62.

3.1K 378 74
                                    

Ezra membuka jasnya.

Sementara Yasmin terduduk di atas sofa mewah di rumah Ezra, sembari menatap ke arah Ezra yang wajahnya sedari tadi mengeras.

Ezra tampak benar-benar lelah. Kantung mata laki-laki itu terlihat semakin tebal dari terakhir kali mereka bertemu.

Yasmin menelan ludahnya. Di samping fakta kalau saat ini Ezra sedang marah, atau lelah, atau apapun itu kepada dirinya. Sembari membuka dasi dan beberapa kancing kemejanya, bagi Yasmin, saat ini Ezra benar-benar tampak panas di matanya.

Yasmin berkedip, kemudian menggeleng samar. Berusaha mengenyahkan pikiran apapun tentang betapa panas wajah Ezra sekarang. Maksudnya, bagaimana bisa Yasmin berpikir demikian di saat seperti ini?

Sementara Ezra menarik nafasnya cukup panjang, sembari menggulung kedua lengan kemejanya sebatas sikunya, dengan mata tidak lepas menatap Yasmin. Menatap wajah perempuan itu, rambut lepek karena keringatnya. Kemudian turun ke arah dada perempuan itu yang tercetak jelas di bajunya yang setengah basah.

"Buka baju kamu," Ezra berkata, sembari matanya tidak lepas dari dada Yasmin.

Yasmin refleks menunduk, melihat ke arah yang sama dengan arah pandang Ezra. Kemudian perempuan itu membesarkan matanya lantas menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

Branya tercetak jelas di bajunya.

"Aku sudah pernah lihat, kenapa harus semalu itu?" Kata Ezra lagi yang sekarang sedang berkacak pinggang.

Yasmin menahan nafasnya kuat-kuat. Setelah tadi, akhirnya Ezra memutuskan untuk tidak mengantar Yasmin pulang ke apartemennya. Mereka akhirnya bisa sampai di rumah Ezra dengan selamat, padahal emosi Ezra sedang tidak stabil.

Puji syukur ia panjatkan karena ia tidak sedikitpun menempelkan badan mobilnya dengan apapun di jalanan tadi, hingga membuat keadaan menjadi semakin mencekam.

Ezra menarik nafasnya lagi dengan cepat "Buka, Yasmin," Tegas Ezra.

Yasmin menenlan ludahnya yang seketika terasa seperti bongkahan batu. Kemudian ia dengan sedikit ragu-ragu mulai menarik ujung bajunya, lalu membuka bajunya di depan Ezra. Menyisakan hanya celana dan juga sport branya saja di tubuhnya.

Ezra mengulum bibirnya, membasahinya dengan lidahnya, selagi tatapan matanya turun ke arah dada Yasmin. Tapi, seakan tidak tertarik untuk memdekat pun menyentuh, yang laki-laki itu lakukan adalah membuka ponselnya, lalu mengetik sesuatu disana.

Yasmin menarik nafasnya yang terasa sesak. Ezra jelas sedang mengabaikannya

"Kamu marah?" Yasmin bertanya, nafasnya terasa sulit di raih melihat Ezra yang seperti tidak bernafsu kepadanya.

"Menurut kamu?" Ezra membalas, tanpa menoleh ke arah Yasmin.

Yasmin menggeleng "Biasanya kamu akan membabi buta,"

Ezra melirik Yasmin sebentar. Tatapannya terlihat berkilat untuk sepersekiam detik. Kemudian di detik selanjutnya, laki-laki itu kembali sibuk dengan ponselnya.

"Kamu gak mau kesini?" Yasmin bertanya lagi, dengan nada lembut

"..." Tapi, lagi-lagi Ezra tidak menjawab.

Yasmin menghembuskan nafasmya sedikit panjang. Kedua tangannya tanpa sadar sudah mencengkram bajunya yang sedang ia pegang.

Bajunya terasa basah dan juga tidak harum sama sekali.

"Oh." Yasmin menaikan kedua alisnya "Kamu menyuruh aku membuka baju aku, dan tidak mau kesini, karena aku bau keringat?" Yasmim bertanya lagi, seperti tidak ada kapoknya di cueki oleh Ezra.

Diary Gadis CoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang