksa semua bagian rumah. Di sana ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi, dengan dapur kecil di dekat ruang keluarga, dan meja makan bundar dengan dua kursi di depan dapur.

"Dia orang kaya."timpal Punisher sambil melepas mantel hitamnya dan pergi ke salah satu kamar.

"Hei aku akan mandi dulu."kata Kim Dokja setengah berteriak lalu masuk ke dalam kamar mandi, dan menutup pintunya. Ia melepas bajunya sebelum pintu kamar mandi dibuka dengan keras oleh Punisher.

"Hei apa-apaan! Aku ingin mandi."

"Lalu kenapa? Aku juga ingin mandi."

"Kalau begitu kau dulu saja."

"Tidak. Kita akan mandi bersama."

"Apa?!"

"Cepat lepas bajumu!"

"Hei! Tunggu-!"

Dan di sinilah Kim Dokja berendam telanjang bersama Punisher di depannya. Gadis itu terus menatapnya.

"Ada apa denganmu? Apa kau malu? Kepadaku? Aku sudah pernah melihatmu telanjang di bawahku dulu. Jadi kau tidak perlu menyembunyikan apapun. Seandainya aku terlahir menjadi seorang pria, aku akan membuatmu menangis saat ini."

"Mungkin itu cara Tuhan mengasihaniku, dengan membuatmu lahir kedua kalinya menjadi seorang gadis." Kim Dokja bersandar pada dinding di belakangnya, dia menghela napas panjang menikmati hangatnya air yang ia gunakan untuk berendam. Punisher berdiri hingga menciptakan suara cipratan air, gadis itu berjalan mendekati Kim Dokja dan duduk di pangkuan pria itu, kaki jenjangnya yang halus melingkar di pinggang Kim Dokja. Ia menyenderkan kepalanya ke dada pria itu.

"Kau jadi sangat kurus. Apa kau tidak makan apapun di gua yang kau gunakan untuk sembunyi?"

Kim Dokja sedikit tersentak dan menatap gadis yang duduk di pangkuannya.

"Bagaimana kau tau aku bersembunyi di sebuah gua?"

"Aku melihatnya di mimpi. Aku melihatmu menangis saat kematianku dan juga melihatmu menangis menyedihkan di gua itu."

Suasana hening membuat mereka menikmati kehangatan
satu sama lain sebelum Punisher menggigit lekukan dada Kim Dokja meninggalkan jejak kemerahan di sana. Ia mengulanginya terus untuk mendapat perhatian dari pria itu.

"Punisher. Jangan menggodaku. Aku ingin istirahat."

"Hei...Kim Dokja..."

"Tidak. Kau akan menangis. Bukankah itu akan aneh untukmu."

"Benar. Karena biasanya aku yang membuatmu menangis memohon di bawahku dengan putus asa. Tapi sayang sekali saat ini aku sudah terbiasa dengan tubuh ini."Punisher mendekatkan tubuhnya untuk menggoda Kim Dokja, ia sedikit menggoyangkan pinggulnya dan mencium Kim Dokja dengan tiba-tiba.

Gadis itu menyesap dan menggigit kecil bibir pria itu. Kim Dokja mengusap punggung dan leher putih gadis itu yang terbuka karena rambut hitam panjangnya yang digulung, lalu ia menekan ciuman mereka menjadi lebih dalam dan lidahnya masuk ke mulut Punisher untuk beradu dengan lidah gadis itu yang membuatnya melenguh. Kim Dokja menahan leher Punisher agar ia leluasa untuk terus merasakan manis di bibir gadis itu. Ciuman itu lebih panas dan sensual dari sebelumnya membuat Punisher merasakan tubuhnya meleleh di pelukan Kim Dokja.

"Nghn-hh. He-hei Kim Dokja."Punisher mendorong dada Kim Dokja membuat pria itu melepaskan ciuman mereka, ia menatap wajah Punisher memerah dengan napas terengah-engah.

"Kau yang menginginkannya."Kim Dokja berdiri mengangkat Punisher dalam gendongannya dengan kaki gadis itu masih melingkar di pinggangnya, dan kedua tangannya yang melingkar di leher Kim Dokja karena diangkat secara tiba-tiba.

Kim Dokja berjalan menggendong Punisher dalam pelukannya sambil menciumi wajah gadis itu sesering mungkin.

"Hei aku ingatkan aku seorang iblis."kata Kim Dokja di sela-sela ciumannya.

"Lalu? Aku tidak lemah Kim Dokja."kata Punisher sambil mencubit pipi Kim Dokja.

"Hmm hmm baiklah. Aku memang selalu kalah dalam berdebat denganmu dari dulu sampai sekarang."Kata Kim Dokja tertawa pelan, membuat Punisher juga ikut tertawa bersamanya.

"Aku mencintaimu Kim Dokja."

"Aku juga. Aku juga mencintaimu dari dulu hingga sekarang bahkan untuk waktu yang akan datang."

Mereka saling melempar senyum dan kehangatan saat itu. Membayar momen-momen yang terlewat setelah sekian lama, kembali bersama lagi setelah lama menyimpan rasa rindu.

Pada akhirnya mereka akan selalu ditakdirkan satu sama lain.

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang