46

3.8K 430 57
                                    

Sudah belasan kali.

Mike mencoba untuk menghubungi Yasmin. Sudah belasan kali pula, Yasmin mengabaikan panggilan teleponnya. Dan demi Tuhan, sudah belasan kali dalam satu jam ini Mike mengumpati perempuan itu karena dia tidak bisa di temukan di manapun.

"Bangsat!" Mike mengumpat lagi, kali ini sembari meninju salah satu pilar rumah Widjaya.

Saat ini amarah, perasaan takut, khawatir, juga perasaan telah di permainkan, melebur menjadi satu. Bukannya apa, masalahnya saat ini Mike sama sekali tidak bisa berpikir yang lain, selain membawa Yasmin pergi dari tempat ini, sebelum sesuatu benar-benar terjadi kepada perempuan itu.

Ada apa?

Beberapa jam yang lalu, tepat ketika Mike pergi mencari minum untuk Yasmin. Ia tidak sengaja melihat seseorang yang wajahnya tidak asing di matanya.

Orang itu...

Perempuan itu...

Dia, yang Mike lihat di ruangan kerja Rahandika beberapa pekan lalu. Berada disini, mengenakan gaun beludru mewah berwarna merah darah, sedang melihat dirinya dengan seringai di bibirnya.

Wanita itu, yang kemarin tertankap basah sedang membujuk Rahandika, untuk mengunggah berita lainnya mengenai Ezra, berada disini, seolah tidak punya dosa. Apakah keluarga Widjaya belum tahu, kalau orang itu yang dia udang di rumahnya adalah dalang dari semua berita ini?

Mike menghampiri perempuan itu, entah kakinya berjalan sendiri, seolah ada magnet yang menariknya ke arah perempuan itu. Di kepalanya terus saja berputar, dimana dia pernah melihat perempuan itu sebelumnya?

Tapi belum sempat berpapasan, perempuan bergaun merah itu berjalan menjauhi Mike- Tidak, bukan menjauhi Mike.

Tetapi lebih tepatnya seperti menjauhi kerumunan orang, dan seolah-olah dari tatapan matanya, meminta Mike untuk mengikuti perempuan itu.

Sialan! Dimana Mike pernah melihat wajah itu sebelumnya?

Mike berjalan lagi, kali ini langkahnya lebih tergesah. Mengikuti si perempuan bergaun merah itu ke lorong sayap kanan rumah Widjaya.

Kemana sebenarnya dia hendak mengajak Mike? Dan apa pula maksudnya itu?

Perempuan itu kemudian terlihat masuk ke sebuah ruangan yang letaknya tidak jauh dari ballroom. Ruangan bernuansa kayu, yang lampunya terlihat berwarna oranye, yang di dindingnya hampir penuh dengan berbagai lukisan karya maestro Indonesia.

"Cukup cakap ternyata, Teman Yasmin yang satu ini," Perempuan itu berkata.

Punggung putihnya yang hanya telilit beberapa helai tali, menghadap Mike dengan percaya diri. Sementara wajah perempuan itu menghadap ke salah satu lukisan bergambar kuda yang sedang di tunggangi.

Sangat cantik.

Mike menghentikan langkahnya, tepat  lima meter di belakang perempuan itu, alisnya berkerut dalam ketika mendengar nama Yasmin di sebut oleh perempuan bergaun merah itu.

"Excuse me?" Kata Mike.

Terdengar kekehan renyah dari perempuan itu, bahunya sedikit bergetar sebelum kemudian ia berbalik badan menghadap ke arah Mike.

"Saran aku, sebaiknya kamu pergi, sebelum Ezra menyadari apa yang ada di kepala kamu, tentang Yasmin." perempuan itu berkata sembari tersenyum kaku ke arah Mike.

Mike menaikan sebelah alisnya "Ezra?" Mike mendengus. "Yang kemarin kamu coba fitnah dengan berita palsu itu?"

Perempuan itu mengangkat telunjuknya, sembari senyum dibibirnya semakin mereka "Ezra, yang kemarin, aku bantu untuk bisa menyadari perasaannya kepada Yasmin," Koreksinya.

Diary Gadis CoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang