"Jika memang Tuhan berkehendak, mungkin takdir akan mempertemukan kita."
"Cut," seru Ben lantang sambil bertepuk tangan. "Good job, Laras."
"Makasih, Mas," jawab Laras tersenyum lega.
Hari ini hari terakhir mereka syuting di Indonesia. Selebihnya, adegan di Paris yang lebih banyak di atas kapal pesiar. Jadi, setelah pulang nanti ia akan berkemas untuk persiapan syuting di Paris.
"Syuting hari ini lancar, Mas. Bagaimana kalau kita rayakan?" kata Wahyu, asisten sutradara, yang segara disahuti oleh yang lain.
"Cocok ini, Bro. Sekalian farewell lah, kan ini syuting terakhir di Indonesia."
"Farewell apaan? Nanti kita juga ketemu lagi pas promo film."
"Iya, sih. Ayo dong, party. Buat kita kita para rakjel yang cuma jadi figuran di film."
"Setuju, setuju."
Suara riuh rendah memenuhi tempat syuting. Laras hanya bisa memperhatikan tanpa tergerak hatinya untuk ikut keramaian tersebut.
"Sudah, jangan ramai. Ayo mundur dulu, biar diberesin dulu tempatnya," seru Ben.
"Tapi pestanya jadi, dong, Ben."
"Itu bos besar yang bisa jawab. Kalau budak korporat macam gue ya seneng aja kalau diajak, sih. Gimana nih, Ja?" tanya Ben kepada Raja.
Raja Danadyaksa. Iya, Raja yang itu. Sang pemeran utama yang menentukan apakah Laras boleh ikut casting atau tidak. Selain sebagai pemeran utama, dia juga produser film ini. Investor utama. Bahkan modal dari Prahara lebih sedikit ketimbang modal yang dikucurkan oleh Raja.
"Gimana, Bos? Oke?"
"Ayolah. Atur aja, nanti gue nyusul."
"Beneran ini? Mau ke mana nih?"
"Biasa, ada panggilan dari mabes," jawabnya asal. "Atur, Run. Semua harus ikut. Kalau nggak ikut berarti nggak kompak."
"Oke, siap," jawab Aruna. "Yang lain siap, ya. Laras gimana?" tanya Aruna kepada Laras.
"Gue em ...."
"Alah, bilang aja nggak kompak. Nggak asyik lo."
"Bukan gitu, Run. Mami bilang ...."
"Cie, yang paling anak Mami. Ayolah, Ras, nanti Raja marah kalau ada yang nggak ikut," kata Aruna.
Laras mengedikkan bahu. Bukan perkara Raja marah sebetulnya, tapi mendapat cap tidak kompak adalah hal lain.
Setelah pengalaman tidak menyenangkan waktu casting beberapa waktu lalu, Laras selalu mencoba untuk tidak berkonfrontasi dengan Raja. Pada saat dia berada dalam satu scene dengan Raja, dia selalu berusaha untuk zero-mistake. Dan syukurlah sampai hari ini dia lolos. Pada saat syuting, Raja dan Laras ibarat rel kereta yang seiring sejalan tetapi tak pernah bertemu.
Pada beberapa kesempatan, mereka memang beberapa kali mengadakan party selepas acara syuting yang melelahkan. Hanya sebatas makan dan minum sambil nyanyi-nyanyi di kafe atau restoran. Sejauh ini Laras bisa berkelit karena maminya selalu mendampingi. Namun, hari ini maminya mengantarkan ayahnya untuk cek kesehatan. Jadi, Laras hanya bersama dengan Siska, asistennya.
"Gimana, Mbak? Kalau nggak ikut nanti Mbak Laras dianggap nggak kompak. Mana sering dibilang sombong, lagi, karena nggak mau ngumpul-ngumpul," kata Siska. Anak itu memang sesekali ikut party, jadi dia tahu gosip-gosip yang beredar di kalangan mereka. Termasuk tentang Raja yang memang menjadi raja pada proyek ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAS
General FictionSekuel Prahara's Secret Wife, bisa dibaca terpisah. Seumur hidup Laras hanya ingin seperti Didi, kembarannya. Ia ingin bebas ke mana pun, bebas melakukan apa pun. Sayang, tubuhnya ringkih sehingga ia tak bisa seperti Didi. Ketika Didi disukai pemud...